Ayumajakuning

Macan Tutul Kembali Meneror Warga Kuningan, Tujuh Ekor Kambing Mati Diterkam

kacenews.id-KUNINGAN-Warga Kabupaten Kuningan khususnya di Kecamatan Hantara dibuat resah dengan kemunculan macan tutul. Karena, hewan buas tersebut memangsa hewan ternak warga yang berada di kandang.
Akibatnya, sang pemilik pun menderita kerugian materi yang cukup besar. Ditambah lagi, warga semakin ketakutan jika
keluar sendiri terutama di malam hari.
Pada pertengahan Bulan April, dua ekor macan tutul yang disinyilir induk yang
sedang mengajari anaknya berburu menyatroni Desa Tundagan, Kecamatan Hantara.
Hewan buas tersebut memangsa beberapa ekor kambing yang lokasinya agak jauh dari pemukiman warga. Perburuan tersebut tidak hanya sekali melainkan dua kali di kandang berbeda.
Di Bulan Mei ini, sang macan tutul kembali muncul di Desa Cikondang, Kecamatan
Hantara. Motif sama dengan di Desa Tundagan karena hewan tersebut memangsa tujuh
ekor kambing yang berada di kandang daerah setempat.
Kontan saja, warga Desa
Cikondang yang dipimpin oleh Kepala Desa Lia Nuryanah menjadi gempar. Karena, mereka tidak ingin kejadian tersebut terulang lagi.
Sementara itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menepati janjinya
karena sebelumnya pernah menyatakan jika macan tutul muncul lagi, lembaga
tersebut akan menerjunkan petugasnya ke lokasi kejadian. Sudah dua hari, mereka
berada di Desa Cikondang sambil mengidentifikasi lokasi kejadian.
Jejak kaki di sekitar kandang diduga kuat adalah jejak kaki macan tutul. “Sampai saat ini, petugas KSDA masih standby di lokasi. Mungkin nanti aplusan atau gantian dengan
petugas BKSDA lainnya,” Kepala Resor BKSDA Cirebon, Slamet Priambada ketika
dihubungi via whatsapps (WA), baru-baru ini.
Ia menyebutkan, selama di Desa Cikondang, petugas BKSDA menggelar diskusi
dengan berbagai pihak. Hal itu untuk mencari solusi agar kejadian serupa tidak
berulang. Salah satunya memperkuat kandang sekaligus memagarinya dengan
kawat berduri sehingga satwa seperti macan tutul tidak bisa memasuki area
kandang kambing. Solusi tersebut diharapkan bisa tepat guna.
Artinya, hewan ternak warga menjadi aman tanpa harus melakukan tindakan relokasi satwa macan tutul. Pihaknya masih berpandangan bahwa macan tutul merupakan salah satu
komponen pembentuk ekosistem lingkungan.
Sehingga, jika setiap berkonflik dengan
manusia harus ditangkap dan direlokasi, justru nantinya akan berdampak terganggunya ekosisten setempat.
“Tidak ada solusi tunggal dalam penanganan
konflik antara satwa dengan manusia. Bisa saja nanti ada solusi lainnya yang sama-
sama menguntungkan baik kepada manusia atau pun satwa liar itu sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, pihaknya belum bisa memastikan akan sampai kapan berada di lokasi Desa Cikondang karena tergantung situasi dan kondisi.
Kalau masih ada penampakan macan tutul yang melintas, maka petugas BKSDA akan berjaga di
lokasi sembari mencari terus solusi terbaik penanganannya. Selama proses kegiatan
tersebut, BKSDA pun dibantu oleh berbagai instnasi. Seperti unsur polsek dan koramil, pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan (Diskanak). Termasuk Kepala
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) juga sempat ikut serta melihat
situasi di lapangan.
“Alat yang kami bawa adalah sumber bunyi-bunyian yaitu petasan. Karena, kalau kotoran singa atau harimau harus pesan dan dikumpulkan terlebih dulu dari salah satu lembaga konservasi (LK) namun kami sudah pesan,”ucapnya.
Kepala Desa Cikondang, Lia Nuryanah ketika dikonfirmasi menyebutkan, tujuh ekor
kambing yang diterkam binatang buas adalah milik Hadri yang tercatat sebagai warga RT 005 RW 002 Dusun Cikondang 2. Kejadiannya hari Selasa, 6 Mei 2025 sekitar pukul 24.00 WIB di area kebun Blok Jene setempat. Kerugian ditaksir sekitar Rp10 juta. (Yan/”KC”)

Related Articles

Back to top button