Opini

Tadarus Ramadan

Oleh: Imam Nur Suharno
Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah Kuningan
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan di bulan Ramadan adalah tadarus Alquran. Tadarus berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-wahyu Allah yang turun pertama kali pada malam Ramadan (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185). Dengan tadarus, kandungan hikmah yang termuat dan terkumpul dalam Alquran menjadi kompas penunjuk jalan menuju kebenaran.
Malaikat Jibril menyimak tadarus Alquran Rasulullah SAW setiap bulan Ramadan. Utsman bin Affan biasa mengkhatamkan tadarus Alquran setiap hari sekali. Imam Syafii mengkhatamkan tadarus Alquran sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadan, Al-Aswad setiap dua hari sekali, Qatadah setiap tiga hari sekali, serta tiap malam pada sepuluh malam akhir bulan Ramadan.
Terkait larangan Nabi SAW mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari, Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sesungguhnya larangan dari Nabi SAW untuk mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari berlaku jika dilakukan secara rutin. Adapun untuk waktu-waktu yang utama, seperti bulan Ramadan, lebih-lebih pada malam-malam lailatul qadar, atau di tempat-tempat yang dimuliakan, seperti di Mekah bagi orang yang memasukinya, selain penuduknya, adalah disunahkan untuk memperbanyak tadarus Alquran. Hal itu dalam rangka mencari keutamaan waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishak, dan yang lainnya.” (Raghib As-Sirjani dan Muhammad Al-Muqaddam dalam bukunya Madrasah Ramadhan).
Tak heran, jika Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk senantiasa tadarus Alquran. Sebab, ada banyak keutamaan dalam tadarus Alquran: menjadi manusia terbaik (H.R. Bukhari); memperoleh kebajikan berlipat (H.R. Tirmidzi); memberi syafaat di hari kiamat (H.R. Muslim); pembacanya akan dikumpulkan di surga bersama para Malaikat (H.R. Bukhari dan Muslim); mengangkat derajat (H.R. Muslim); dan menjadi pembeda (H.R. Bukhari dan Muslim).
Masih teringiang dalam benak kita akan Fajar Abdulrokhim Wahyudiono, bocah yang lahir pada 2 Oktober 2003 adalah seorang hafidz Alquran. Ini bukan hal yang biasa, karena Fajar ialah penderita cerebral palsy (lumpuh otak). Namun, kemampuannya menjadi hafidz Alquran membuktikan kepada dunia bahwa tidak ada satupun halangan untuk menjadi seorang penghafal Alquran.
Fajar kecil lahir pada usia kandungan 7,5 bulan dengan berat badan 1,6 kg. Ia sempat masuk Neonatal Intensif Care Unit (NICU) selama kurang lebih 20 hari. Pada saat itu juga, ayahnya Joko Wahyudiono rutin membacakan Alquran satu juz per hari. Bahkan, jika sedang tidak sempat ke rumah sakit, dia sudah menitipkan rekaman murottal kepada perawat rumah sakit untuk didengarkan ke bayi Fajar.
Hal itu dikisahkan oleh ahli fisioterapis yang membantu Fajar selama tumbuh kembangnya. Dia adalah Rizky Aulia, fisio terapis pediatri dari Kids Learning Center Bandung. “Karena dari bayi sudah terbiasa didengarkan Alquran, maka ia bisa menghafal Alquran. Ia kuat dihafalan namun lemah di matematis.” ujarnya.
Menurutnya, Fajar menderita Cerebral Palsy tipe spastik mixed, emiparese kanan dan diplegia. Dalam kondisi itu, Fajar secara fisik hanya kuat di tubuh bagian kirinya saja, sedangkan tubuh bagian kanannya belum berfungsi dengan baik. Namun demikian, Fajar tetap mampu bersekolah di sekolah umum.
