Peminat Ayam Ciung Wanara Naik, BPPTU Banjir Order DOC

kacenews.id-MAJALENGKA-Permintaan DOC (Day Old Chick) ayam sentul atau dikenal juga dengan sebutan hayam kulawu yang dipercaya ayamnya Raden Ciung Wanara cukup membludak, kini permintaan pasar tidak bisa penuhi Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi karena produksi masih terbatas hanya 3.500 DOC per minggu.
Menurut keterangan Kepala Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi, Ahmad Gufron, permintaan DOC dari wilayah Jawa Barat saja saat ini mencapai 11.000 DOC, jumlah itu belum ditambah permintaan dari luar Jawa Barat.
“Untuk permintaan dari luar Jawa Barat sementara kami tolak karena list dari peternak Jawa Barat saja seperti Sukabumi, Kuningan, Cianjur dan wilayah lainnya mencapai 11.000 DOC per minggu,” ungkap Gufron.
Untuk harga DOC sendiri di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi hanya dijual seharga Rp 4500 per ekor, jauh lebih rendah dibanding harga di tempat lain yang telah mencapai Rp 6.000 per ekor.
Menurutnya, tingginya peminat ayam sentul yang habitat aslinya berasal dari Ciamis, ayamnya Raden Ciung Wanara, karena ayam sentul memiliki dua keunggulan, yakni pedaging dan petelur.
Daging ayam sentul teksturnya lembut tapi kekar sama halnya dengan ayam kampung, namun telurnya cukup banyak mampu memproduksi hingga 140 butir per ekor per tahun.
Namun dengan peningkatan mutu genetic produksi telur ayam Sentul kini sudah mampu memproduksi sebanyak sudah 200 telur per ekor per tahun.
“Ayam sentul produksi telurnya cukup banyak melalui peningkatan mutu genetik sudah bisa memproduksi hingga 200 telur per ekor per tahun, dagingna kokoh atau pepel, kualitas telur sama dengan ayam kampung, pertumbuhan ayam lebih cepat dan tahan terhadap perubahan iklim, makanya ayam Ciung Wanara ini semakin banyak diminati peternak,” papar Gufron yang menyebut populasi ayam sentul di balainya telah mencapai 10.000 ekor.
Pihaknya kini belum bisa mengembangkan ayam jenis lain seperti ayam pelung yang juga mulai banyak diminati, karena keterbatasan sarana dan prasarana. Jika disatukan dia khawarir terjadi kebocoran genetik.
“Ayam sentul di balai konservasi mulai dikembangkan sejak Tahun 2013, nah kalau sekarang masuk ayam lain dan tidak ditunjang sarana dan prasarana yang memadai khawatir terjadi bocor genetik,” ungkap Gufron.
Gufron berkeinginan mengambangkan dua jenis ayam asli Jawa Barat, yakni ayam pelung yang berasal dari Cianjur yang memiliki keunggulan suara dan fostur yang besar hingga bobotnya bisa mencapai 3,5 kg per ekor dan harga bisa mencapai puluhan juta rupiah, serta ayam sentul yang juga memiliki keunggulan ganda, yakni pedaging dan petelur.
“Hanya untuk ayam pelung belum terlaksana, namun kami kini mulai membuat komunitas agar ayam ini juga bisa terus dibudidayakan para peternak,” ungkap Gufron.(Ta)