Puasa Membentuk Pribadi yang Tangguh

Oleh : Drs. D. Rusyono, M.Si.
Anggota Juang Kencana Kabupaten Kuningan
Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Islam, baik yang bersifat wajib
maupun sunnah, dengan cara tidak melakukan aktivitas makan minum serta aktivitas lain
yang dapat menyebabkan batalnya puasa, baik puasa yang bersifat sunnah terlebih yang
wajib, khusus yang wajib adalah puasa di bulan Ramadan yang biasa disebut Bulan Suci
Ramadan, yang kehadirannya sangat dinantikan oleh segenap umat Islam yang mempunyai rasa
iman dan tanggung jawab terhadap kewajibannya selaku umat Islam.
Puasa secara sederhana adalah menahan diri dari makan, minum serta yang
membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa Ramadan dilakukan
sebulan penuh pada bulan Ramadan, dengan dasar hukumnya adalah Surat Al-Baqarah ayat 183
yang artinya sebagai berikut : “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
(satu bulan penuh di bulan Ramadan) sebagaimana yang telah diwajibkan atas umat sebelum
kamu, agar kamu menjadi taqwa/tattaqun.”
Puasa merupakan salah satu implementasi dari Rukun Islam sekaligus
sebagai perisai atau segi tiga emas atau segi tiga pengaman bagi seorang muslim yaitu Ihsan,
Iman dan Islam. Ihsan dianalogikan dengan angka 1, kemudian Rukun Iman sebagai
yang mendasari keimanan dengan angka 6 dan Rukun Islam dengan angka 5 sebagai tataran
implementasinya yakni melalui ibadah 1. Syahadat, 2. Sholat, 3. Zakat 4. Puasa (Ramadan) dan
5. Ibadah haji kalau sudah mampu.
Secara rinci Ihsan adalah konsep islam yg mengacu pada kualitas, atau tindakan yng baik/terpuji karena selalu berprinsip bahwa Allah Maha Melihat atas segala perbuatan yang dilakukan oleh segenap umatNya, jadi senantiasa akan berusaha untuk terus berbuat kebaikan/kemanfaatan. Kemudian Iman adalah keyakinan/kepercayaan yang meresap dalam hati sebagai pengakuan dan pembenaran dengan tanpa ragu, dalam hal ini terhadap Rukun Iman dengan enam keyakinan. Sedangkan Islam adalah kepasrahan diri (tunduk, patuh) secara totalitas kepada Allah SWT, sehingga siap melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larang-Nya agar menjadi selamat dunia dan akhirat, tidak lain adalah Rukun Islam dengan lima kewajiban.
Tiga hal di atas dalam bidang ESQ (Emotional Spiritual Quotient) adalah perpaduan antara kecerdasan emosi dan spiritual, dan ketiga hal tadi adalah yang terpadu di dalamnya menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak bisa dipisahkan dan saling menguatkan, bahkan disebut pula dengan istilah Menara 165, yaitu senantiasa bersikap dan berbuat baik karena Allah selalu hadir memperhatikan, kemudian diyakini dengan 6 keyakinan,
Rukun Iman lalu diimplementasikan melalui 5 kewajiban Rukun Islam. (Ari Ginanjar Agustian). Jadi korelasinya adalah aspek emosi untuk berhubungan dengan sesama manusia sedangkan aspek spiritual berhubungan dengan Allah SWT. Terlebih dalam ibadah puasa Ramadan yang begitu dahsyat dan istimewanya merupakan momentum yang datang hanya 1 kali dalam setahun (satu bulan penuh) dengan membawa berbagai keutamaan, rasanya umat Islam rugi kalau tidak memanfaatkannya secara maksimal, sayang sudah diseru dengan sebutan amanu (yang beriman), maka paling tidak berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) baik dalam dimensi waktu maupun jenis ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah sebagai pendukung, sehingga muaranya mendapat pahala yang berlipat ganda, kemudian keberkahan, magfirah dan rakhmat yang diridhoi Alloh.
