Ayumajakuning

Jelang Masa Krisis Gabah dan Beras, Perlu Segera Dilakukan Langkah Antisipasi oleh Pemerintah

 

 

MAJALENGKA-Harga gabah dan beras di Kabupaten  Majalengka  terus mengalami kenaikan. Bahkan minimnya ketersediaan gabah sudah mendekati masa krisis.Sehingga perlu segera dilakukan antisipasi oleh pemerintah.

Menurut sejumlah pemilik penggilingan beras,  sudah cukup lama banyak penggilingan yang tutup karena sulitnya mendapatkan gabah. Untuk yang masih beroperasi hanya sebagian kecil dan  itupun tidak secara rutin atau melakukan giling selang sehari.

Dedi Koswara pemilik penggilingan di Kelurahan Cijati  mengaku pabriknya beroperasi hanya dua hari sekali, untuk menghindari tingginya biaya operasional dan tenaga kerja. Kondisi ini terutama diakibatkan karena gabah yang minim.

Menurutnya, stok gabah di pabriknya kini hanya sebanyak 25 ton dan baru akan mendapat kiriman lagi pada Selasa (23/1/2024). Sedangkan kapasitas mesin di pabriknya mencapai 40 ton per hari.

“Saya sekarang dua hari sekali baru giling, kalau memaksakan giling tiap hari biaya pekerja juga lumayan besar, belum lagi biaya operasional lainnya, listrik juga tinggi. Jadi disiasati seperti ini yang penting suplai beras ke pelanggan tetap lancar,” katanya.

Ia menyebutkan, belakangan ini hanya mendapat pasokan gabah dari wilayah Kabupaten Indramayu yang musim panennya paling akhir dibanding wilayah Majalengka, dengan harga yang telah mencapai Rp 920.000 per kwintal. Sedangkan di wilayah Kabupaten Majalengka,  gabah sudah sangat sulit diperoleh.

Dedi mengatakan, kebutuhan beras untuk menyuplai ke pelanggan setiap minggunya mencapai 50 hingga 60 ton, yang dikirim ke Bandung dan Bogor serta memenuhi permintaan dari Kabupaten Garut untuk penyediaan resi gudang.

Karena mahalnya harga gabah, diapun mematok harga beras kepada pelanggannya dengan harga Rp 13.600 per kg.

Sebelumnya Dedi biasa membeli gabah dari wilayah Jawa Tengah seperti Semarang dan Cilacap. Namun kini harga gabah di wilayah tersebut telah mencapai Rp 13.500 per kg.

Sudirto pemilik penggilingan lainnya di Kelurahan Tarikolot bahkan hanya melakukan giling seminggu sekali atau paling sering seminggu dua kali. Diapun kini hanya memiliki stok gabah sebanyak 1,5 ton.

Dengan harga gabah yang mahal, diapun kini menjual beras dengan harga lumayan tinggi sebesar Rp 13.600 per kg hingga Rp 13.700 per kg.

“Wajar jika di tingkat pengecer harga di atas harga tersebut,”ujarnya.

Dedi menyebutkan saat ini hampir memasuki krisis beras, yang akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. Kondisi ini dipengaruhi musim panen yang sekitar 2 hingga tiga bulanan ke depan, ditambah panen yang tidak akan serempak.

“Makanya musim panen tidak akan serempak, karena tanamnya juga tidak serempak. Yang tanam sekarang diprediksi baru panen pada Mei, untuk MT II panen diprediksi September  atau Oktober. Itupun jika air tersedia, kalau tidak maka petani tidak akan panen,” tuturnya.

Sehingga dengan demikian, maka krisis beras akan berlangsung cukup lama jika pemerintah tidak segera mengatasi persoalan ini. Terkecuali jika beras pemerintah segera dilepas ke pasaran.

Dedi mengemukakan, seharusnya pemerintah daerah memiliki resi gudang untuk menyimpan cadangan pangan dari masyarakat, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan.

“Di sejumlah kabupaten /kota sudah melakukan resi gudang. Saya juga mendapat pesanan sebanyak 60 ton dari sebuah kabupaten. Karena disana cadangan pangan sudah biasa dilakukan pemerintah,” katanya.

Sementara itu, sejumlah ibu rumah tangga mengeluh dengan naiknya harga beras yang kini mencapai Rp 16.000 per kg kualitas premium dan Rp 15.000 per kg  kualitas medium.

“Beli berasnya tiap hari sekalian pulang dagang. Sekarang harga berasnya mahal,” kata Titi.(Tati)

 

 

Related Articles

Back to top button