Finansial

Ambulu Tangi, Desa Kecil di Ujung Cirebon yang Tak Pernah Lelah Bermimpi Besar

Oleh Ismail Marzuki-Kabar Cirebon
DI ujung timur Kabupaten Cirebon, tersembunyi sebuah desa kecil yang pelan tapi pasti tengah menunjukkan taringnya, ialah Desa Ambulu, Kecamatan Losari.

Desa ini tak hanya dianugerahi hamparan laut dan udara pesisir yang menyejukkan, tapi juga memiliki semangat masyarakat yang luar biasa untuk berubah, tumbuh, dan menginspirasi.

Tak banyak yang tahu, Desa Ambulu dulunya hanyalah kawasan nelayan yang jauh dari hiruk-pikuk pariwisata. Namun hari ini, siapa pun yang menjejakkan kaki di sana akan mendapati tempat yang penuh warna, semangat, dan cita-cita besar.

Wisata Mangrove Caplok Barong, misalnya, menjadi bukti bagaimana alam dikelola dengan hati, dijaga oleh masyarakat, dan disulap menjadi destinasi yang menawan.

Setelah puas menyusuri rimbunnya hutan mangrove, pengunjung bisa melipir ke Galeri Ambulu, tempat yang menjadi surga oleh-oleh khas desa. Di sana, bandeng bakar, kripik balado udang, dan aneka kerang menggoda siapa pun untuk mencicipi.

Dan jika ingin menikmati hidangan sambil memandangi perahu bersandar dan awan putih menggumpal di cakrawala, naiklah ke lantai dua, ke Joekoeng Cafe and Resto. Di situlah laut dan langit bertemu dalam sepiring kelezatan laut Cirebon.

Namun, Ambulu tak hanya memanjakan wisatawan. Lebih dari itu, desa ini tengah serius membangun manusia.

Kuwu Desa Ambulu, Sunaji, pembangunan fisik saja tak cukup. Sebab, pilar sejati sebuah desa adalah manusianya, khususnya anak-anak. Maka dimulailah, gerakan sederhana tapi bermakna, mengadakan kelas literasi dan calistung gratis bagi siswa SD yang mengalami kesulitan membaca, menulis, dan berhitung.

Setiap sore, anak-anak datang ke balai desa. Mereka belajar bersama para pemuda Karang Taruna. Tak ada tekanan, tak ada beban. Hanya semangat dan cinta. Setelah tiga bulan belajar, anak-anak itu diajak piknik bersama, sebagai hadiah kecil untuk perjuangan besar mereka.

“Pendidikan adalah modal hidup di zaman sekarang. Kalau tidak punya, ya akan terlindas zaman,” kata Sunaji lirih, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Tak berhenti di sana, Desa Ambulu juga menggandeng kader PKK untuk mencari anak-anak putus sekolah. Melalui Kelas Layanan Khusus (KLK), mereka didaftarkan kembali ke sekolah, dibekali semangat, dan didampingi sepenuhnya oleh pemerintah desa.

Desa Ambulu juga mempersiapkan program Kejar Paket Gratis bekerja sama dengan PKBM, agar tak ada lagi anak yang tertinggal.
“Alhamdulillah, sudah banyak anak yang mau masuk sekolah lagi,” ucap Sunaji, matanya berbinar.

Berkat inovasi dan komitmennya, Ambulu pernah masuk 25 besar Desa BRILiaN Nasional versi Bank BRI tahun 2020. Dari 531 desa saat itu, Ambulu berhasil menembus posisi ke-22. Sebuah prestasi yang membanggakan, sekaligus cambuk untuk terus bergerak lebih cepat.

BRI, melalui program Desa BRILiaN-nya, telah membuktikan bahwa keberpihakan pada desa bukan mimpi kosong. Mereka datang, mendengar, membimbing, dan memberi ruang bagi desa untuk tumbuh dengan identitas dan kekuatannya sendiri.

“Tidak mudah membangun desa, tapi dengan gotong royong, dan dukungan BRI, kami percaya Ambulu akan terus bersinar,” tutur Sunaji.

Kini, mimpi-mimpi itu terus dilanjutkan. Jalan rusak ke wisata mangrove sedang diupayakan untuk diperbaiki. Program jambanisasi untuk warga tengah berjalan. Dan masyarakat tak lagi hanya menjadi penonton, tapi aktor utama dari perubahan yang mereka ciptakan sendiri.

“Memang tidak mudah membangun desa. Tapi kalau kita bersama, semuanya bisa,” kata Sunaji.

Dan dari desa kecil bernama Ambulu, kita belajar satu hal, bahwa harapan itu seperti mangrove, ia bisa tumbuh di tanah berlumpur, akar-akarnya kuat menggenggam tanah, dan perlahan melindungi desa dari hantaman gelombang.***

Related Articles

Back to top button