Program TJSL Pertamina Berhasil Positif: Hidup Difabel Tuli Kini Lebih Mandiri dan Percaya Diri

kacenews.id-INDRAMAYU-Upaya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan (Kilang Balongan) dalam mendorong pemberdayaan penyandang disabilitas melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) terus menuai hasil positif.
Bersama Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, perusahaan ini memaparkan hasil kajian akademik yang membuktikan dampak transformatif dari program Pemberdayaan Inklusi Teman Istimewa atau PERINTIS.
Hasil kajian tersebut disampaikan dalam seminar di Auditorium Poltekesos Bandung, Selasa (7/10/2025). Temuan menunjukkan, program PERINTIS tak hanya meningkatkan keterampilan kerja peserta juga membawa perubahan signifikan dalam aspek psikososial dan kemandirian ekonomi bagi penyandang difabel tuli di Kabupaten Indramayu.
Program ini berawal dari kepedulian Kilang Balongan terhadap 383 penyandang difabel tuli di Indramayu yang selama ini menghadapi tantangan berlapis, mulai dari stigma sosial hingga kesulitan mengakses pekerjaan.
Menjawab persoalan itu, sejak tahun 2023, perusahaan menggagas unit usaha Kopi Teman Istimewa di Kelurahan Lemah Mekar, sebagai ruang belajar sekaligus wadah berkarya bagi delapan difabel tuli yang kini berprofesi sebagai barista profesional.
Dosen dan peneliti Poltekesos Bandung, Milly Mildawati, M.P., Ph.D., memaparkan hasil riset yang menunjukkan perubahan nyata pada peserta program.
“Sebelum mengikuti program, mayoritas peserta mengalami keterasingan sosial, rasa tidak percaya diri, serta motivasi hidup yang rendah. Setelah melalui pendekatan inklusif selama program, kini para peserta mengalami perubahan signifikan. Mereka lebih mandiri, responsif terhadap lingkungan sosial, dan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas,” ungkap Milly.
Lebih jauh, Milly menjelaskan bahwa salah satu dampak paling nyata dari program PERINTIS adalah meningkatnya kemandirian ekonomi peserta.
“Program PERINTIS berhasil mengubah peserta yang tadinya tidak bekerja menjadi individu dengan penghasilan tetap yang mencapai Rp 2,62 juta per bulan, angka yang berada di atas Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Indramayu,” katanya.
Ia juga menambahkan, perubahan ekonomi ini berbanding lurus dengan peningkatan kondisi psikososial.
“Setelah kerja di Kedai Kopi, anak-anak jadi lebih sehat, badannya tambah bersih, penampilan lebih rapi, bahkan sekarang lebih percaya diri dalam berekspresi seperti menggunakan make up dan parfum yang bervariasi,” kutip Milly dari testimoni keluarga peserta.
Dukungan terhadap keberhasilan program juga datang dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, yang diwakili Syamsudin, Pekerja Sosial dari Direktorat Rehabilitasi Penyandang Disabilitas. Ia menilai PERINTIS sebagai model tanggung jawab sosial perusahaan yang patut ditiru karena mendorong pemberdayaan berkelanjutan melalui praktik inklusif.
“Dari segi kebijakan, hasil ini memperkuat pentingnya sinergi antara sektor pendidikan luar biasa, pelatihan vokasional, dan dunia kerja dalam mewujudkan pembangunan inklusif,” ujarnya.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Balongan, H. Mohammad Zulkifli, menegaskan bahwa keberhasilan PERINTIS bukan hanya diukur dari sisi pelatihan teknis, tetapi dari kemampuannya menciptakan ruang sosial yang aman, inklusif, dan penuh penerimaan.
“Kedai Kopi Teman Istimewa bertransformasi dari sekadar lingkungan kerja inklusif menjadi simbol ruang pemulihan psikososial,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan program ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya pada poin SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan SDG 10 (Mengurangi Kesenjangan).
Atas capaian tersebut, program PERINTIS pun meraih penghargaan Indonesia Social Responsibility Award (SRA) 2025 kategori Bronze untuk Gender Equality & Social Inclusion (GESI) pada 11 Juli 2025 di Yogyakarta.
“Ini bukan hanya program, ini adalah ruang pemberdayaan yang mengubah identitas sosial teman-teman disabilitas dari yang terpinggirkan menjadi pribadi yang berdaya,” jelas Zulkifli.
Ia menambahkan, hasil kajian bersama Poltekesos Bandung serta masukan dari Kementerian Sosial dan para akademisi menjadi bekal penting untuk pengembangan program berikutnya.
”Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan program-program pemberdayaan disabilitas lainnya di Indonesia untuk mencapai dampak sosial yang maksimal,” pungkasnya.(No)