CirebonRaya

Danramail Menjadi Guru di Sekolah Rakyat, Menanam Cinta Tanah Air di Pronggol

kacenews.id-CIREBON-DI sebuah ruang kelas sederhana di Pronggol, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, suara semangat pelajar Sekolah Rakyat (SR) terdengar riuh. Hari itu, mereka tak sekadar belajar seperti biasa. Ada tamu istimewa yang datang membawa pesan besar tentang Indonesia, tentang jati diri, dan tentang masa depan.

Kapten Inf Karyono, Danramil 1403/Lemahwungkuk, mengenakan seragam hijau loreng yang mungkin baru kali itu terlihat dari dekat oleh sebagian siswa. Didampingi Babinsa Kelurahan Kasepuhan, Serka Tuhardi, ia hadir bukan dengan misi militer, melainkan misi membentuk karakter.

“Generasi muda adalah penerus bangsa,” ujar Kapten Karyono di hadapan puluhan siswa SMP, dengan suara tegas tapi ramah. “Mereka harus mengenal sejarah bangsanya, mencintai tanah air, dan tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab.”

Para siswa, sebagian duduk bersila di lantai karena keterbatasan kursi, menyimak dengan mata berbinar. Bagi mereka, ini bukan hanya pelajaran melainkan sebuah pengalaman yang akan mereka ingat.

Wawasan kebangsaan yang diberikan hari itu, lebih dari sekadar materi. Di dalamnya, tertanam nilai disiplin, tanggung jawab, dan semangat bela negara yang menjadi bekal penting bagi siswa-siswa dari latar belakang sederhana ini.

Khairunisa, Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 1 Cirebon, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. “Kami bangga dan bersyukur. Anak-anak hari ini, belajar tentang cinta tanah air langsung dari orang-orang yang menjaganya,” katanya.

Kegiatan ini adalah bagian dari program pembinaan teritorial TNI AD, sebuah langkah nyata menyentuh generasi muda di lapisan masyarakat yang sering luput dari sorotan.

Dalam materi yang disampaikan, juga terselip harapan besar yakni agar siswa tidak mudah terpengaruh paham radikal dan tetap memegang teguh nilai-nilai kebangsaan dan toleransi.

Kapten Karyono percaya, pendidikan karakter sejak dini adalah benteng pertama dalam menjaga Indonesia tetap utuh di tengah tantangan global.

Serka Tuhardi pun menyisipkan motivasi, mengajak siswa untuk terus belajar, disiplin, dan menghargai orang tua. “Jadilah pribadi yang membawa manfaat bagi lingkungan. Kalian adalah harapan kami,” katanya.

Di tengah segala keterbatasan fasilitas dan tantangan sosial, semangat kebangsaan tetap bisa tumbuh. Hari itu, para siswa belajar bukan hanya tentang negara, tapi juga tentang harapan. Bahwa mencintai Indonesia bisa dimulai dari mengenali diri mereka, dari tempat mereka berpijak.

Karena cinta tanah air bukan sekadar slogan. Ia hidup di dada anak-anak yang suatu hari nanti akan berdiri di garis depan menjaga negeri ini, bukan dengan senjata, tapi dengan karakter dan semangat yang kuat.***

Related Articles

Back to top button