Finansial

Cikaso: Dari Sawah ke Wisata dari Desa ke Dunia

Oleh Ismail Marzuki-Kabar Cirebon

LANGIT pagi itu biru bersih, angin sepoi menggoyang lembut padi yang menguning. Di antara hamparan hijau sawah yang membentang, sebuah gazebo berdiri tenang, dikelilingi senyum-senyum bahagia dari para pengunjung yang duduk bersila menikmati alam.

Di sinilah, di Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, sebuah cerita perubahan sedang tumbuh, perlahan, tapi pasti.

Desa yang berada di kaki Gunung Ciremai ini bukan sekadar tempat bertani. Ia telah menjelma menjadi oase bagi siapa pun yang lelah dengan hiruk-pikuk kota. Seperti Ahmad Zaeni, warga Kota Cirebon.

“Saya datang ke sini karena rindu tenang. Rasanya seperti pulang. Udara, suara air, senyum warga, semuanya bikin hati adem,” ujar Zaeni, memandang jauh ke aliran irigasi yang mengalir jernih di sela-sela sawah, belum lama ini.

Di balik keindahannya, desa ini menyimpan cerita perjuangan. Berbekal semangat gotong royong, inovasi, dan keberanian untuk berubah, Desa Cikaso kini menjadi salah satu desa percontohan di Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, pada 2023 lalu, desa ini menyabet Juara 2 Nugraha Karya Desa BRILiaN, sebuah penghargaan bergengsi dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk desa-desa unggulan dan mandiri secara ekonomi.

Hidayat, Kepala Desa Cikaso, mengisahkan bagaimana desa kecil berpenduduk 4.845 jiwa ini bangkit melalui sektor unggulan berupa pertanian dan pariwisata.

“Pertanian tetap tulang punggung kami. Tapi kami ingin lebih. Kami ingin petani tetap bisa tersenyum, dan anak-anak muda bisa punya pilihan untuk tinggal di desa,” ujar Hidayat.

Dari sanalah lahir berbagai inovasi, mulai dari lumbung pangan berkapasitas 100 ton, pertanian padi dan bawang merah, hingga pengembangan Wisata Sawah Lope, sebuah kawasan wisata edukatif dan alami yang kini ramai dikunjungi.

Sawah Lope bukan sekadar tempat selfie. Di sana ada playground anak, fish spa alami, arum jeram kecil, gazebo santai, dan pusat edukasi pertanian. Semuanya dikelola profesional oleh BUMDes Sangga Emas, badan usaha milik desa yang menjadi motor penggerak ekonomi.

“Sekarang, 86 warga kami bekerja di unit-unit usaha desa. Dari pengelolaan wisata, pengangkutan sampah, kolam renang, hingga sentra UMKM,” kata Hidayat dengan senyum bangga.

Inklusivitas keuangan juga menjadi hal yang diperhatikan. Melalui kerja sama dengan BRI, hampir seluruh transaksi di desa bisa dilakukan secara digital melalui QRIS BRImo. Mulai dari warung, kios wisata, hingga pembayaran di pintu masuk Sawah Lope, semua kini lebih cepat, aman, dan tercatat.

“Dengan aplikasi BRI Merchant, pelaku usaha bisa memantau transaksi real-time. Ini mempercepat adaptasi digital UMKM desa,” tambahnya.

Cerita Cikaso adalah cerita tentang harapan. Tentang desa yang tak menyerah pada nasib. Tentang kepala desa yang tak hanya membangun jalan, tapi juga membangun mimpi. Tentang petani yang tak hanya mencangkul tanah, tapi juga memupuk masa depan anak cucunya.

Bagi Hidayat, pengunjung yang datang dari kota, Desa Cikaso bukan hanya destinasi. Ia adalah pengingat, bahwa sejauh apa pun kita melangkah, kadang kita hanya butuh kembali pada yang hijau, yang sederhana, dan yang sungguh-sungguh memperjuangkan masa depan.***

Related Articles

Back to top button