Teuku Fahrudin Ubah Kawasan Kumuh Jadi Hutan Mangrove

kacenews.id-CIREBON-Tak disangka, matahari di siang bolong itu, tak lagi membakar kulit. Semilir angin Pantai Utara serasa sejuk dan menyegarkan tubuh. Deburan ombak dilengkapi kicau burung bangau membuat Anda betah berlama-lama bercengkerama dengan alam di Pantai Desa Jadimulya Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon.
Pantai Desa Jadimulya tahun 2024 ini, berbeda dengan 13 tahun yang lalu. Dulu, di pantai ini, penuh sampah, gersang, panas, penuh lumpur, sehingga jarang dijamah manusia. Tapi kini, semua itu berubah sejak kawasan tersebut ditanami mangrove.
Rawa Berlumpur Penuh Sampah
Adalah Teuku Fachrudin, tokoh pelestari lingkungan yang berhasil menjadikan Pantai Jadimulya sebagai kawasan hutan mangrove. Ia merupakan Ketua LSM Panglaot. Pria asal Aceh kelahiran 26 Juni 1958 itu, membuka Pantai Jadimulya dengan babat rawa berlumpur, bersih-bersih sampah lalu menggantinya dengan menanami bibit mangrove.
Pekerjaan yang tidak mudah. Bahkan bisa dibilang mustahil menjadikan bibir Pantai Jadimulya menjadi kawasan hutan mangrove. Tapi, logika itu pun patah. Tekad kuat, kerja keras, dan kerja ikhlas Teuku Fachrudin membuahkan hasil.
Semua orang tercengang.
Bibit mangrove setinggi 30 centimeter yang ditanam Teuku Fachrudin sejak tahun 2011 kini di tahun 2024 menjelma menjadi hutan yang kaya oksigen. Sudah jutaan bibit mangrove yang ia tanam. Meliputi, Mangrove Avicennia SP, Rhizopora SP, dan Bruguiera SP.
Jutaan bibit mangrove itu berasal dari hibah sejumlah komunitas, instansi pemerintah n swasta. Di antaranya, TNI-Polri, Pertamina, mahasiswa, pelajar, pejabat, LSM, Pramuka, para kepala daerah dan para pecinta lingkungan dari berbagai daerah.
Membangun Kesadaran Masyarakat Pesisir
Tentu, ia tidak seorang diri. Ia dibantu para relawan yang ia rekrut setelah diedukasi. Ia berhasil meyakinkan masyarakat tentang manfaat mangrove. Jumlahnya sekitar 30 orang relawan, mayoritas ibu-ibu.
“Ini adalah buah dari kesadaran masyarakat pesisir tentang pentingnya hutan mangrove,” tutur Teuku Fachrudin saat berbincang-bincang dengan sejumlah wartawan, Senin, 9 September 2024 difasilitasi Tim Commrel (Community Relation Officer) PT Pertamina EP Zona 7.
Menanam mangrove, lanjut Teuku Fachrudin butuh kesabaran dan ketekunan. Karena, dari jumlah yang ditanam, tidak semua bisa tumbuh. Faktor sampah, ombak yang besar dan tangan jahil manusia menjadi penghambat tumbuhnya tanaman mangrove. “Bisa tumbuh 20 persen saja itu sudah sangat bagus,” katanya.
Kini, bibir Pantai Desa Jadimulya menjadi kawasan hutan mangrove seluas 6 hektare dengan panjang areal sekitar 870 meter dan lebar 90 meter. Tidak hanya di pinggir pantai Desa Jadimulya, Tengku Fachrudin juga berhasil membangun hutan mangrove di pinggir Pantai Desa Pasindangan (panjang 470 meter), Jatimerta (panjang 1.500 meter), Jadimulya (panjang 645 meter), Klayan (panjang 700 meter), dan Kalisapu (panjang 750 meter) dengan ketebalan bervariasi.
Seluruh desa tersebut merupakan wilayah Kecamatan Gunungjati. Total luas areal hutan mangrove di pinggir pantai lima desa Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon itu mencapai 43 hektare. Sedangkan panjang garis pantai Kabupaten Cirebon dari Losari hingga Kapetakan sekitar 77,97 kilometer.
