Opini

Bronjong dan Jalan yang Hampir Putus

SUDAH lama kita mengenal konsep pembangunan yang “antikorupsi” dalam artian menyelesaikan masalah dengan biaya murah dan cepat. Namun, di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon, mereka mengambil pendekatan yang lebih modern: jalan yang hampir putus cukup diberi bronjong!

Ya, bronjong, struktur terbuat dari kawat dan batu yang “disusun” dengan harapan agar longsoran tanah tidak merusak jalan yang semakin mengkhawatirkan.

Bayangkan saja, sebuah jalan vital yang nyaris terputus karena longsor parah, dan solusi yang ditawarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) adalah bronjong.

Sistemnya pun terasering, karena tentu saja, setelah bertahun-tahun dilanda banjir dan longsor, terasering adalah cara terbaik untuk menyelamatkan jalan yang sudah setengah putus.

Mau gimana lagi, kan? Sudah terlanjur banyak program infrastruktur amburadul, ya pilih yang murah meriah saja, yang penting bisa tuntas dalam dua pekan!

Kita juga patut memberi apresiasi pada gotong royong yang digencarkan oleh Camat Lemahabang dan Forkopimcam, yang dengan tangan kosong dan semangat menggebu-gebu, bersama para kuwu, mulai mengisi kawat-kawat bronjong dengan batu—supaya jalan itu tak lebih parah lagi.

Terimakasih pada masyarakat yang turut andil, seolah-olah jalan rusak ini adalah “proyek pribadi” mereka yang harus diperbaiki tanpa menunggu dana dari APBD yang entah kapan cair.

Lebih menariknya lagi, bronjong ini dikatakan sebagai solusi sementara, yang artinya ada rencana jangka panjang yang masih penuh tanda tanya. Apakah setelah dua pekan kita akan melihat bronjong yang indah atau malah memohon pada langit agar hujan tak datang lebih deras?

Kapan kira-kira kita bisa melihat jalan ini benar-benar aman tanpa harus takut terjebak dalam proses pembangunan yang tidak pernah selesai?

Tak ketinggalan, di balik proses yang penuh keterbatasan ini, kita juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah bekerja keras.

Walaupun infrastruktur tak layak, masyarakat tetap harus sabar menunggu sambil berharap bahwa setiap “solusi sementara” bisa sedikit lebih lama bertahan. Semoga dengan cara yang serba terbatas ini, kita bisa terus menikmati kenyamanan berlalu-lalang meski dengan satu lajur jalan yang tak cukup memadai.

Bronjong sebagai solusi, semoga tak hanya menjadi simbol betapa sederhana dan seadanya upaya kita, tetapi juga sebagai pengingat bahwa untuk infrastruktur, kadang kita hanya bisa berharap semoga tidak ada yang lebih parah dari apa yang sudah ada.***

Back to top button