Menjaga Nyawa Generasi Muda

PERISTIWA tewasnya seorang pemuda dalam “tawuran konten” di Cirebon menjadi tamparan keras bagi kita semua. Fenomena perkelahian yang sengaja direkam lalu disebarkan ke media sosial bukan lagi sekadar kenakalan remaja, melainkan bentuk kriminalitas yang mengorbankan nyawa demi tontonan.
Kepolisian memang sudah bertindak cepat dengan menangkap sebagian pelaku dan memburu lainnya. Langkah tegas ini penting untuk menegaskan bahwa hukum hadir melindungi masyarakat. Namun penindakan saja tidak cukup. Tawuran konten adalah gejala sosial yang lahir dari kombinasi lemahnya pengawasan, budaya digital yang salah kaprah, serta minimnya ruang ekspresi positif bagi anak muda.
Maka solusi harus menyentuh akar masalah. Pertama, peran keluarga sangat penting. Orang tua perlu lebih dekat dan memahami pergaulan anak, khususnya dalam dunia maya. Kedua, sekolah dan komunitas harus memberi ruang positif bagi remaja menyalurkan energi, misalnya lewat olahraga, seni, dan kegiatan kreatif yang juga bisa ditayangkan di media sosial.
Ketiga, platform digital pun perlu terlibat dalam menekan penyebaran konten kekerasan yang justru memberi panggung bagi aksi berbahaya ini. Kita tidak bisa membiarkan nyawa generasi muda hilang sia-sia hanya demi sebuah konten. Tawuran konten harus dihentikan dengan pendekatan yang tegas sekaligus solutif yakni hukum ditegakkan, keluarga lebih peduli, sekolah dan komunitas lebih aktif, serta ruang digital lebih sehat.
Peristiwa ini semestinya dijadikan refleksi bersama. Jangan sampai masyarakat hanya terkejut sesaat lalu melupakan, sementara di balik layar, benih-benih tawuran baru terus tumbuh. Diperlukan gerakan kolektif yang konsisten agar fenomena berbahaya ini benar-benar bisa dicegah. Pada akhirnya, menjaga keselamatan anak muda adalah investasi bagi masa depan bangsa.
Ketimbang mempertontonkan kekerasan, mari kita ajak mereka berkarya, berkreasi, dan berkompetisi dalam hal-hal positif yang mengangkat harkat kehidupan, bukan justru bertaruh nyawa.***