Finansial

Dari Cangkang Jadi Mahakarya

Kisah Inspiratif Istana Kerang Cirebon yang Mendunia

Oleh Ismail Marzuki-Kabar Cirebon

DI sudut tenang Desa Astapada, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat berdiri sebuah bengkel kerja yang penuh warna dan kisah inspiratif. Di dalamnya, tangan-tangan terampil mengubah cangkang kerang menjadi karya seni bernilai tinggi.

Adalah Siti Nurhandiah, sosok di balik “Istana Kerang Multidimensi Cirebon”, yang menghidupkan potensi laut Indonesia menjadi cahaya bagi banyak orang, terutama bagi masyarakat sekitar.

Siti bukan sekadar pengrajin. Ia adalah perempuan tangguh yang melihat krisis sebagai peluang. Berbekal semangat pasca-krisis moneter 1998, ia dan sang suami memulai usaha dari nol.

Awalnya, hanya mengirim kulit kerang ke Filipina, hingga akhirnya memutuskan membuat kerajinan sendiri. Kini, produk kreasinya mulai dari asbak, lampu hias, sofa, bahkan tempat tidur berlapis kerang telah menembus pasar mancanegara.

“Kerang yang kami kelola bukan yang dilindungi. Semua legal, dan kami pastikan tidak merusak lingkungan,” ujar Siti, belum lama ini.

Ia sadar, seni dan kelestarian alam harus berjalan beriringan. Produk hasil tangannya telah terbang ke Jepang, Prancis, Jerman, hingga Chili.

Dari kerang yang sebelumnya dianggap limbah, kini menjadi sumber ekonomi dan kebanggaan. Harga jualnya pun bervariasi, mulai dari Rp10 ribu hingga puluhan juta rupiah per unit.

Namun, perjalanannya tak selalu mulus. Pandemi COVID-19 sempat menghantam usaha Siti. Jumlah pesanan yang biasanya mencapai 4 hingga 5 kontainer per bulan, merosot drastis menjadi hanya beberapa kubik.

Alih-alih menyerah, ia memutar strategi. Ia memanfaatkan platform digital dan menjual hasil kerajinan secara daring.

Tak hanya itu, untuk mempertahankan karyawan, ia membuka kebun sayur dan menjual hasilnya dengan harga miring kepada para pekerja.

“Yang penting mereka tetap punya penghasilan. Nggak ada yang dirumahkan,” katanya dengan mata berbinar. Empatinya bukan sekadar kata, tapi perbuatan nyata.

Sebagai salah satu UMKM binaan BRI, Siti juga aktif mengikuti berbagai pameran dan pelatihan yang diselenggarakan lewat program UMKM Export BRILian Preneur.

Dari sinilah, jaringannya melebar dan pesanan dari luar negeri terus berdatangan. Ia bersyukur banyak pihak yang mendukung perjalanan bisnisnya, termasuk Bank BRI.

Nova Agung, manajer pemasaran Istana Kerang, menyebut usaha mereka membutuhkan 1 hingga 6 ton bahan kerang setiap bulannya. Meski dihantam fluktuasi ekonomi global, krisis logistik, hingga konflik internasional, Nova optimistis mereka bisa tetap bertahan.

“Yang penting terus bergerak dan memanfaatkan platform digital semaksimal mungkin,” ujarnya.

Kini, Istana Kerang bukan hanya unit usaha, melainkan menjadi salah satu destinasi wisata belanja khas Cirebon. Banyak turis dari berbagai negara datang langsung ke showroom mereka untuk melihat dan memesan kerajinan unik khas Indonesia.

Lebih dari sekadar bisnis, perjalanan Siti Nurhandiah adalah kisah tentang keberanian, kreativitas, dan kepedulian.

Dari sebutir kerang, ia membuktikan bahwa harapan bisa tumbuh di tengah tantangan. Dan dari sebuah bengkel kecil di desa, ia membawa nama Cirebon mendunia dengan sentuhan tangan dan hati seorang perempuan Indonesia.***

Related Articles

Back to top button