Korban Pelecehan Bocah SD di Weru Alami Trauma, Orang Tua Tuntut Rasa Aman di Sekolah

TANGISAN seorang anak kelas lima SD di Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, menjadi gambaran nyata luka batin yang ditinggalkan terkait kasus pelecehan seksual oleh oknum guru.
Bocah itu tak kuasa bercerita pada orang tuanya, hanya terisak saat ditanya tentang kejadian yang dialami.
“Anak saya menangis. Dia tidak mau mengingat peristiwa itu, seakan masih trauma,” ungkap TB, salah satu orang tua korban, Rabu (16/9/2025).
Kasus yang menyeret sembilan siswa sebagai korban ini, sontak mengguncang warga setempat. Sebagian orang tua mengaku baru mengetahui setelah saling bertukar cerita.
“Saya awalnya tidak percaya, karena anak saya tidak pernah cerita. Tapi setelah didesak, ternyata benar,” lanjut TB.
Kondisi psikologis anak-anak yang menjadi korban membuat penanganan kasus ini tidak bisa hanya berhenti pada ranah hukum. Pemulihan mental dan rasa aman di sekolah, menjadi tuntutan utama orang tua.
Orang tua korban lainnya mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pelaku. “Dia tidak menunjukkan penyesalan. Padahal, guru seharusnya jadi teladan, bukan sumber trauma bagi anak-anak,” katanya.
Menanggapi laporan tersebut, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon bergerak melakukan asesmen bersama Dinas Sosial, UPT P5A, dan Poltekkesos.
“Kami berkoordinasi lintas instansi. Anak-anak membutuhkan pendekatan khusus, karena tidak semua mudah bercerita. Proses asesmen akan menyesuaikan kondisi mereka,” kata Kepala DPPKBP3A, Indra Fitriani.
Selain penanganan korban, pihaknya menyiapkan langkah pencegahan melalui penyuluhan di sekolah-sekolah. Anak-anak akan diberi pemahaman sejak dini soal perlindungan diri, agar berani melapor jika menghadapi perlakuan yang tidak pantas.
“Orang tua, guru, hingga forum anak harus menjadi tempat aman untuk bercerita. Kami juga membuka layanan pengaduan darurat melalui 112, sementara aduan spesifik terkait anak bisa lewat Sapa 109,” jelasnya.
Sayangnya, hingga berita ini ditulis, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, H Ronianto belum bisa dikonfirmasi. Padahal, banyak pihak menilai kasus ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan.(Mail)