Ayumajakuning

Percepat Wujudkan Kuningan Melesat, Budaya Kerja Rancage Pacu Inovasi Birokrasi

kacenews.id-KUNINGAN-Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) terus memperkuat budaya kerja inovatif untuk mempercepat pencapaian Visi Kuningan Melesat. Salah satu langkah strategisnya diwujudkan melalui penguatan budaya kerja Rancage, yang menjadi motor penggerak utama birokrasi menuju tata kelola pemerintahan yang kreatif dan adaptif.
Budaya kerja Rancage ini menjadi landasan penyelenggaraan Gelar Inovasi Rancage Tahun 2025 yang mengusung tema “Visualisasi Ekonomi Kreatif”. Program tersebut menegaskan komitmen Bappeda Kuningan dalam menumbuhkan ekosistem birokrasi yang produktif dan berorientasi hasil.
Kepala Bappeda Kuningan, Purwandi Hasan Darsono, menjelaskan bahwa istilah Rancage berasal dari bahasa Sunda yang bermakna cakap, pandai, kreatif, teguh hati, dan optimis. Nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan menjadi akronim operasional yang menjadi pedoman kerja di lingkungan Bappeda.
“R: Responsif dalam pelayanan, An: Andal dalam perencanaan, C: Cerdas dalam analisa, A: Akurat dalam data, Ge: Gesit dalam sinergi dan kolaborasi. Penerapan Inovasi Rancage memungkinkan kami bergerak cepat, melakukan analisa yang tajam, dan memastikan perencanaan berbasis data yang akurat. Inilah yang membuat birokrasi Kabupaten Kuningan, khususnya Bappeda, dapat ‘lari kencang’ dalam menjawab tantangan pembangunan,” ujar Purwandi.
Lebih lanjut, Gelar Inovasi Rancage 2025 menjadi ajang utama untuk memvisualisasikan dampak nyata penerapan budaya kerja tersebut. Acara ini merupakan pengembangan dari kegiatan diseminasi penelitian yang dikemas lebih interaktif dan kreatif. Bappeda juga menggandeng mitra akademik, terutama mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Komputer Universitas Kuningan.
“Tujuan utamanya adalah melihat karya nyata mahasiswa yang dapat mendorong daya saing ekonomi kreatif di Kabupaten Kuningan. Karya-karya tersebut berfokus pada digitalisasi produk, branding, dan inovasi visual lainnya,” ujarnya.
Beberapa inovasi yang menjadi sorotan antara lain rancangan Sketch Book untuk koleksi desain Alun-Alun Desa yang selaras dengan program Nata Daya dan Pasar Raya, memadukan nilai historis, budaya, dan estetika modern. Selain itu, ada juga desain kemasan dan branding produk UMKM yang dinilai mampu meningkatkan daya saing produk lokal di pasar lebih luas.
“Harapan kami, nanti akan lahir video dan karya fotografi pariwisata Kabupaten Kuningan yang artistik dan sarat makna. Hal itu menjadi bagian dari upaya kita dalam memperkaya ekosistem inovasi,” tutur Purwandi.
Sementara itu, Wakil Bupati Kuningan, Hj. Tuti Andriani, menyebut Gelar RANCAGE 2025 sebagai “embrio” inovasi yang dapat dikembangkan menjadi ajang inovasi daerah berskala lebih besar. Ia menekankan bahwa inovasi merupakan proses pembaruan yang menantang kebiasaan lama dalam sistem birokrasi.
“Inovasi itu sendiri berasal dari kata Latin innovatio, yang berarti pembaruan. Dalam sistem birokrasi, mengenalkan hal baru bukan sekadar gagasan, tetapi juga menantang status quo yang mungkin memicu penolakan. Inilah penyebab kenapa inovasi membutuhkan energi ekstra,” ungkapnya.
Wakil bupati juga mengajak seluruh pimpinan SKPD untuk berani keluar dari rutinitas dan berani mengambil risiko dalam menciptakan terobosan baru. “Pekerjaan rumah kita besar. Butuh kerja ekstra, jejaring yang lebih luas, dan pemanfaatan teknologi yang tepat. Inovasi bukan pilihan, melainkan jalan yang harus diambil untuk menjawab tantangan besar yang dihadapi,” tegasnya.(Ya)

Related Articles

Back to top button