“Banyak sekali manfaat hutan mangrove ini. Seperti, mencegah terjadinya erosi dan abrasi, menjaga ekosistem perairan antara laut, pantai, dan darat, tempat berlindung binatang laut, dan berbagai satwa lainnya. Menyerap kotoran, limbah hingga logam berbahaya. Masih banyak manfaat lainnya,” tuturnya.
Bahkan, Teuku Fachrudin mengibaratkan, satu pohon mangrove setara dengan 10 pohon besar yang bisa menghasilkan 2,7 kilogram oksien. Cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen 10 orang bahkan lebih.
“Artinya, jika mangrove ini tumbuh lembat menjadi hutan, maka efektif mencegah polusi dan pemanasan global, sebagai blue karbon. Dan seluruh bagian dari tanaman mangrove ini sangat bermanfaat bagi manusia. Bisa diproduksi untuk obat, kuliner, minuman olahan, pewarna batik organik dan masih banyak lagi,” katanya.
Peran Pertamina
Cita-cita besar Tengku Fachrudin sejalan dengan program PT Pertamina dalam mewujudkan lingkungan hijau. Program Pertamina Hijau meliputi keanekaragaman hayati dan penanaman mangrove. Program keanekaragaman hayati bertujuan untuk melestarikan flora dan fauna endemik Indonesia, terutama yang dilindungi.
Sedangkan Program Penanaman Mangrove dilakukan di sekitar wilayah operasi Pertamina dan anak perusahaan.
Tahun 2022, PT Pertamina EP Zona 7 menanam sekitar 3 hektare mangrove. Tim Commrel PT Pertamina EP Zona 7 melakukan berbagai upaya pendampingan untuk penguatan agar cita-cita besar Tengku Fachrudin terwujud dan bekelanjutan. Program yang diluncurkan yakni Jawara atau Jaga Wana Rahayu.
Community Relations Officer PT Pertamina EP Zona 7, Winar Nur Aisyah Fatimah dan Dede Darmawan yang memfasilitasi wartawan mengeksplore hutan mangrove di Pantai Desa Jadimulya mengungkapkan, Program Jawara merupakan kerja sama antara PT Pertamina EP Zona 7 dengan penggiat lingkungan Panglaot dengan melibatkan pemerintah desa.
Program itu diluncurkan menyusul kerusakan dan degradasi hutan mangrove karena tekanan pembangunan. Berkurangnya keanekaragaman hayati laut pesisir Cirebon. Kemudian, Cirebon hanya memiliki mangrove seluas 1.780 ha dengan kondisi rusak 480 hektare.
Minimnya Pemecah Gelombang
Dan, yang lebih memprihatinkan, lebih dari 70 persen garis pantai pesisir Cirebon tergerus abrasi dengan rerata 1 meter per tahun. Peningkatan volume sampah yang terjebak di wilayah hutan mangrove serta minimnya pemecah gelombang alami.
Untuk mewujudkan Program Jawara, PT Pertamina EP Zona 7 mengeluarkan tiga program pendamping. Pertama, Kenari (Kenekaragaman Wana Lestari) meliputi ekowisata mangrove, penanaman bibit mangrove, coastal clean up, inovasi break water.
Kedua, Elang (Ekonomi Berkelanjutan dan Menguntungkan). Meliputi, batik mangrove, produk olahan mangrove, handycraft mangrove. Dan ketiga, Pipit (Pendidikan Ekosistem Pesisir Terpadu) meliputi pengenalan ekosistem mangrove, bahan edukasi mangrove, dan kurikulum mangrove.
Head of Commrel & CID-CSR PT Pertamina EP Zona 7, Wazirul Luthfi mengungkapkan, Pertamina merupakan perusahaan milik negara. Semua yang dilakukan Pertamina, demi kebaikan negara.
“Kami sudah memetakan daerah abrasi di pinggir pantai laut Cirebon. Hutan mangrove ini, selain diharapkan untuk mencegah daerah bahaya abrasi, juga terbentuk wisata laut. Kegiatan ini juga sebagai bentuk komitmen Pertamina untuk turut melestarikan lingkungan,” tambahnya.(Alif)