Ragam

Bertekstur Empuk dan Lumer di Mulut, Botok Roti Sajian Kuliner Favorit saat Ramadan

 

kacenews.id-CIREBON-Botok roti kini menjadi salah satu menu favorit untuk berbuka puasa atau takjil bagi masyarakar Cirebon. Pasalnya dengan tekstur yang empuk dan lumer di mulut, menjadikan makanan ini banyak diburu masyarakat saat Ramadan.

Namun dibalik rasa manis legitnya yang menggugah selera, ternyata kemunculan botok roti yang kini menjadi makanan pembuka favorit di bulan puasa, berawal dari ide para Sultan Cirebon dalam memanfaatkan roti kering pemberian Belanda kepada para Sultan tersebut.

Menurut pembuat botok roti asal Desa Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Muhaimin, munculnya botok roti berawal dari kebingungan juru masak Kesultanan Cirebon asal Jamblang ketika menentukan pergantian menu varian makanan.

Saat itu, dibenak juru masak sendiri belum terpikir untuk membuat makanan varian baru berupa botok roti. Karena, di zaman kolonial Belanda kala itu hanya orang berpangkat atau orang yang punya jabatan saja yang memiliki gula.

“Zaman itu kan yang punya gula cuma orang berpangkat dan punya jabatan saja. Nah yang rotinya cuma kompeni, tentara belanda,” ujar Muhaimin.

Menurutnya, ide membuat botok roti itu kemudian muncul setelah Sultan mendapat pemberian roti kering dari kompeni. Sultan ingin agar roti kering itu dapat dimanfaatkan dengan mengelolanya menjadi makanan.

Kemudian Sultan pun meminta juru masak tersebut untuk bisa memanfaatkan roti kering menjadi makanan. “Zaman dulu kan kelapa tinggal ngambil, dedaunan juga banyak. Akhirnya (bahan-bahan tersebut plus gula, red) dikombinasikan, jadilah botok roti,” katanya.

Sehingga, hidangan roti pada Ramadan ini semakin istimewa dijadikan sebagai menu takjil karena memiliki cita rasa manis, legit, dan gurih. Botok roti merupakan makanan berbahan dasar roti tawar yang dikukus bersama campuran santan, gula, dan bahan lainnya, sehingga menghasilkan tekstur lembut dengan rasa manis dan gurih yang khas.

Sepintas, tampilan botok roti mirip dengan kolak, tetapi tanpa kuah. Cara penyajiannya pun unik, yaitu menggunakan bungkusan daun pisang dengan lapisan plastik di dalamnya agar isiannya tidak tumpah.

Perpaduan roti dengan santan dan gula membuat botok roti tidak hanya menjadi camilan, tetapi juga bisa menjadi pengganti nasi bagi sebagian orang yang ingin berbuka dengan makanan ringan namun tetap mengenyangkan.

Salah satu penjual botok roti di Jalan Fatahillah, Kecamatan Weru, Abdul Ghofar, mengungkapkan, permintaan botok roti meningkat drastis selama Ramadan. “Setiap hari pada bulan puasa saya bisa menyediakan sampai 800 bungkus,”katanya.

Menurutnya,  botok roti bukanlah makanan baru di Cirebon. Hidangan ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan sering dibuat oleh masyarakat setempat sebagai alternatif dari botok tradisional yang biasanya menggunakan parutan kelapa dan ikan teri.

Dibandingkan botok pada umumnya, botok roti lebih mudah dibuat dan bahan-bahannya lebih sederhana. Beberapa warga Cirebon mengatakan botok roti mulai populer sejak dulu ketika roti tawar mulai mudah didapat di pasar-pasar tradisional.

“Kalau ada roti sisa, dulu orang tua saya selalu buat botok roti, katanya biar tidak mubazir. Tapi sekarang malah jadi makanan favorit,” katanya.

Ghofar menyebutkan harga botok roti cukup terjangkau, berkisar antara Rp5.000 hingga Rp10.000 per bungkus, tergantung ukuran dan bahan tambahan yang digunakan.

Lebih lanjut, di tengah menjamurnya makanan kekinian, keberadaan botok roti sebagai takjil khas Cirebon masih tetap bertahan. Hal ini tidak lepas dari peran pedagang dan masyarakat yang terus melestarikan kuliner tradisional ini.

Beberapa pelaku usaha kuliner di Cirebon bahkan mulai berinovasi dengan botok roti, seperti menjualnya dalam kemasan modern atau menambahkan varian rasa baru. Meski begitu, mereka tetap mempertahankan cara penyajian khas dengan daun pisang agar aroma dan cita rasanya tidak berubah.(Junaedi)

 

Related Articles

Back to top button