May Day: Kita Harus Menghormati Buruh!

Oleh: Angga Putra Mahardika
Mahasiswa Jurusan KPI UINSSC
Tahukah kalian, baju yang menempel di badan kalian itu hasil kerja keras buruh jahit. Rumah yang kalian tempati adalah karya dari buruh bangunan. Banyak benda di sekitar kita yang bukan berasal dari tangan milik sendiri. Hampir semua barang dan komoditas diolah oleh buruh yang kadang diupah kecil. Sadarkah kita? Mungkin kita terlena oleh kata “karyawan” dan “pegawai”. Rasanya begitu terhormat saat bekerja dan menyandang status tersebut. Padahal sekarang, kita itu buruh juga. Bekerja untuk orang lain, dan mendapatkan gaji dari orang lain.
Bersyukurlah para saudara hidup di abad 21. Karena beberapa ratus tahun ke belakang, tepatnya 1887, jam kerja buruh berkisar 15-20 jam sehari. Bayangkan saudara-saudara, waktu untuk keluarga hanya 4 jam. Belum fasilitas kurang memadai, rawan kecelakaan dan isu beratus tahun: upah yang tidak manusiawi. Hanya karena buruh mengandalkan tenaga mentah sebagai daya jual, buruh dinilai sebagai komoditas tenaga, yang sekarang tergantikan oleh mesin-mesin pabrik. Habis sudah masa depan buruh, jadi dalam prosesnya bagaimana Tuhan menulis takdir buruh sebenarnya?
Setidaknya, Tuhan masih baik dan mempersilakan pemerintah untuk menandai tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional. Berubahnya tanggal hitam menjadi tanggal merah juga bukan tanpa alasan. Di sana terletak perjuangan manusia murni, bukan pakai darah tirani juga sejenis nabi. Mereka manusia biasa seperti kita yang hanya ingin hidup sejahtera. Mari sebentar menjenguk kabar buruh di masa 1887.
Berangkat dari abstrak. Hari buruh berasal dari kesenjangan sosial dan sikap semena-mena. Tan Malaka berkata dalam buku “Aksi Massa”. Revolusi bukanlah barang mewah. Revolusi ada jika kesenjangan antara kaum atas dan bawah semakin melebar. Begitu kata pria yang dibunuh oleh bangsanya sendiri iru. Jadi, secara singkat hari buruh itu hasil revolusi buruh dari masa itu. Mari kita perdalam satu-satu, kenapa bisa begitu.
Tidak ada lagi hal aman yang bisa dilakukan buruh kecuali demonstrasi. Salah satu demonstrasi yang paling aman yaitu pemogokan. Dan pemogokan pertama dilakukan tahun 1806 di Amerika Serikat. Agenda itu yang menjadi titik balik tanggal merah 1 Mei. 66 tahun berselang, tahun 1872, ada dua tokoh yang memiliki gagasan soal buruh: Peter McGuire dan Matthew Maguire. Hasil dari pemikiran itu mengumpulkan 100.000 buruh untuk melakukan aksi pemogokan. Berbincang dengan banyak pengangguran, melobi pemerintah dalam menetapkan 8 jam kerja. Mengganggu ketenangan masyarakat, begitu julukan McGuire.
Dua tokoh itu pergi lagi ke daerah St. Louis Missouri untuk membentuk perserikatan dengan pekerja kayu di tahun 1881. Hasilnya, terlahir United Brotherhood of Carpenters and Joiner of America. Persatuan itu melingkupi Chicago dan McGuire menjabat sekretaris umum. Karena gerakan di tahun 1806, 1887, dan 1881, massa buruh sudah cukup untuk melakukan demonstrasi. Tujuannya mengadakan hari libur untuk para buruh di awal bulan September.
