Puluhan Hektare Kawasan Hutan Cipadung Kritis, Kodim 0617/Majalengka Lakukan Reboisasi

MAJALENGKA-Komando Distrik Militer (Kodim) 0617/ Majalengka tanami lahan kritis seluas lebih kurang 50 hektare di hutan Patilasan Prabu Siliwangi, Desa Pajajar, Kecamatan Rajagaluh, Senin (15/1/2024).
Kegiatan reboisasi dilakukan untuk melindungi mata air yang selama ini dimanfaatkan untuk PDAM serta areal pertanian.
Dandim 0617 Majalengka Let Kol Inf Dudi Pilianto mengungkapkan, penanaman pohon di lokasi wisata religi tersebut, dengan pertimbangan lahannya mulai kritis dan debit air terus berkurang. Padahal air dari lokasi tersebut banyak dimanfaatkan untuk para petani mengairi sawah, air bersih pedesaan serta untuk menyuplai air ke konsumen PDAM di wilayah kota Majalengka dan Kecamatan Sukahaji.
Menurutnya, dipilihnya pohon beringin untuk menghindari terjadinya pembalakan dan daunnya lebih rimbun serta akarnya bisa lebih banyak menyimpa air, terutama di saat musim kemarau.
“Pohon beringin ini dikenal daunnya rindang sehingga akarnya mampu menyimpan air lebih banyak. Sehingga debit air dari mata air Cipadung ke depan akan normal kembali seperti sebelum lahan ini kritis,” katanya.
Sementara itu, Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi mengemukakan, ada sekitar 50 hektare dari keseluruhan luas 300 hektare lahan di kawasan Hutan Cipadung, yang kondisinya kritis, sehingga butuh ditanami kembali.
“Kemarin terjadi kekeringan yang cukup panjang. Kedua debit air semakin berkurang padahal sumber air dari Cipadung ini banyak dibutuhkan masyarakat, untuk pertanian, air bersih pedesaan dan PDAM,” katanya.
Direktur Teknik PDAM Kabupaten Majalengka Rolan Rosisendra menyebutkan, PDAM memanfaatkan air dari mata air Cipadung sebanyak 62 liter per detik. Namun hingga di bagian tempat penampungan air, debit hanya mencapai 56 liter per detik. Bahkan ketika musim kemarau, air menyusut hanya sekitar 59-60 liter per detik.
“Air ini tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang sudah mencapai 7.000. Karena debit air yang dibutuhkan mencapai 70 liter per detik. Namun itu diperkirakan akan menganggu kebutuhan air lain,” tuturnya.
Sejauh ini diperoleh informasi, menyusutnya debit air dari Cipadung terus akibat lahan hutan yang gundul. Selain itu diduga karena terjadi penambangan batu dan pasir di kawasan atas Hutan Cipadung.
“Kondisi air di Situ Cipadungnya sangat drop. Dulu hingga 2018 tinggi muka air hingga patung ikan. Tapi sekarang tinggi muka air berkurang drastis hingga sekitar 50 cm,” kata seorang warga.(Tati)