The Power of Money

Oleh: Angga Putra Mahardika
Mahasiswa KPI UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
Anda suka uang? Siapa yang tidak suka uang di abad ke-21 ini. Semua orang tahu bahwa keberadaan uang sangat penting di kehidupan kita. Uang menjadi alat tukar dan penentu kualitas suatu barang dan jasa, mempermudah transaksi, memindahkan kekayaan. Tidak ada yang salah dengan itu.
Kita bisa makan beberapa hari hanya dengan membeli satu kilo beras, 24 ribu. Kita bisa mengakses internet sebulan dengan membeli paket data 60 ribu. Tidak usah menukar tiga kilo beras dengan paket data sebulan, karena nilai mereka tidak sama. Uang nenjadi penyelamat; alhasil kita menjual kuota untuk membeli beras, atau menjual beras untuk memasang wifi di rumah.
Lantas, apa masalahnya? Kenapa esai ini dibuat? semua baik-baik saja bukan? Semua baik-baik saja sampai saudara Anda meninggal karena telat penanganan. Semua terasa damai sampai punggung Anda lelah duduk di kereta termurah. Pendidikan negeri berbeda dengan swasta. Apply lowongan kerja susah karena tidak ada pelicin. Semua akan terasa enak dan nyaman saat Anda semakin menderita, dan tersingkir dari sistem yang telah dibuat.
Tujuan esai ini untuk membahas: The Power Of Money (Kekuatan uang). Kita akan menjelajahi perjalanan uang dari awal dibentuk, hingga sekarang. Sekarang, saat-saat kita dipengaruhi besar-besaran oleh selembar kertas ciptaan bank negara.
Pada tahun 2150 sebelum masehi, orang-orang Sumeria yang berada di Mesopotamia (sekarang Iraq) menggunakan jelai (semacam padi dan gandum) untuk bertransaksi. Mengapa menggunakan jelai? Karena jelai adalah pangan utama orang-orang Sumeria. Karena itu makanan pokok, awalnya orang Sumeria merasa baik-baik saja. Namun, seiring waktu timbul masalah. Kesulitan jelai sebagai uang adalah nilainya yang bergantung pada keinginan penukar.
Misalnya satu buah sepatu akan dihargai lima kilo jelai. Lalu satu set perlengkapan tani, dihargai lima belas kilo jelai. Masalahnya adalah tidak semua orang butuh jelai saat itu. Dan jelai-jelai itu terlalu banyak untuk disimpan di rumah. Yang akan dirugikan dari proses ini merupakan petani jelai. Jelai tumbuh lama, sedangkan kebutuhan orang berbeda-beda. Akhirnya mereka mulai menggunakan uang yang tidak memiliki fungsi penggunaan: logam dan kertas.
Sampai di sini terasa baik-baik saja, kecuali era perang dimulai. Kerajaan Islam di timur tengah mempunyai uang dinar. Kekaisaran Roma yang beragama Kristen, juga mempunyai mata uang, solidus. Mungkin Anda mengira bahwa kepercayaan tertinggi manusia adalah pada agama? Bukan, kepercayaan tertinggi manusia saat ini adalah uang. kerajaan Islam mengalami kekalahan di perang salib 1 melawan Kekaisaran Bizantium (Roma). meskipun begitu, uang-uang yang digunakan oleh orang muslim, yaitu dinar yang memiliki lafal “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah” tetap digunakan oleh orang-orang romawi.
Padahal mereka memiliki solidus yang memiliki lafal “Yesus Kristus, Raja Segala Raja”. Sangat jelas, masing-masing uang memiliki kepercayaan religius tertentu, dan uang berhasil mengalahkan kepercayaan itu. setelahnya apa lagi yang bisa uang beli menggunakan kekuatannya?
Apakah anda punya kenalan seorang hartawan di desa. Biasanya mereka menyumbang dengan uang mereka untuk acara-acara desa. Secara tidak langsung saat acara dimulai, Anda akan mempersilahkan orang itu duduk di bangku-bangku depan; bangku orang penting. Kalau ditanya mengapa, jawaban Anda tidak jauh dari “Dia sudah membantu kita.” Kalau hanya setakat membantu, bukankah semua panitia dan warga juga membantu.
Itu adalah salah satu bukti bahwa rasa hormat (respect) bisa dibeli dengan uang. Kemudian apa lagi yang bisa dibeli uang? Kesejahteraan. kita tahu kesejahteraan itu relatif, tetapi apakah Anda pernah melihat rumah-rumah gubuk di sekitar TPA Bantar Gebang. mereka tidur, makan, dan hidup berdampingan dengan sampah; anginnya dan air yang busuk. kalau dibandingkan, apa perbedaan rumah mereka dengan perumahan konvensional? betul, uang. Bahkan uang bisa membeli masa depan, mereka harus menabung banyak untuk bisa pergi dari sana dan memulai hidup baru.
Sesungguhnya banyak sekali hal yang bisa dibeli dengan uang, hanya saja kita menyangkal hal itu; kecepatan, kesehatan, pendidikan, kesempatan, mimpi, pertumbuhan. Itu yang ingin penulis tunjukkan, begitu besarnya pengaruh uang terhadap kita. Uang bisa membolak-balik hidup kita. Kalau Anda orang kaya, mungkin sudah tahu diskursus seperti ini. Esai ini ada untuk mereka yang belum sadar dan terus terhipnotis oleh The Power of Money.
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk tidak terpedaya uang. pertama, cukup percaya uang itu alat tukar; tidak lebih. Hal yang mesti anda lakukan pertama kali adalah mengubah pandangan atau pondasi kepercayaan. Kedua, lakukan hal-hal yang tidak mesti harus menggunakan uang. Contohnya; menulis (journaling), meditasi atau melamun, olahraga, family time, bersapa dengan tetangga, beribadah, belajar, diskusi, puasa, dan masih banyak lagi. Ubah kebiasaan pelan-pelan.
Ketiga, temui orang-orang tidak berdaya dan terkena dampak The Power of Money. pengemis, lansia, disabilitas, pemulung, orang-orang miskin karena sistem, anak punk, golongan marjinal, pasti ada di sekitar Anda. Tujuannya adalah: untuk memperhatikan bagaimana mereka tetap bahagia, mengatasi masalah, menerima takdir, dan bertahan hidup.
Keempat, mulai hubungan dengan orang lain atas dasar solidaritas tanpa pamrih. Karena cara manusia bersosial sekarang bersifat komersial. Kita menolong orang lain jangan berharap orang tersebut akan menolong kita. Kelima, mulai gunakan setengah uang untuk orang lain. cara ini adalah counter dari individualisme, sebuah paham yang mengatakan bahwa manusia itu bernilai dari dirinya sendiri dan tidak bergantung pada apapun diluar dirinya.
Dalam ilmu sosial, karakteristik masyarakat modern bersifat individualisme. hal ini juga yang mendorong berkembangnya The Power of Money. Semua orang berkompetisi dan bersaing alih-alih kolaborasi dan gotong royong. Uang itu bisa untuk saudara, keluarga, kerabat dan orang-orang terdekat.
Jujur uang itu menggiurkan. uang bisa merubah karakteristik seseorang. uang bisa mengubah hidup kita, dan memberikan kemudahan. Tanpa sadar kita terlena karenanya. Kita merasa semua hal bisa dibeli dengan uang–bahkan manusia itu sendiri (budak). Supaya hidup kita tidak dikendalikan uang, manusia yang harus punya kontrol tentang uang. Jadikan uang hanya sebagai alat pertukaran, bukan tolak ukur kehidupan dan kebahagiaan.***