Cirebon Majalengka Masuk Zona Merah Paham Radikalisme dan Terpantau Densus 88 Anti Teror

kacenews.id-MAJALENGKA-Sikap intoleran dan radikalisme di Jawa Barat dinilai paling tinggi dibanding masyarakat wilayah Indonesia lainnya, jumlah napi teroris dan eks napi terorispun paling banyak yang hingga kini masih terus dipantau Densus 88.
Kasubnit Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Satgaswil Jabar Densus 88 Anti Teror, Kompol Satori pada acara Majalengka Berbicara, Selasa (11/6/2024) mengatakan, jumlah eks napiter di Jawa Barat saat ini mencapai 270 orang, sedangkan narapidana yang kini tersebar di 13 Lapas mencapai 110 orang.
“Persoalan terorisme di Jawa Barat ini bukan kaleng – kaleng, bukan hanya pelaku bunuh diri atau perekrut yang mengajak masuk, melainkan juga beberapa di antaranya adalah perakit bom. Karenanya perlu diwaspadai orang – orang yang kesehariannya hidup ekslusif, serta sikapnya yang patut dicurigai,” ungkap Satori.
Menurutnya, Kabuaten Majalengka dan Cirebon adalah salah satu zona merah yang terus menjadi perhatian pihak Densus 88 anti teror. Hingga saat ini masih banyak orang – orang yang berafiliasi dengan organsiasi – organisasi radikalisme dan terorisme, sikapnya sangat intleran, mudah mengkafirkan orang lain.
Metoda perekrutan teroris diantaranya melalui agama, tak heran banyak masyarakat yang pengetahuan agamanya tanggung bahkan minim, ditambah wawasan kebangsaan yang juga minim sangat mudah masuk pada jaringan terorisme.
Menurut Satori, berdasarkan hasil analisa dan kasus yang terjadi, ada kecederungan mereka yang masuk jaringan teroris ini adalah masyarakat yang tinggal di daerah – daerah yang banyak situs, serta kesultanan. Sebab kultur budaya sangat mudah dipengaruhi.
Upaya pencegahan yang terus dilakukan diantaranya melalui sosialisasi, pembinaan secara langsung, peantauan.
Pembinaan juga terus dilakukan terhadap napi, mulai dari setelah dilakukan penangkapan, penuntutan di Persidangan hingga mereka bebas dari Lapas.
Usai menjalani tanahan mereka juga dibina dengan diberi lahan usaha termasuk mantan napiter di Kabupaten Majalengka yang kini membuat bidudaya jamur, usaha ikan dan lain sebagainya sesuai bakat dan kemampuannya masing – masing. “Kami terus mantau mereka karena saya pikir untuk benar – benar lepas dari pemahaman teror rasanya sulit.” ungkapnya.
Pembicara lainnya AKP Agus Romy memaparkan soala kenakalan remaja hingga persoalan geng motor yang kini dilegalkan menjadi sebuah ormas. Baginya kini lebih pada penindakan kasus sebab regulasi berada di DPR dan Pemerintah.“Visi misinya bagus, tapi fakta di lapangan bangus apa ngga?” Agus balik bertanya.(Ta/Je)