Dia juga menjelaskan, Fajar sangat gemar mendengarkan kajian. Karena itulah, setiap usai terapi ibunya, Heny Sulistiowati selalu mengajaknya ke tempat kajian Islam. Hal itu agar membuat Fajar tetap senang dan bersemangat. Mengingat Fajar saat itu dalam kondisi yang sering mood, meskipun dia termasuk semangat dalam mengikuti terapi. Dia menjelaskan, Fajar menghafal sekitar 80-90 persen Alquran pada usia 4,5 tahun. Kemudian tercatat hafal secara sistematis dan terstruktur pada usia sembilan tahun.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Kisah Fajar membuktikan kemukjizatan Alquran. Alquran telah dijamin kemudahan oleh-Nya. Mudah untuk dibaca (at-tilawah), dihafal (al-hifdz), difahami (al-fahm), diamalkan (al-amal), dan didakwahkan (ad-dakwah).
Dalam surat Al-Qalam ayat 17, 22, 32, dan 40, Allah SWT menegaskan menjamin kemudahan Alquran hingga diulang empat kali, “Dan sesungguhnya telah Kami mudah kan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”
Keyakinan terhadap kemudahan Alquran yang ditegaskan dalam ayat di atas tidak boleh kurang dari seratus persen. Jika hanya meyakini ayat di atas 99,99 persen berarti sama artinya tidak meyakini. Jika tidak meyakini satu ayat dalam Alquran, berarti tidak meyakini semua ayat Alquran. Jika tidak meyakini Alquran, sama artinya tidak beriman.
Paling tidak ada lima kunci agar mudah membaca dan menghafal Alquran. Pertama, ikhlas (al-ikhlash). Orang yang ikhlas akan selalu rutin dan rajin dalam membaca maupun menghafal Alquran, karena yang melatarbelakanginya adalah karena Allah SWT semata.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bagi setiap amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kedua, yakin bisa (al-yaqin). Tanamkan keyakinan pada diri bahwa membaca dan menghafal Alquran itu mudah. Allah menegaskan dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Qamar [54]: 17, 22, 32, 40).
Keyakinan ini akan memberikan daya dorong. Orang yang yakin dirinya bisa akan termotivasi, dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjadi bisa. Yakinlah bahwa Anda bisa, maka Anda akan sungguh-sungguh untuk menjadi bisa. Katakanlah dalam diri Anda “AKU BISA.”
Ketiga, banyak membaca (katsratu at-tilawah). Semakin sering membaca Alquran, akan semakin cepat bisa membaca maupun menghafal. Karena itu, jadikanlah kegiatan membaca dan menghafal Alquran sebagai kegiatan harian, bukan mingguan, bulanan, apalagi tahunan.
Cukuplah dalam sehari membaca Alquran 20 halaman, jika masih terasa berat, cukuplah dalam sehari membaca Alquran 10 lembar saja. Dan, jika dirasa masih berat juga, cukuplah dalam sehari membaca Alquran 1 juz saja. Tinggal dipilih intensitas membaca Alquran dalam sehari, 20 halaman atau 10 lembar atau 1 juz.
Keempat, banyak mendengar (katsratu al-istima). Banyak mendengarkan bacaan Alquran, baik dari seseorang yang baik bacaannya maupun dari kaset atau CD. Seseorang yang sering mendengarkan ayat-ayat Alquran sebagaimana kisah Fajar di atas, maka akan semakin mudah untuk menghafal Alquran.
Kelima, banyak mengulang (katsratu al-murajaah). Lakukan pengulangan secara rutin. Sebab salah satu kendala dalam proses membaca maupun menghafal Alquran adalah kurangnya pengulangan (murajaah) secara mandiri. Jika kita terus berusaha untuk menjadi bisa, insyaallah kita akan menjadi bisa membaca dan menghafal Alquran.
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar istikamah tadarus Alquran di bulan Ramadan dan di sebelas bulan lainnya, sehingga layak meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Amin.***

Related Articles

Back to top button