Opini

Peran Strategis Guru Dalam Islam

Oleh : Tawati
Muslimah Revowriter Majalengka

Betapa pentingnya kualitas pendidikan dalam menentukan masa depan. Generasi muda yang pintar dan berkarakter akan membuat bangsa maju.
“Kami berpesan kepada para guru, didiklah anak-anak dengan baik. Masa depan Cirebon dan bangsa ini ada di tangan guru. Kalau anak-anak pintar dan berkarakter, bangsa ini akan maju,” kata Bupati Imron saat menghadiri peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Stadion Ranggajati, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon pada Jumat, 2 Mei 2025 lalu.
Kualitas pendidikan di Indonesia memang sesungguhnya masih rendah. Menurut peringkat dari Word Population Review 2021, Indonesia berada di peringkat ke-54 dari 78 negara dalam pemeringkatan pendidikan dunia. Indonesia pun masih kurang maju dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura yang berada di peringkat ke-21, Malaysia di peringkat ke-38, dan Thailand di peringkat ke-46.
Problem pendidikan sejatinya bukan hanya perihal kompeten dan tidaknya seorang guru. Jika kita amati, ada beberapa pokok persoalan pendidikan yang bisa kita amati, yaitu pertama, masalah kurikulum. Di negeri ini, gonta ganti kurikulum tampaknya sudah menjadi tradisi. Namun, beberapa kali berganti, pendidikan Indonesia tak kunjung menemui titik terang kurikulum seperti apa yang dapat memperbaiki output generasi. Guru dituntut mampu beradaptasi dengan perubahan kurikulum yang terus berganti. Sementara, hasil perubahan tersebut belum terlalu signifikan bagi perbaikan karakter generasi.
Kedua, masalah infrastruktur serta fasilitas pendidikan yang tidak merata. Ketimpangan ini menjadi masalah menahun yang tak kunjung terselesaikan. Ada sekolah dengan fasilitas lengkap, ada pula sekolah yang hampir ambruk karena bangunan melapuk dan tidak layak.
Ketiga, masalah kesejahteraan. Terlebih problem ini sangat tampak bagi guru berstatus honorer. Banyak guru yang melakukan pekerjaan sambilan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Tidak ayal, guru menjadi tidak fokus sebagai pendidik karena pikirannya terpecah dengan aktivitas nonpendidikan. Ketika guru sejahtera, ia bisa meningkatkan kompetensi diri untuk mendedikasikan ilmu pada anak didiknya tanpa harus dibayangi kehidupan ekonomi yang membelit.
Keempat, kompetensi guru. Hal ini menjadi faktor krusial mengingat guru adalah ujung tombak pendidikan dapat berjalan. Merekalah yang akan menerapkan sistem pendidikan, manajemen, kurikulum, dan seluruh perangkat pendidikan yang dibutuhkan dalam membimbing dan mendidik generasi unggul.
Di tangan gurulah dengan cara apa dan bagaimana peserta didik terbentuk, baik secara kepribadian maupun prestasi akademik. Meski, harus ada sinergitas antara orang tua dan guru. Namun, tidak dimungkiri, peran guru sangat penting dalam menentukan masa depan pendidikan.
Dari sinilah, membangun kompetensi guru tidak bisa dianggap remeh. Lantas bagaimanakah peran politis dan strategis guru dalam pandangan Islam?
Guru adalah pelaku utama dalam meningkatkan SDM unggul dan berkualitas. Oleh karenanya, Islam menjadikan sektor pendidikan sebagai perhatian utama. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian guru dan peserta didik bersyakhsiyah Islam, yakni pola pikir dan sikapnya sesuai dengan apa yang Islam tetapkan. Dasar kurikulum pendidikan Islam ialah akidah Islam.
Dengan syakhsiyah ini, seorang guru bukan hanya dituntut mengajar dengan baik, tetapi bagaimana ia mendidik anak didiknya dengan memadukan ilmu dan iman dalam pengelolaan pembelajaran. Dalam pandangan Islam, guru kompeten memiliki dua nilai, yaitu kepribadian mulia dan profesionalitasnya sebagai pendidik. Di sinilah peran strategis guru dalam mewujudkan pendidikan berkualitas.
Adapun peran politis guru adalah membangun peradaban Islam secara struktural dan fundamental melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Di sistem pendidikan kapitalisme, peran politis guru terbajak oleh target pendidikan berparadigma kapitalis sekuler. Guru dijadikan penggerak peradaban kapitalisme yang menjauhkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan.
Dalam Islam, guru adalah penggerak perubahan. Merekalah pendorong utama generasi agar menjadi pilar peradaban. Kita tentu masih mengingat bagaimana guru-guru di masa Islam yang melahirkan murid-murid berkualitas baik dari aspek ilmu maupun keimanannya yang tinggi. Para cendekiawan dan ilmuwan yang lahir benar-benar mengabdikan diri dan ilmu mereka untuk kemaslahatan umat manusia. Bukan hanya generasi yang berorientasi materi, tetapi generasi yang mampu mengimbangi kehidupan dunia dan akhirat secara proporsional.
Semua peran tersebut haruslah mendapat dukungan negara sebagai penyelenggara utama pendidikan. Dalam sistem Islam, kepala negara (Khalifah) bertanggung jawab menyediakan guru kompeten sesuai kebutuhan rakyat.
Dukungan terhadap penyediaan guru kompeten tercermin dalam sistem pendidikan Islam dan pelaksanaan hukum Islam dalam semua lini kehidupan. Berbagai problem terkait guru pun akan mudah dituntaskan. Berikut perinciannya:
Pertama, kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Materi yang diajarkan harus sesuai tujuan utama pendidikan, yaitu membentuk kepribadian Islam. Dengan kurikulum baku ini, guru tidak akan mengalami kebimbangan dalam mengimplementasikan pembelajarannya. Karena tujuan dan konsepnya jelas dan tetap. Tidak bergonta ganti seperti kurikulum hari ini.

Kedua, mengatur dan memfasilitasi pendidikan keguruan dengan baik, yaitu aspek infrastruktur dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kualifikasi guru ditentukan sesuai tujuan pendidikan Islam.
Ketiga, infrastruktur pendidikan yang memadai dan merata. Negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan di semua jenjang, seperti buku, perpustakaan, media belajar, peraga, internet, komputer, laboratorium, serta pelatihan guru untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Keempat, tunjangan cukup untuk guru. Negara sangat memahami peran sentral guru sehingga wujud penghargaan untuk dedikasi mereka adalah memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Tujuannya, agar para guru bisa berfokus menjalankan amanahnya tanpa was-was lagi dengan persoalan ekonomi.
Alhasil, semua aspek tersebut haruslah terterapkan secara menyeluruh sesuai dengan syariat Islam. Dengan segala sumber daya yang ada, negara dalam sistem Islam akan melaksanakan setiap aspek dengan penuh tanggung jawab. Dukungan pembiayaan pendidikan yang maksimal, infrastruktur yang baik, sistem serta manajemen pendidikan yang optimal akan melahirkan guru-guru kompeten dari sisi iptek dan imtak (iman dan takwa). Dari guru kompeten inilah kelak akan lahir pula generasi cerdas ilmu serta berakhlak mulia.Wallahu a’lam bishshawab.***

Back to top button