Miris, Kurang Kelas Siswa SDN I Cirebon Girang Belajar di Lantai

kacenews.id-CIREBON-Sejumlah siswa di SDN 1 Cirebon Girang Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon terpaksa menimba ilmu dengan lesehan di lantai tanpa meja dan kursi karena sekolah kekurangan ruang kelas.
Musala yang seharusnya menjadi ruang ibadah, kini beralih fungsi menjadi ruang belajar darurat. Kondisi itu terjadi sejak tahun 2021.
Plt Kepala SDN 1 Cirebon Girang, Arifin, menjelaskan, saat ini sekolah menampung 252 siswa, namun hanya memiliki enam ruang. Dari jumlah itu, satu ruangan digunakan sebagai kantor guru.
“Ada dua kelas yang menggunakan sistem shift, yaitu kelas 1 dan 2. Sedangkan kelas 4 dibagi menjadi dua rombel, 4A dan 4B. Salah satunya harus belajar di musala,” ujarnya, Selasa (16/9/2025).
Kondisi ini berdampak pada efektivitas belajar. Siswa kelas 1 harus masuk pukul 07.00–10.00 WIB, sementara kelas 2 baru bisa belajar mulai pukul 10.00 hingga 12.00 WIB.
Sedangkan siswa kelas 4 kerap berpindah ke musala untuk mengikuti pelajaran, bahkan saat ujian. “Mereka belajar tanpa kursi, tanpa meja. Hanya beralaskan lantai,” kata Arifin.
Padahal, bangunan sekolah yang kini digunakan terbilang baru. Namun jumlah ruang kelas belum sesuai kebutuhan.
Menurut Arifin, setidaknya diperlukan tambahan dua rombel agar pembelajaran bisa berjalan normal. Usulan ke dinas pendidikan sudah dilayangkan dua kali sejak Februari 2025, tetapi belum juga terealisasi.
Guru kelas 2, Uning Kurniasih, mengaku kondisi tersebut sangat berpengaruh pada kenyamanan belajar siswa.
“Bayangkan, kelas 2 jumlah siswanya 44 orang. Harusnya dibagi dua rombel, bukan dipaksakan dalam satu kelas atau dengan sistem shift,” ungkapnya.
Sejarah panjang keterbatasan ruang di SDN 1 Cirebon Girang juga sempat membuat siswa harus menempati tiga lokasi berbeda sebelum 2021.
Ada yang belajar di depan balai desa, sebagian di sekolah induk, bahkan ada yang menumpang di sekolah lain. Baru pada 2021 semua siswa pindah ke gedung baru di lapangan Desa Cirebon Girang.
Kuwu Desa Cirebon Girang, Moh Uto Hapid, menyebut pihak desa sudah berulang kali menyuarakan kebutuhan tambahan ruang kelas, baik ke pemerintah daerah maupun DPRD Kabupaten Cirebon.
“Kita berharap segera ada realisasi. Kekurangan dua rombel ini sudah mendesak,” ujarnya.
Kini, di tengah keterbatasan, guru dan siswa hanya bisa bertahan dengan ruang darurat. Namun, mereka tetap berharap ada langkah cepat dari pemerintah agar mushola kembali difungsikan sebagaimana mestinya, dan anak-anak bisa belajar di kelas yang layak.(Mail)