Ayumajakuning

Perjuangan Umat Islam di Cingambul Majalengka, Mau Salat Jumat Butuh Waktu 3 Jam

MAJALENGKA- Warga Kabupaten Majalengka yang tinggal di Kampung Cibali Desa Kondangmekar Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka, terpaksa melaksanakan salat berjamaah dilakukan di hutan dengan lokasi di bawah tebing dengan beralaskan tikar di alam terbuka. Tanpa ada penyangga atau penutup apa pun. Lokasi kampung itu berada di pelosok atau ujung Kabupaten Majalengka.

Tampak sebelum salat berjamaah digelar, biasanya seorang warga mengumandangkan adzan di dalam sebuah gubuk kecil yang lokasinya di atas perbukitan. Pengeras suara yang menggunakan pengeras suara berkabel. Tapi posisi speakernya (toa) itu disimpan di atas pohon agar mudah terdengar oleh warga sekitar.

Baru usai adzan dikumandangkan, warga yang berjumlah kurang lebih 25 rumah itu berduyun-duyun mendekati lokasi adzan tersebut. Kendati jarak antara rumah warga dengan rumah lainnya sangat berjauhan. Masyarakat sekitar rela harus melintasi jalan tanah yang setapak hanya mengharapkan salat berjamaah.

Lokasi tempat salat itu dikelilingi pohon-pohon yang besar dan ilalang yang berada di sampingnya. Semua itu dilakukan setiap hari dengan mengharapkan ridha Allah Swt. Hanya untuk mendapatkan pahala salat berjamaah, yang ganjarannya lebih besar ketimbang salat sendirian.

Usai salat, ustad yang memimpin salat memberikan tausyiah beberapa menit kepada warga yang mengikuti salat berjamaah. Jemaah yang jumlahnya belasan orang itu tampak khusu mendengar wejangan dari ustad tersebut.

Bukan hanya itu, perjuangan warga bukan hanya salat lima waktu. Tapi ketika ingin melaksanakan salat Jumat, warga setempat terpaksa harus berjalan kaki hingga memakan waktu kurang lebih 3 jam. Jarak tempuh yang sangat pun dilalui dengan medan yang terjal. Semua itu dilalui belasan tahun lamanya. Karena sudah sejak lama puluhan warga setempat tak memiliki musala atau sarana ibadah.

Salah seorang warga setempat, Toha mengaku, semua itu terpaksa dilakukan mengingat kampung tempat tinggalnya saat ini sudah tak memiliki musala. Kalaupun ada kondisinya, saat ini sudah rusak parah dan nyaris ambruk. Sehingga jika tetap dilaksanakan akan mengancam keselamatan jiwa warganya.

“Sekitar 15 tahun yang lalu kami memang memiliki musala dengan ukuran yang kecil, sekitar 3 x 4 meter. Tapi sekarang kondisinya sudah rusak parah dan atapnya pun sudah bocor,” kata Toha ketika ditanya seorang YouTuber asal Majalengka di kampung tersebut. Video itu pun menjadi viral di tengah masyarakat. Channel YouTubenya bernama Rahmat Channel dan telah ditonton kurang lebih 400 ribu orang.

Menurut dia, kondisi semacam ini terpaksa dilakukan karena warga sangat mengharapkan keutamaan salat berjamaah yang pahalanya begitu besar. Meski jarak rumah antar tetangga cukup jauh dan harus melewati jalan tanah yang setapak dan tanjakan yang berliku-liku. Tapi semua itu tak menyurutkan niat dan semangatnya dalam menunaikan salat berjamaah.

“Kami sudah lama melaksanakan salat di lereng hutan perbukitan ini sejak lama. Di atas hamparan tebing bukit ini kami melaksanakan salat berjamaah bersama warga. Ada pun kalau kondisi hujan salat di rumah,” ucapnya.

Melihat kondisi yang memperihatinkan itu, sambung dia, pihaknya berharap kepada umat Islam atau lembaga terkait lainnya agar bisa membantu membangun musala untuk tempat ibadah warganya. Pihaknya pun siap membantu alakadarnya, baik tenaga atau konsumsi dalam mewujudkan pembangunan musala di kampungnya itu. Kondisi musala saat ini tidak bisa direnovasi karena keterbatasan ekonomi warga di kampung tersebut.

“Kalau ada donatur atau kaum Muslimin yang dermawan, kami sangat berharap di bangunkan musala dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya. Berhubung perekonomian warga kami terbatas, mungkin kami hanya bisa bantu alakadarnya,” akunya.

Hal senada diungkapkan warga lainnya Edi, yang memiliki istri di kampung tersebut. Dikatakan dia, jumlah penduduk kampung itu sekitar 25 rumah. Jumlah pendudukunya sekitar 40 orang. Untuk melaksanakan ibadah selain salat lima waktu berjamaah, ketika hari Jumat tiba warga pun harus melaksanakan salat di perkampungan lain yang lokasinya masuk di Kabupaten Kuningan.

“Kami kalau mau salat Jumat itu berangkat sekitar jam 9 dan jam 10 pagi. Sebab perjalan ke masjid di perkampungan itu sangat jauh. Lokasi kampungnya itu Blok Cager berada di Kuningan. Karena kampung kami itu berdekatan dengan perbatasan Kabupaten Kuningan,” ujarnya.(Jejep)

Related Articles

Back to top button