Pribadi adalah awal dari keluarga, atau keluarga merupakan akumulasi pribadi orang perorang, maka ketangguhan akan berawal dari pribadi dan bermuara kepada keluarga yang gilirannya pada masyarakat dan bangsa. Begitu pula dalam segala hal ihwal kehidupan akan demikian pula adanya.
Tangguh atau Ketangguhan adalah kondisi yang kuat, handal dalam pendirian, berintegritas, semangat dan konsisten serta tabah, sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan/ujian (KBBI, 2014). Selanjutnya secara alur pikir ketangguhan, karena tangguh sama dengan kuat, maka kalau sudah kuat menjadi unggul, dan kalau sudah unggul menjadi contoh/tauladan atau juga menjadi pemenang dan tentunya menang yang hakiki yakni secara kesatria dan jujur, yang akhirnya Insyaa Allah akan bermuara kepada selamat (dunia-akhirat).
Berbicara tangguh, maka paling tidak ada empat (4) Ketangguhan yang harus dimiliki oleh setiap orang maupun keluarga dan masyarakat, yaitu tangguh dalam beragama/spiritual, karena orientasinya adalah keluarga, maka dalam berkeluarga pun harus diupayakan dengan yang seiman (se-Islam), seaqidah sebagaimana dinasihatkan dalam Islam apabila mau berumah tangga/menikah maka sebaiknya memperhatikan empat (4) perkara yaitu hartanya, keturunannya, kecantikan/kegantengannya dan agamanya (HR Bukhari). Tangguh dalam beragama sekaligus juga sebagai wujud dari pengamalan fungsi keluarga.
Kemudian, tangguh dalam berilmu-pengetahuan, Inipun merupakan satu dari fungsi keluarga di bidang
pendidikan, yaitu harus arif, bijaksana, selalu berbuat baik dan memberi manfaat kepada
sesama dan kepada lingkungan masyarakat di tempat tingggal, harus terus menggali ilmu dan
semangat belajar, karena dalam pendidikan/mencari ilmu merupakan kewajiban bagi seluruh
umat atau warga yang berada di setiap satuan wilayah, karena mencari ilmu adalah sepanjang
hayat (long lasting education), mulai dari buaian sampai liang lahat “uthubul ilma minal
mahdi ilal lahdi, sehingga motto juangnya menjadi “dengan ilmu hidup menjadi bermutu, dan
dengan agama hidup menjadi bermakna. Tetapi tidak berarti harus dalakukan dalam bentuk
sekolah formal saja atau kegiatan belajar mengajar (KBM) terlebih ilmu keagamaan, tetapi
yang penting bisa dilakuan secara kegiatan belajar mengajar.
Yang ketiga, tangguh dalam enonomi, inipun merupakan fungsi dari keluarga, bahwa faktor ekonomi
termasuk kebutuhan primer dan menentukan terhadap kesejahteraan yang merupakan aspek
yang terkandung dalam ketangguhan, diantaranya guna menopang keperluan pendidikan dan
kesehatan. Namun demikian tentunya tidak serta merta hanya terpenuhi tetapi harus
diperhatikan juga kehalalan dan kebaikannya (halalan thoyiban).
Yang keempat, tangguh dalam tempat tinggal (Rumah), atau disebut juga dalam fungsi perlindungan.
Secara agama rumah harus menjadi surga bagi seluruh penghuninya (Baiti Janati).
Persoalannya bagaimana agar rumah menjadi surga bagi penghuninya ? tentunya harus
bernuansakan nilai-nilai agama (Keislaman) dan kebaikan lainnya, seperti dijadikan tempat
ibadah, sering dibacakan ayat-ayat suci Al-qur’an, pengajian keluarga dan sebagainya yang
bersifat kebaikan (ma’ruf). ***