Ayumajakuning

Jenazah Mahasiswa Polindra Ditemukan, Keluarga Tuntut Tanggung Jawab Kampus

kacenews.id-INDRAMAYU-Dua jenazah mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) Agung Septiadi (20 tahun) dan Lana Wiratno (21 tahun) akhirnya ditemukan setelah hilang terseret arus pada Sabtu (8/11/2025). Tim SAR gabungan menemukan jenazah Agung pada Minggu (9/11/2025) malam sekitar pukul 21.50 WIB, sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian.

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 01.05 WIB, jasad Lana ditemukan lima kilometer dari titik awal insiden. Keduanya langsung dievakuasi ke RSUD Indramayu.
Komandan Tim Rescue Pos SAR Cirebon, Edy Sukamto, mengatakan pencarian dilakukan sejak Sabtu malam dengan menyisir aliran sungai dari Jembatan Pecuk hingga Desa Lamaran Tarung sejauh enam kilometer.

Setelah kedua korban ditemukan, operasi SAR resmi ditutup. “Korban pertama ditemukan mengambang di sekitar Jembatan Bangkir, dan yang kedua di Blok Gandok. Keduanya langsung kami evakuasi ke rumah sakit,” ujar Edy.

Dalam peristiwa itu, tujuh mahasiswa terlibat dalam kegiatan rafting. Lima di antaranya selamat, masing-masing Gelar Gupta (22 tahun), Anggita Sekar (19 tahun), Lutfatul Hasan (19 tahun), M. Ali (21 tahun), dan Fatir (20 tahun). Sementara dua korban lainnya ditemukan meninggal dunia setelah dua hari pencarian.

Pasca tragedi, muncul dugaan bahwa kegiatan rafting tersebut tidak memiliki izin resmi dari kampus. Hal ini disampaikan oleh Ade Syarif, Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Polindra.
“Kegiatan itu tidak mendapat izin dari pihak kampus. Kami sudah menelusuri, ternyata dilakukan di luar sepengetahuan dan persetujuan Polindra. Setiap kegiatan UKM atau Ormawa harus melalui pembina dan manajemen kampus,” tegas Ade, saat ditemui di lokasi pencarian.

Ia menjelaskan, perahu karet yang digunakan mahasiswa merupakan perlengkapan kampus untuk kegiatan tanggap darurat banjir, bukan untuk aktivitas rekreasi seperti rafting. “Perahu itu seharusnya digunakan untuk bantuan kebencanaan. Mengapa bisa dibawa keluar tanpa izin, kami masih menelusuri,” ujarnya.

Ade menambahkan, satu dari tujuh peserta rafting ternyata sudah tidak lagi berstatus mahasiswa Polindra karena telah drop out (DO). Pihak kampus mengaku tidak mengetahui bagaimana perahu karet itu bisa dibawa keluar tanpa prosedur resmi.
Sementara itu, keluarga korban mempertanyakan tanggung jawab kampus atas kejadian tersebut.
Taryono (62 tahun), paman korban Lana, mengaku kecewa karena pihak kampus belum memberikan penjelasan yang bisa diterima secara akal sehat. “Kalau kegiatan ini bukan dari kampus, kenapa perahu karetnya milik kampus? Kami sudah menghubungi pihak kampus, tapi belum ada penjelasan,” ujarnya saat ditemui di lokasi pencarian.

Atas peristiwa ini, pihak kampus menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan mengapresiasi kerja keras tim SAR gabungan. “Atas nama Direktur dan seluruh jajaran Polindra, kami turut berduka cita. Semoga keluarga korban diberi kekuatan,” kata Ade. Dengan ditemukannya kedua korban, tragedi rafting di Bendungan Karet Bangkir kini menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan lingkungan kampus Polindra.(Ud)

Related Articles

Back to top button