CirebonRaya

Revitalisasi Bangunan Mangkrak, Mobil Gubernur Dicegat Pedagang Pasar Junjang Kabupaten Cirebon

kacenews.id-CIREBON-Pedagang Pasar Junjang Arjawinangun Kabupaten Cirebon memberhentikan mobil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, saat akan keluar dari Gedung Negara di Krucuk Kota Cirebon.

Peristiwa itu terjadi Kamis, (27/11/2025). Karena dikerumuni banyak orang, akhirnya mobil yang ditumpangi Dedi Mulyadi pun berhenti.

Ia yang duduk di kursi penumpang di bagian depan pun membuka kaca mobil dan mendengarkan keluhan pedagang terkait revitalisasi Pasar Junjang yang tak kunjung selesai. “Pak KDM, turun pak, turun pak,” kata para pedagang saat itu.

KDM pun menanggapi meski suaranya tidak terdengar begitu jelas. Tak berselang lama, mobil Dedi Mulyadi melaju dan meninggalkan Gedung Negara.

Usai memberikan aspirasi terhadap KDM, Kuasa Hukum Pedagang Pasar Junjang, Agus Prayoga kepada Kabar Cirebon, Senin, (1/12/2025) mengatakan, pihaknya bersyukur apa yang dicita-citakan yaitu bertemu dengan KDM berbuah manis, meski pertemuan hanya berlangsung singkat.

“Perjuangan kita sudah terlalu panjang, kita berkirim surat sudah, sampai datang ke Lembur Pakuan (tempat tinggal KDM di Kabupaten Subang) pun sudah, mudah-mudahan pertemuan yang walaupun berlangsung singkat ini akan direspon dengan baik,” kata Agus.

Ia menambahkan, permintaan pedagang sangat sederhana, yakni supaya pemborong revitalisasi Pasar Junjang, yaitu PT Dumib, tidak lagi mengerjakan proses revitalisasi tersebut.

“Kalau pengusahanya bonafid, pasti pembangunan pun cepet selesai. Tapi nyatanya tidak. Mereka mengerjakan proyek ini sangat lama, karena memang tidak memiliki kapasitas,” katanya.

Menurutnya, revitalisasi Pasar Junjang yang tak kunjung kelar dan memakan waktu hingga hampir lima tahun lamanya diharapkan mendapatkan perhatian khusus dari KDM.

“Mudah-mudahan revitalisasi Pasar Junjang ini mendapatkan perhatian dari Pak KDM. Hampir lima tahun ini nasib pedagang menggantung,” ujarnya.

Agus juga mengatakan, dengan tidak menentunya progres pembangunan pasar alias mangkrak membuat nasib pedagang tidak menentu dan menderita yang berkepanjangan.

“Akhirnya banyak dari mereka memilih untuk vakum dulu, terlilit utang rentenir hingga tidak bisa membayar karena bangkrut, ada yang kemudian memilih untuk berhenti berjualan karema dikejar-kejar utang,” ujarnya.(Cimot)

Related Articles

Back to top button