Masih banyak peristiwa soal hari buruh yang patut kita ketahui. Peristiwa Haymarket, kongres sosialis dunia, sampai awal percikan demonstrasi buruh di Indonesia tahun 1920. Secara historis perjuangan buruh sangat panjang dan tentu berdarah-darah. Lalu bagaimana cara kita meningkatkan rasa hormat kita pada buruh? Tentu dengan mengetahui seluk-beluk apa yang dihasilkan buruh. Dari awal zaman modern hingga sekarang yang dikenal postmodernisme.
Secara singkat, modern itu dimulai abad 14, dunia masih dalam kungkungan gereja ortodoks. Salah satu mesin produksi yang terkenal adalah mesin cetak. Abad 18, mesin uap ditemukan. Bahasa bayinya, untuk membuat kasur kita tidak lagi menjahit menggunakan tangan satu per satu. Melainkan menggunakan mesin yang bisa membuat 3-5 kasur dalam sehari. Simpelnya sedikit demi sedikit, kebutuhan manusia mulai terpenuhi. Dan yang melakukan semua kerja itu selain buruh siapa lagi? Tanpa buruh mungkin kita tidak pernah ada sekarang, karena populasi manusia selalu turun setiap musim dingin.
Zaman berkembang hingga alat telekomunikasi: Tv, radio, telegraf, komputer. Semua alat elektronik itu dirancang oleh tangan kasar buruh. Kita bisa berbincang dengan orang tua yang sedang haji juga karena buruh. Buku, dahulu harus tulis tangan. Belajar juga harus datang ke lokasi guru yang bisa jadi di luar negeri berkilo-kilo jaraknya. Dengan produksi buku, pendidikan sekarang untuk semua orang dan kunci dari produksi barang, itu buruh. Belum lagi jasa; cleaning service, tukang bengkel, wartawan, guru. Selagi seseorang masih mendapatkan gaji atau upah, mereka buruh dan patut dihormati.
Perusahaan besar seperti Windows, Apple, Meta, Amazon, bisa apa kalau buruh pergi. Terutama negara, kalau buruh hengkang dan memilih kerja di luar negeri. Siapa yang akan mengembangkan negara sehingga menjadi maju, niscaya tidak ada. Buruh memang kadang tugasnya mudah sehingga sering disepelekan. Pemodal atau kapitalis menilai buruh hanya dengan uang. Buruh mengabdikan tenaga dan pikirannya untuk keluarga, perusahaan, dan yang paling penting, untuk Indonesia. Lantas, bagaimana kondisi buruh di ibu Pertiwi yang 20 tahun lagi menginjak umur 100 tahun?
Jelas tidak ada yang tahu. Bagaimanapun, kita tidak boleh berpangku tangan pada Tuhan. Harus kita sendiri yang turun ke jalan untuk membenahi masalah ini. Yang paling minimal adalah menghormati dan menghargai buruh di sekitarmu. Penulis tahu, buruh-buruh miskin memiliki keadaan yang kompleks. Sehingga kadang kita tidak mengerti kehidupan mereka. Sekurangnya kita memiliki rasa sopan yang sama, tidak hanya untuk orang penting juga orang biasa. Tidak memandang remeh, karena biasanya buruh jarang berpendidikan tinggi. Buruh juga tidak kenal hukum, dampaknya mereka mudah ditipu atau dipaksa melakukan hal-hal yang tidak mereka pahami.
Penulis terkekeh miris. Sudah gaji pas-pasan, ditambah pajak, uang rupiah turun, harga sembako kadang kacau. Sebuah kondisi yang tragis untuk para buruh. Buruh adalah manusia. Kita juga manusia. Buruh bagian dari kita. Buruh adalah pilar peradaban. Buruh adalah manusia yang sejati. Tidak sepatutnya mereka diperlakukan zalim. Kesejahteraan buruh berbanding lurus dengan kesejahteraan manusia. Kesejahteraan manusia adalah kemanusiaan itu sendiri. Jadi menghormati buruh adalah menghormati kita, kemanusiaan, dan peradaban. Selamat Hari Buruh internasional.***