Pendidikan

SMAN 1 Cigugur Tak Bebani Orang Tua Terapkan Aturan Seragam Pancawaluya

kacenews.id-KUNINGAN-SMAN 1 Cigugur Kabupaten Kuningan mulai mengimplementasikan Pedoman Pendidikan Karakter Pancawaluya, utamanya terkait aturan seragam yang tertuang dalam Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Dalam aturan tersebut, seragam harian dirancang untuk menanamkan lima pilar karakter unggulan dari mulai Cageur, Bageur, Bener, Pinter hingga Singer. Namun, di antara serangkaian aturan seragam yang ketat, sekolah setempat justru menerapkan aturan tanpa membebani orang tua, utamanya dari kalangan keluarga kurang mampu.
Kepala SMAN 1 Cigugur, Emay menyebutkan, kebijakan seragam Pancawaluya terutama pakaian adat Sunda baik kebaya (siswa perempuan) atau pangsi (siswa laki-laki) di sekolah tidak membebankan orangtua siswa atau wali murid. Seragam adat Sunda dikenakan setiap hari Kamis.
“Memang benar, para siswa setiap hari Kamis disarankan mengenakan pakaian adat Sunda sesuai Pedoman Pancawaluya. Bagi yang memiliki, silahkan kenakan setiap hari Kamis, namun siswa yang tidak punya tidak dipaksa untuk membeli karena cukup mengenakan saja kemeja putih dengan celana/rok abu-abu,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Sedangkan penerapan Pedoman Pancawaluya bertujuan untuk membangun karakter, bukan menambah daftar belanja orang tua sehingga sekolah menerapkan aturan yang sangat fleksibel dan tanpa paksaan. Hal itu harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi orang tua siswa.
Menurutnya, kebijakan yang diterapkan tersebut merupakan langkah proaktif sekolah untuk mencegah kekhawatiran dan keberatan dari pihak orang tua siswa yang kondisi ekonominya kurang mampu. Hal tersebut malah sejalan dengan nilai-nilai Pancawaluya itu sendiri, terutama pilar Bageur (berakhlak mulia dan peduli terhadap sesama) serta Bener (jujur dan bertanggung jawab).
Dengan demikian, sekolah memastikan semua siswa tanpa terkecuali, dapat berpartisipasi penuh dalam program penguatan karakter tanpa terhambat masalah biaya.
Terkait pakaian harian di SMAN 1 Cigugur, kata Emay, hari Senin mengenakan kemeja putih dengan celana/rok abu-abu, Selasa baju batik sekolah dengan celana/rok abu-abu, Rabu pakaian Pramuka, Kamis mengenakan kebaya/pangsi (bagi yang tidak punya, bisa mengenakan seragam kemeja putih dengan celana/rok abu-abu), Jumat pakaian bernuansa keagamaan.
Soal kerapian, ditegaskan Emay, tetap menjadi bagian penting yang harus ditaati sebagai penanaman nilai disiplin, yakni baju wajib dimasukkan, celana model standar, rok panjang bagi perempuan serta penggunaan atribut lengkap. Namun fleksibilitas khusus pada seragam budaya karena SMAN 1 Cigugur menempatkan kepentingan dan kenyamanan siswa di atas segalanya.
“Filosofinya jelas. Kami ingin siswa Singer (kreatif dan adaptif) dalam berbudaya tetapi juga Bageur dalam bersikap. Pendidikan karakter harus menyentuh hati, bukan memberatkan orangtua siswa,” ucapnya.(Ya)

Related Articles

Back to top button