Opini

Suami Jadi Pejabat, Istri Jadi Raja

Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas

Perilaku memanfaatkan posisi dan nama besar seseorang bukan rahasia lagi, terlebih pejabat negara. Orang tua yang jadi pejabat, anak istrinya yang jumawa. Sehingga perilakunya tersebut memalukan suami dan ayahnya.Kakeknya yang seorang ulama, cucu cicitnya yang merasa paling alim. Salah satunya kini adalah polemik surat pendampingan istri menteri UMKM ke Eropa ramai di media dan masyarakatpun bisa melihatnya sendiri. Selanjutnya masyarakat kita berpacu untuk tampil paling depan seolah paling paham, berkomentar koar-koar di antara yang pro kontra, tak mau mengalah.Sebenarnya apa yang mereka dapatkan selain pesesan kosong toh, ada yang berwenang menyelesaikannya. Ah ini sebenarnya cerita lama sejak zaman Orde Baru hingga kini.

Sebenarnya kasus yang mencuat merupakan hal biasa, namun bisa menjadi polemik karena adanya unsur sentimen politik maupun sentimen sosial yang ujung-ujungnya mengangkat rating seseorang.Kita tidak yakin orang yang tidak senang dengan kasus tersebut tidak melakukannya ketika dalam posisi yang sama.Sudah kodratnya manusia pada umumnya jika mendapatkan kesempatan mengapa tidak memanfaatkannya.Namun bagi orang yang takut hukum dan takut dosa berpikir dua kali untuk melakukan hal sia-sia.Lain cerita bagi seorang yang rakus dan licik.

Perilaku itu memang salah dan melanggar tata susila karena tak menjaga empati .Apalagi jika tidak ketahuan, ya aman aman saja.Namun rasanya mustahil d iera teknologi seseorang bisa terlepas dari sorotan media, apalagi bagi seorang istri pejabat misalnya.Sepandai-pandai orang menyembunyikan bangkai, lama-lama akan tercium juga.

Dalam skala kecil saja sering kita lihat perilaku serupa.Perempuan atau istri mana yang tidak senang jika suaminya menjadi pejabat negara atau pejabat publik. Bahkan anak, saudara dan kerabatnya juga ikut bangga.Jangan aneh oleh karena budaya masyarakat kita ini, jabatan atau pangkat seorang suami bisa melekat dengan sendirinya kepada istrinya. Kita ilustrasikan bagi seorang perempuan jika ingin menjadi pejabat tak usah kuliah tinggi-tinggi, cari saja pejabat dan siap untuk dijadikan istrinya.

Seorang perempuan yang kebetulan suaminya menjadi kuwu maka ia akan disebut ibu kuwu, begitu juga ketika dinikahi oleh guru, mantri, sekretaris desa, kepala dusu, bahkan sandangan haji juga istrinya disebut Bu Haji meski tidak ikut beribadah haji ke tanah suci.Luar biasanya mereka cukup menikmati sebutan tersebut.

Perempuan – perempuan yang menjadi istri pejabat merasa lebih istimewa dibanding perempuan lain yang suaminya bukan pejabat.Dia bisa berperilaku seperti suaminya, ingin dihormati, ingin dilayani setidaknya oleh para istri bawahannya.Peformanya juga harus lebih baik, lebih fit dari bawahannya. Istri pejabat secara terstruktur harus punya integritas tinggi terhadap instansi suaminya.Dia harus mempersiapkan diri dengan skill dan wawasannya, jangan sampai membuat malu sang suami terutama pada acara acara seremonial.

Oleh karena itu mayoritas SDM dari istri pejabat itu lumayan, jarang pejabat yang punya istri asal-asalan kecuali istri sirinya.Pejabat merupakan figur bagi masyarakat sekitarnya.Bahkan nama istri pejabat menjadi panjang karena ditambahi nama suaminya.

Seorang perempuan yang bernama Suhartini bisa menjadi Suhartini Pranoto sehubungan Pak Pranoto menjadi pejabat.Nama Maryati bisa menjadi Maryati Harsono jika Pak Harsono nya pejabat, begitu dan seterusnya.Bukan itu saja, istri pejabat juga menuntut fasilitas dari kantor suaminya bekerja.Dari mulai transportasi, alat komunikasi, hingga penginapan jika kebetulan menemani suaminya melakukan kunjungan kerja ke lain daerah.

Tentu saja kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada istri pejabat menyulut cemburu masyarakat apapun alasannya.Istri pejabat itu bukan pejabat seperti perempuan pada umumnya.Mengapa harus juga diperlakukan istimewa? Apa istimewanya mereka? Sejauh mana dan seperti apa mereka kepada negara dan rakyat selain pakai seragam dan arisan bulanan? Jika pun harus menghormatinya ya biasa saja, jangan berlebihan.Sesama manusia harus saling menghormati, kita semua makhluk Tuhan, kita ini saudara seagama, saudara sebangsa, saudara selingkungan yang harus hidup berdampingan.

Sayangnya hingga kini masih banyak orang tidak tepat bersikap.Kapan kita dihormati kapan kita harus menghormati dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
Mencuatnya kasus perdampingan istri menteri harus menjadi pelajaran bagi para pejabat lainnya untuk bekerja lebih profesional, lebih elegan tidak ternodai oleh perilaku pribadi yang melewati batas-batas kedinasan.Sebagai masyarakat yang bukan pejabat dan bukan istri pejabat merasa prihatin atas kasus itu. Mengapa para pejabat lebih mementingkan keluarga dari pada masyarakat yang setiap hari bergelut dengan kesusahan.***

Related Articles

Back to top button