Ragam

Krisis Irigasi

BENCANA longsor yang merusak saluran irigasi di wilayah hulu Kabupaten Kuningan bukan hanya menjadi persoalan teknis, melainkan lonceng peringatan keras akan rapuhnya sistem pendukung pertanian kita.
Sebanyak 4.500 hektare sawah di tujuh kecamatan Kabupaten Cirebon kini berada dalam kondisi kritis, terancam gagal panen akibat terputusnya aliran air yang vital bagi masa tanam.

Kita patut mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung dan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon dalam menangani situasi darurat ini.
Pengoperasian pompa dan pengeboran sumur dalam upaya menyelamatkan lahan yang sudah ditanami adalah respons tanggap yang wajib didukung. Namun pertanyaan pentingnya, sampai kapan kita bergantung pada solusi tambal sulam?

Saluran air yang rusak adalah infrastruktur peninggalan zaman Belanda. Ini menunjukkan bahwa sebagian sistem irigasi kita sudah terlalu tua dan rentan terhadap tekanan iklim ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.
Ketergantungan pada infrastruktur uzur ini menyimpan bom waktu yang setiap saat bisa memukul mundur produktivitas pertanian.

Cirebon, yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan Jawa Barat, tidak bisa membiarkan ketahanan pangan lokal digerogoti oleh kelalaian dalam modernisasi irigasi.
Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat harus menjadikan peristiwa ini sebagai momentum untuk mengevaluasi dan memperbarui sistem irigasi secara menyeluruh. Modernisasi tidak lagi bisa ditunda jika kita ingin menjaga swasembada dan mencegah krisis pangan di masa depan.

Lebih dari itu, petani adalah kelompok paling rentan dalam rantai produksi pangan. Saat infrastruktur gagal, merekalah yang paling dulu merasakan kerugian, baik secara ekonomi maupun psikologis. Maka, upaya pemulihan dan pencegahan ke depan harus melibatkan mereka secara aktif. Sosialisasi, edukasi, dan dukungan finansial harus menjadi bagian dari pendekatan menyeluruh.

Musim tanam tidak akan menunggu. Dan jika negara ini ingin menyiapkan masa depan pangan yang aman, investasi pada ketahanan infrastruktur air—mulai dari perencanaan, pemeliharaan, hingga mitigasi bencana—harus menjadi prioritas sekarang juga.***

Related Articles

Back to top button