CirebonRaya

Paskibra Menangis, Bendera Setengah Tiang untuk Diva

kacenews.id-CIREBON-LANGIT mendung menyelimuti halaman Kantor Camat Pangenan, Kabupaten Cirebon, ketika bendera merah putih dikibarkan setengah tiang. Di bawahnya, deretan anggota Purna Paskibra dan Paskibra Kecamatan Pangenan berdiri dalam keheningan.

Hari itu bukan latihan rutin, melainkan momen duka dan solidaritas. Mereka berkumpul untuk mengenang Diva Febriani, siswi kelas X SMA Negeri 1 Natal, Mandailing Natal, Sumatera Utara, yang diduga menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan oleh tetangganya sendiri.

Dalam balutan seragam paskibra yang rapi dan kepala tertunduk, satu per satu anggota menyampaikan doa. Beberapa mata terlihat berkaca-kaca.

Aksi yang dilakukan ini bukan sekadar seremonial, tetapi panggilan hati sebagai sesama pengibar bendera. “Sesama Paskibra itu seperti saudara. Ikatannya bukan hanya karena seragam, tapi karena semangat yang sama—mengabdi untuk merah putih,” ujar Qorib Magelung Sakti, pembina Purna Paskibra Kecamatan Pangenan.

Qorib menyebutkan, aksi tersebit digelar sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap kepergian Diva yang tragis. Ia menyadari betapa besar pengorbanan para anggota Paskibra di seluruh Indonesia yang saat ini tengah giat berlatih menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, justru di tengah persiapan itulah, Diva kehilangan nyawanya.

“Saudari kita Diva Febriani baru saja selesai latihan, tapi saat pulang dia menjadi korban tindakan keji yang tak manusiawi. Ini sungguh melukai kami semua. Kami sangat terpukul,” kata Qorib, penuh emosi.

Doa bersama dan orasi pun menjadi bagian dari aksi yang berlangsung tenang namun sarat makna tersebut. Dalam orasinya, Qorib mengimbau seluruh Paskibra di Indonesia untuk mengibarkan bendera setengah tiang dan mengheningkan cipta sebagai bentuk penghormatan terakhir.

“Ini bentuk penghormatan kita. Semoga Diva mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan dan keluarganya diberi kekuatan,” imbuhnya.

Namun solidaritas ini tak berhenti pada aksi simbolis. Qorib dan jajaran Purna Paskibra Pangenan juga menyuarakan tuntutan keadilan. Mereka mendesak penegak hukum memberikan hukuman maksimal kepada pelaku.

“Kami ingin pelaku dihukum seberat-beratnya. Bila perlu, hukuman mati. Ini bukan hanya kejahatan terhadap individu, tapi juga terhadap cita-cita dan semangat kebangsaan,” tegas Qorib.

Diva Febriani, 15 tahun, sebelumnya dilaporkan hilang setelah tak pulang dari latihan paskibra di sekolahnya. Beberapa hari kemudian, jasadnya ditemukan di areal perkebunan sawit di Desa Taluk, Kecamatan Natal, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dugaan sementara, ia menjadi korban kekerasan seksual sebelum akhirnya dibunuh.

Di tengah gemuruh persiapan upacara 17 Agustus di berbagai penjuru negeri, kehilangan Diva menjadi pengingat bahwa di balik semangat pengibaran bendera, ada sosok-sosok muda yang tak hanya berlatih fisik—tapi juga menghadapi risiko nyata. Solidaritas dari Pangenan hari itu bukan hanya tentang satu nyawa yang gugur, tapi juga seruan agar semua pihak lebih peduli terhadap keamanan dan perlindungan generasi muda.

Related Articles

Back to top button