Finansial

Harga Gabah Naik Beras Ditekan Murah, Pabrik Penggilingan Gabah Tumbang

kacenews.id-MAJALENGKA-Pabrik penggilingan gabah di Kabupaten Majalengka lakukan mogok masal selama dua hari sebagai bentuk keprihatinan serta rasa berkabung atas kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada mereka.

Aksi Mogok: Pengusaha penggilingan gabah di Majalengka lakukan mogok massal selama dua hari.

Alasan Mogok: Sebagai bentuk keprihatinan dan “berkabung” atas kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada mereka.

Masalah Utama

Kesenjangan Harga:

Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah kering pungut: Rp 6.500/kg.

Harga pasar gabah kering pungut: Rp 7.300/kg.

Harga Eceran Tertinggi (HET) beras: Rp 12.500/kg.

Harga ideal beras jika GKP Rp 7.300/kg: Rp 13.500/kg.

Ketimpangan ini dinilai sangat merugikan pengusaha penggilingan.

Sulitnya Pasokan Gabah:

Banyak penggilingan tutup karena tidak mendapat pasokan gabah.

Gabah dibeli langsung oleh Bulog melalui program “gerebek sawah”, membuat penggilingan kecil kesulitan bersaing.

Dampak di Lapangan

Penutupan Masal:
Dari 60 pengusaha penggilingan, hanya 11 yang masih beroperasi (sekitar 30%).

Banyak penggilingan besar, sedang, dan kecil yang berhenti produksi.

Kondisi Penggilingan Kecil:
Tidak memiliki oven pengering gabah, tidak bisa bersaing dengan Bulog/penggilingan besar.

Hanya bisa menggiling pesanan untuk kebutuhan makan petani atau dari modal yang mereka tanamkan.

Tuntutan dan Harapan Pengusaha
Hapus HET Beras:
Pengusaha menilai HET Rp12.500 terlalu rendah dan tidak mencerminkan biaya produksi.
Hentikan “Gerebek Sawah” oleh Bulog:
Membuat pengusaha kehilangan akses pasokan gabah.

Pemerintah Harus Adil:
Jika harga gabah tinggi, maka harga beras seharusnya menyesuaikan.
Kebijakan yang Lebih Pro Penggilingan Kecil:
Perlunya intervensi pemerintah untuk mendukung keberlangsungan usaha penggilingan lokal.

Saat ini, banyak pengusaha penggilingan yang tutup karena tidak mendapat suplai gabah serta tekanan pemerintah yang harus menjual beras dengan harga murah dengan HET Rp 12.500. Sementara, HPP gabah sudah mencapai Rp 6.500 per kg, sedangkan harga gabah kering pungut di pasaran telah mencapai Rp 7.300 per kg.

Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) Kabupaten Majalengka Dedei Koswara, Senin (11/8/2025) mengatakan, ada sejumlah persoalan yang menyebabkan pengusaha penggilingan tutup akibat pemerintah tidak berpihak pada pengusaha penggilingan.

Pertama, lanjut Dedi, pemerintah menaikan HPP gabah kering pungut sebesar Rp6.500 per kg. Karena kenaikan HPP, kini harga gabah kering pungut di tingkat petani telah mencapai Rp 7.300 per kg. Namun di sisi lain, pemerintah menekan harga jual beras sebesar Rp12.500 per kg.

“Kondisi tersebut sangat tidak seimbang, satu sisi pemerintah menetapkan HPP gabah dengan sangat mahal, di sisi lain menekan harga beras dengan sangat murah. Karena idealnya dengan harga GKP Rp 7.300 per kg maka harga beras Rp 13.500. Sangat aneh, kalau terhadap harga beras dibatasi, kalau harga gabah tidak ada batas maksimal. Itu sangat menyakitkan ,” ungkap Dedi.

Dedi menyebutkan, dengan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak, dampaknya banyak pengusaha penggilingan yang tutup, karena tidak mendapat pasokan gabah.

“Agar pengusaha penggilingan bisa tetap jalan, para pengusaha berharap, pemerintah tidak melakukan pembelian gabah melalui gerebek sawah (pembelian gabah langsung ke sawah) yang selama ini dilakukan oleh Bulog, serta pemerintah tidak menetapkan HET beras.” jelas Dedi.

“Satu sisi pare kudu mahal ari beas kudu murah, pan teu adil (Satu sisi padi harus mahal tapi beras harus murah, ya tentu tidak adil, red.-),” demikian kata Dedi.

Dijelaskan Dedi, saat ini pengusaha penggilingan tengah berkabung karena banyaknya pengusaha penggilingan kecil, sedang bahkan yang besar di Kabupaten Majalengka banyak yang tutup, yang masih beroperasi tinggal 30 % dari jumlah yang ada.

“Kemarin, kami ada 60 pengusaha penggilingan berkumpul dan mencari solusi agar pengusaha penggilingan bisa berjalan kembali tanpa ada hambatan, dari jumlah 60 pengusaha, hanya 11 pengusaha saja yang masih berjalan, selebihnya sudah tutup.” katanya.

Kondisi tersebut dialami dua pengusaha penggilingan gabah Enggo dan Alan di Kecamatan Kertajati, sudah cukup lama penggilingannya tidak beroperasi karena tidak ada yang mengirim gabah. Padahal sebelumnya, saat petani dan bandar masih menyuplai gabah ke penggilingannya mereka biasa menyuplai beras ke Bandung dan Bogor untuk penjual.

Sekarang gabah langsung dibeli basah oleh Bulog, sehingga pemilik pengilingan kecil tidak bisa bersaing dengan Bulog dan penggilingan besar yang memiliki open untuk pengering padi, sementara penggilingan sepertinya tidak punya open.

Sedangkan Ade pemilik penggilingan lainya kini masih beroperasi namun hanya menerima pesanan gilingan dari para petani untuk bekal makan, serta gabah dari petani yang sebelumnya diberikan modal.

Para pengusaha berharap pemerintah bisa memberikan keberpihakan kepada pengusaha penggilingan kecil dengan mengembalikan pembelian gabah seperti sebelumnya, sesuai harga pasar.(Ta)

Pointer:

Related Articles

Back to top button