Ekonomi & Bisnis

Distribusi Pupuk Diminta Sesuai Musim, Kebutuhan di Lapangan Bergantung Curah Hujan dan Waktu Tanam

kacenews.id-MAJALENGKA-Sejumlah penyalur pupuk di Kabupaten Majalengka meminta pemerintah menyalurkan pupuk bersubsidi berdasarkan musim tanam, bukan berdasarkan tahun berjalan. Pasalnya, kebutuhan pupuk di lapangan sangat bergantung pada curah hujan dan waktu tanam petani, yang kini sudah mulai memasuki musim rendeng.
Selain itu, para penyalur berharap kuota pupuk bersubsidi segera turun seiring dengan kebijakan pemerintah pusat yang memperluas subsidi untuk komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai, dan sejumlah tanaman lain yang sebelumnya tidak mendapatkan subsidi.
Salah seorang penyalur pupuk di Kelurahan Cicurug, Kecamatan Majalengka, Obi, mengungkapkan bahwa stok pupuk di gudangnya kini tinggal sedikit. “Saat ini kuota pupuk yang tersisa tinggal sekitar 15 ton dari total kuota tahun 2025 sebanyak 150.000 ton, sementara banyak petani sudah mulai garap lahan dan beberapa hari ke depan akan mulai tanam rendeng,” ujarnya.
Menurut Obi, stok pupuk yang semakin menipis membuat para penyalur kewalahan melayani petani yang sudah mulai menebus pupuk untuk tanam rendeng.
“Sekarang harga pupuk memang turun, selain itu ada kebijakan pemerintah untuk beberapa jenis tanaman bisa menggunakan pupuk subsidi. Tapi sekarang RDKK belum turun, sedangkan petani sudah banyak yang datang membeli pupuk. Yang dikhawatirkan, permintaan mereka tidak bisa dilayani karena pupuknya belum ada,” ungkapnya.
Obi menambahkan, pihaknya bersama penyalur lain sudah mengikuti rapat dengan pihak distributor. Dalam rapat itu, para penyalur disarankan mengambil stok dari penyalur lain dalam kecamatan yang sama jika mengalami kekurangan pupuk.
“Kami harus rajin komunikasi dengan penyalur lain, mudah-mudahan masih punya stok yang belum ditebus agar bisa melayani permintaan petani. Tapi saya pikir kalau musim penghujan, semua petani pasti segera mulai garap lahan dan melakukan tanam. Kondisi sekarang berbeda dengan tahun kemarin yang kemaraunya panjang, jadi stok pupuk waktu itu masih banyak. Sekarang musim rendeng, jadi harus benar-benar siap,” katanya.
Jika stok di penyalur lain juga habis, lanjut Obi, para petani terpaksa membeli pupuk non-subsidi dengan harga jauh lebih mahal.
Penyalur lainnya, Eneng Salimah, dari Kelurahan Cicenang, Kecamatan Cigasong, mengatakan petani kini ramai menebus sisa kuota pupuk tahun 2025 karena khawatir akan terjadi kelangkaan saat puncak musim tanam. “Sekarang petani yang masih punya sisa dan punya duit, tos disareepkeun kuotana, di nolkeun,” ungkap Eneng.
Menurut Eneng, kuota pupuk tahun 2026 belum diterima para penyalur dan kemungkinan baru akan turun pada bulan Desember mendatang.
Sementara itu, dua petani asal Desa Sinangkasih, Kusnadi dan Enjum, berharap pemerintah tidak hanya menurunkan harga pupuk, tetapi juga menambah kuota agar proses pemupukan bisa dilakukan secara maksimal.
Kusnadi mengaku kini sudah menebus pupuk untuk tanaman jagung yang baru berusia seminggu. “Sawah saya di musim tanam rendeng sekarang saya tanami jagung,” ujarnya.(Ta)

Related Articles

Back to top button