Kampung Domba Cibuntu: Harmoni Alam di Kaki Gunung Ciremai

UDARA sejuk langsung menyapa begitu memasuki Desa Wisata Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dikelilingi pepohonan hijau dan hamparan alam yang masih asri, desa ini seperti surga tersembunyi di kaki Gunung Ciremai.
Hanya ada satu jalan masuk, tak ada jembatan atau jalur tembus ke desa lain. Mungkin itulah yang membuat suasana di sini terasa begitu damai, jauh dari kebisingan kota.
Namun, daya tarik Cibuntu bukan hanya pesonanya yang menenangkan. Desa ini menjadi contoh bagaimana masyarakat setempat mampu mengelola potensi alam mereka dengan bijak, menjadikannya sumber kehidupan dan ekonomi yang berkelanjutan.
Bahkan pada 2021 menjadi salah satu yang terpilih menjadi Desa BRILian Batch 2. Karena, Desa Cibuntu memiliki keunggulan tersendiri, yaitu inovasi dalam wisata alam dan budaya. Keberadaan Bank BRI di tengah-tengah di desa ini sejak tahun 2017, dinilai sangat membantu dalam pengembangan usaha kecil maupun menengah milik masyarakat setempat.
“Sejak tahun 2017 BRI juga telah banyak memberikan sumbangan kepada desa dan masyarakat Cibuntu dalam proses pinjaman dan sumbangan alat-alat untuk dimanfaatkan balai desa dan di luar balai desa,” kata Kepala Desa Cibuntu, Abah Awam, belum lama ini.
Warga Cibuntu tidak hanya mengandalkan keindahan alam sebagai daya tarik utama. Di bawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), mereka mengelola berbagai destinasi menarik, mulai dari Curug Gongseng yang menyegarkan, situs purbakala yang menyimpan sejarah, hingga mata air Kahuripan yang jernih.
Ada juga kebun bambu petung yang menjadi kawasan konservasi, kolam ikan terapi, hingga camping ground dan kolam renang yang ramai dikunjungi wisatawan.
Namun, ada satu hal unik yang membuat Cibuntu berbeda dari desa wisata lainnya. Yakni keberadaan Kampung Domba.
Kampung Domba: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Seperti kebanyakan desa di Kuningan, mayoritas warga Cibuntu adalah petani dan peternak. Dulu, kandang-kandang kambing mereka berada dekat dengan rumah penduduk, menimbulkan aroma tak sedap dan membuat lingkungan kurang nyaman. Sebagai kepala desa, Abah Awam melihat hal ini sebagai tantangan yang harus diatasi.
“Tahun 2010, kami mulai memindahkan kandang-kandang itu ke sebuah lahan di dekat bukit. Kami menamakannya Kampung Domba,” kata Abah Awam.
Langkah ini membawa perubahan besar. Warga yang tidak beternak bisa hidup lebih nyaman, sementara peternak bisa lebih leluasa mengembangkan usaha mereka. Kini, jumlah kambing di desa ini bahkan lebih banyak dari jumlah penduduknya.
“Penduduk di sini sekitar 800 jiwa, tapi jumlah kambing sudah 1.100 ekor. Kalau dulu cuma puluhan, sekarang berkembang jadi ribuan,” lanjutnya.
Kampung Domba kini menjadi daya tarik tersendiri. Kandang-kandang yang dibangun menyerupai rumah panggung, tertata rapi di atas lahan yang luas. Setiap peternak memiliki kandang yang sesuai dengan jumlah kambing mereka, mulai dari belasan hingga puluhan ekor.
Momon, salah satu peternak, merasakan sendiri manfaat besar dari pemindahan kandang ini.
“Dulu kalau dekat rumah, bau dan kotorannya bikin risih. Sekarang, lebih nyaman. Kami juga lebih fokus beternak,” ujarnya sambil tersenyum. Momon saat ini memiliki 15 ekor kambing yang dijual dengan harga berkisar antara Rp1 juta hingga Rp5 juta per ekor, tergantung beratnya.
Keunggulan lain dari peternakan di Cibuntu adalah kualitas kambingnya. Warga hanya memberi pakan alami berupa rumput kaliandra, yang dikenal memiliki kandungan protein tinggi.
“Pakan ini membuat daging lebih empuk dan enak. Banyak pembeli dari luar desa datang langsung ke sini karena sudah tahu kualitasnya,” kata Milik, peternak lainnya.
Menjelang Idul Adha dan musim akikah, Kampung Domba selalu ramai didatangi pembeli. Uniknya, para peternak di Cibuntu tidak perlu repot mencari pelanggan. “Kami nggak jual ke luar, mereka yang datang sendiri ke sini,” tambah Milik.
Saat ini, sudah ada lebih dari 90 kandang yang dibangun secara gotong royong oleh warga dan pemerintah desa. Rencananya, jumlahnya akan terus ditambah seiring meningkatnya minat masyarakat untuk beternak.
Cibuntu adalah contoh nyata bagaimana sebuah desa bisa berkembang tanpa harus mengorbankan keasrian alamnya. Dengan sistem peternakan yang tertata rapi, wisata yang dikelola secara profesional, serta keramahan penduduknya, desa ini berhasil menciptakan harmoni antara lingkungan, ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakatnya.(Mail)