Ayumajakuning

Beberkan Penyebab Meninggalnya Siswa SMPN, Kapolres Kuningan: Hasil Autopsi Korban Perang Sarung

kacenews.id-KUNINGAN-Meninggalnya seorang siswa kelas 8 salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di wilayah Kabupaten Kuningan, Mhh (14 tahun) mengundang keprihatinan. Karena jasad korban ditemukan di area pemakaman Kelurahan Cirendang Kecamatan Kuningan dalam kondisi luka di bagian dada dan wajah.

Jenazah korban ditemukan oleh warga pada Hari Kamis Dini Hari (6/3/2025) karena pada Hari Rabu Malam (5/3/2025) tidak pulang ke rumah. Ia bersama teman-teman suka membangunkan saur atau lebih dikenal dengan sebutan koprek sehingga sering berkumpul di Masjid Kelurahan Cirendang.

Hari Jumat pagi setelah dikebumikan di area pemakaman umum setempat, sorenya kembali dibongkar oleh aparat kepolisian yang telah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga. Jenazah korban dibawa ke rumah sakit di Losarang Kabupaten Indramayu untuk dilakukan autopsi guna mengetahui penyebab kematiannya.

Kapolres Kuningan, AKBP. Willy Andrian menyebutkan, Hari Kamis Malam, sempat terjadi perang sarung antar kelompok remaja RT 01 dengan RT 09 Kelurahan Cirendang.

Pihak yang kalah melarikan diri karena kalah jumlah namun korban justru hilang sehingga dicari oleh teman-temannya. Namun keesokan harinya malah ditemukan meninggal dunia.

Untuk itu, pihaknya melakukan serangkaian penyelidikan untuk mengungkap kasus tersebut. Hasil dari autopsi menyebutkan ada luka di dahi, luka lecet di pipi, lengan namun tidak ada luka memar di bagian kepala dan badan.

Hasil keterangan dari dokter forensik bahwa luka-luka tersebut tidak menyebabkan kematian. Artinya korban meninggal tidak dalam keadaan dianiyaya.

“Mungkin, korban pas waktu melarikan diri terjatuh sehingga langsung meninggal dunia karena hasil autopsi, luka-luka yang di dahi tidak menyebabkan kematian. Dan tidak ada bekas luka memar di bagian kepala atau pun badan,” ujarnya didampingi Kasat Reskrim, AKP. Nova Bhayangkara, Kasi Humas, AKP. Mugiyona, Kanit PPA, Ipda. Heru dan Kanit Inafis, Iptu. Wiyogi.

Ia menyebutkan, luka-luka pada korban bisa saja disebabkan karena berbagai hal. Misal, mungkin saja saat terjatuh atau ketika terjadinya perang sarung dan sebagainya.

Namun sekali lagi dipastikan, hal itu bukan menjadi penyebab kematian. Berdasarkan keterangan dari orangtua, korban jika terlalu kelelahan bisa pingsan ditambah lagi memiliki penyakit bawaan.

Kendati demikian, kasus tersebut masih dalam penanganan dan pendalaman. Pihaknya harus sangat hati-hati ketika melakukan penyelidikan dan pelidikan karena yang diperiksa adalah anak-anak di bawah umur yang berstatus pelajar.

Jumlahnya 20 orang, mereka memerlukan kesempatan bersekolah sehingga tidak bisa memutuskan sendiri. Pihaknya berkoordinasi dengan UPTD Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) serta akan bersinergi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Cirebon serta unsur lainnya untuk dilakukan asistensi terlebih dulu sehingga nantinya akan tahu langkah penyelesaiannya.

Berkaitan dengan perang sarung di Bulan Suci Ramadan 1446 H., ia mengharapkan bantuan dari orangtua serta para guru di sekolah agar dijaga, diawasi sekaligus diberikan pengarahan.

Sepulang dari tarawih, kegiatan anak-anak dilanjut dengan mengaji di rumah melalui bimbingan para guru. Hal itu dapat dilakukan melalui vicom atau zoommeeting.

Jangan biarkan anak-anak berkeliaran di malam hari, apalagi sampai melakukan tawuran atau perang sarung sebab hal itu merugikan diri sendiri sekaligus meresahkan masyarakat.(Ya)

Related Articles

Back to top button