Penyakit Kaki Gajah Serang Warga Sende, Dinkes Lakukan Observasi

kacenews.id-CIREBON-Seorang warga Desa Sende Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Misri (34 tahun) selama 13 tahun mengidap penyakit Filariasis atau kaki gajah. Bahkan Misri kini menjadi
perhatian dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon.
Menurut catatan Dinkes, penyakit kaki gajah ini telah ditangani sejak tahun 2014 silam. Namun, kini, Misri kembali mengeluhkan sakit untuk bergerak setelah beberapa tahun diduga tanpa penanganan.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Edi Susanto, bersama tim nakes dari Puskesmas Tegalgubug langsung bergerak untuk melihat kondisi perempuan yang pernah bekerja sebagai ART di Bahrain tersebut.
Kata Edi, berdasarkan diagnosa sebelumnya, warga Desa Sende ini mengalami filariasis atau kaki gajah. Ia mengatakan, penanganan penyakit yang diderita Misri sudah dilakukan sejak tahun 2014 silam. Penanganan bahkan dilakukan secara berkala dalam dua tahun, yakni pada tahun 2019 dan 2020.
Bahkan dalam penanganan penyakit tersebut melibatkan lintas koordinasi antara Puskesmas, Dinkes, dan Provinsi. “Misri sudah pernah dirawat di RSHS Bandung dan hasilnya negatif,” ujar Edi.
Selain itu, kata Edi, kedatangannya bersama tim nakes dari Puskesmas Tegalgubug ini untuk kembali melakukan observasi, karena yang bersangkutan mengeluhkan sakit ketika bergerak.
“Koordinasi kami sekarang ini karena keluhan dari Ibu Misri yang agak mengalami sedikit anemis, bergerak juga sakit makanya kami datang mengobservasi kembali. Apabila nanti dibutuhkan, kita siapkan barangkali dirujuk ke rumah sakit,” kata Edi.
Ia menyampaikan, upaya yang dilakukan dalam penanganan penyakit tersebut, hanya menjaga supaya jangan sampai mengalami infeksi serta terjadi gejala yang lebih kronis seperti penjamuran dan luka-luka di lipatan. “Makanya Dinkes dan puskesmas melakukan observasi sampai sekarang ini, agar Ibu Misri dapat tertangani dengan baik,” katanya.
Edi menjelaskan, filariasis atau kaki gajah ini biasanya berawal saat anak-anak terinfeksi dari gigitan nyamuk. Kemudian, larva cacing filaria masuk ke limpa sehingga limpa mengalami pembengkakan.
“Limpa mengalami pembengkakan karena limpa ini sel getah bening yang bisa menyebabkan menurunnya kekebalan. Limpa ini kan salah satu cairan yang bisa menyebabkan pembengkakan. Kalau kondisi tubuhnya dan sel-sel kulit mengalami hal yang tidak baik, maka anak mengalami pembengkakan,” kata Edi
Pihak Dinkes kemudian membawa penderita filariasis tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun untuk kembali dilakukan observasi.
Sementara, Misri menunjukkan keinginannya untuk sembuh dan penuh semangat menjalani hidup ini demi kedua buah hatinya.
Misri menuturkan awal mula dirinya mengidap penyakit filariasis atau penyakit kaki gajah. Mulanya, tubuh Misri saat bekerja di Bahrain dalam kondisi sehat dan mampu menjalankan pekerjaan dengan baik.
Namun dalam dua tahun terakhir di negara tersebut, ia mulai merasakan keanehan. Kakinya membengkak, rasa sakit datang dan pergi. Tapi ia tetap memaksakan diri bekerja. “Kalau malam istirahat mending. Tapi besoknya kerja lagi, kaki bengkak lagi. Akhirnya majikan membawa saya ke rumah sakit,” kata Misri.
Menurut Misri, Dokter RS di Bahrain yang menangani, menyebut penyakitnya serius. Sehingga, sang majikan pun menyarankan agar dirinya pulang ke Indonesia. Dengan kondisi sakit, Misri akhirnya pulang ke Tanah Air pada 2013.
“Waktu di Bahrain saya mendapatkan obat dan kaos kaki (khusus penekan pembuluh darah, red). Namun, seiring waktu, setelah ada di rumah kaos kaki itu tidak lagi muat dipakai (karena pembengkakan yang semakin parah, red),” kata Misri.
Sekembalinya ke Indonesia, Misri juga menikah dan dikaruniai dua anak. Mulanya, ia masih bisa beraktivitas normal meski dengan kaki yang membesar. Setelah melahirkan anak pertama pada 2015, pembengkakan semakin bertambah.
Misri mulai kesulitan beraktivitas sederhana seperti naik sepeda motor atau berjalan keluar rumah setelah kelahiran anak kedua pada 2017. “Kalau sekarang jalan masih bisa tapi hanya di dalam rumah,”katanya.
Dalam perjuangannya mencari kesembuhan, Misri sempat menjalani pengobatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Ia juga sempat berpindah pengobatan ke beberapa rumah sakit lain hingga mendapat bantuan dari Yayasan Rumah Teduh, sebuah lembaga yang mendampingi pasien-pasien dengan penyakit berat.
Ditempat yang sama Kuwu Sende, Suma, SM, mengatakan, sejak awal Pemdes Sende bersama Puskesmas Tegalgubug rutin memberikan obat kepada Misri. Ia mengatakan, pembengkakan ini kembali terjadi, diduga karena yang bersangkutan terlena karena merasa sudah sembuh.
“Mungkin karena sudah membaik jadi terlena, sehingga (ketika, red) kurangnya obat, sekarang terjadi lagi dan membesar lagi,” ujar Suma.
Kini, ketika kondisi warganya kembali memburuk, Pemdes Sende dan Puskesmas Tegalgubug kembali gerak cepat (gercep) meminta bantuan Dinas Kesehatan untuk penanganan lanjutan.
“Poinnya kami siap selalu memberikan yang terbaik dalam pelayanan kesehatan Misri. Kebetulan Misri juga masuk DTKS, BPJS-nya juga aktif. Kami Pemdes selalu menyuport kesembuhannya,” tegasnya.(Juanedi)