Ragam

Janji Manis Investor

MIRIS, kemajuan rupanya ditandai dengan lahan terbengkalai, nasib rakyat terkatung-katung, dan janji yang bisa dijual kiloan. Inilah kisah heroik PT Kings Property Indonesia (KPI), sang juru selamat ekonomi kawasan, yang berhasil mengubah tambak produktif milik petani tambak Losari menjadi museum penderitaan rakyat.

Konon katanya, kawasan industri akan membawa berkah. Namun nyatanya, yang terbawa hanyalah kegelisahan, kerugian, dan sertifikat yang menghilang entah ke dimensi mana. Dengan DP yang sudah dibayarkan sejak tujuh tahun lalu, para petani kini memelihara harapan kosong dan tagihan pajak.

Tidak tanggung-tanggung, hampir 500 petani kini ahli dalam seni bertahan hidup tanpa lahan, tanpa penghasilan, dan tanpa kepastian. Rupanya, dalam dunia pembangunan ala KPI, “pertumbuhan” berarti petani tumbuh menjadi ahli protes dan “pengembangan kawasan” berarti memperluas wilayah kekecewaan.

Pihak perusahaan tentu tidak tinggal diam. Mereka datang dengan strategi khas korporat: permohonan maaf dan minta waktu. Karena, bukankah minta waktu adalah hak asasi setiap investor yang gagal bayar? “Kami tidak lari,” katanya. Benar, karena yang lari justru waktu, kesabaran, dan harapan para petani.

Sementara itu, DPRD tampil sebagai pahlawan kesiangan. Mereka “akan terus mengawal”—sebuah kalimat sakti yang bisa menenangkan massa, meski tidak menghasilkan apa-apa selain rapat lanjutan dan dokumen MoU yang entah kapan dijadikan nyata. Betul, investasi memang penting. Tapi bila investasi artinya menggantung nasib rakyat selama nyaris satu dekade, mungkin yang dibutuhkan bukan investor, tapi dukun. Siapa tahu, dengan doa dan kemenyan, proyek yang tak kunjung tuntas ini bisa dipanggil arwahnya untuk memberi kejelasan.

Akhir kata, mari kita akui: dalam ekosistem pembangunan kita, janji adalah mata uang yang paling laris. Sayangnya, nilainya terus turun di mata rakyat.***

Related Articles

Back to top button