CirebonRaya

Luar Biasa, Usia 85 Tahun Wasni Akhirnya Diwisuda

kacenews.id-CIREBON-WASNI duduk di kursi plastik berwarna biru dengan tangan yang ia lipat rapi di pangkuan. Usianya sudah 85 tahun, tetapi sorot matanya pagi itu, berbinar menunggu giliran dipanggil dalam upacara kelulusan.

Di aula Balai Desa Sigong Kecamatan Lemahabang, ia tidak sedang menemani cucunya, tapi ia adalah salah satu peserta wisuda.

Setelah satu tahun mengikuti Sekolah Lansia yang dibentuk pemerintah desa, Kamis (11/12/2025) menjadi hari yang tidak pernah ia bayangkan akan datang. Hari ketika toga kecil disampirkan di kepalanya, dan namanya disebut sebagai lulusan.

Ketika namanya dipanggil, Wasni berdiri perlahan. Langkahnya pendek, namun mantap. Tepuk tangan memenuhi aula. Senyum kecil muncul di wajahnya—senyum seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan sesuatu yang sangat ia banggakan.

“Saya ingin bisa membaca, juga ingin bisa menghitung,” kata Wasni, pelan namun penuh keyakinan.

Ia tidak malu, tak sedikit pun gentar oleh usianya atau pandangan sekitarnya. Baginya, belajar bukan soal tua atau muda. Belajar adalah tentang keberanian membuka jendela baru, bahkan ketika rambut telah memutih seluruhnya.

Sekolah lansia di desanya memberi ruang bagi tekad itu. Selama setahun, ia dan puluhan lansia lainnya duduk di bangku yang sebelumnya tidak pernah mereka tempati.

Mereka belajar mengenal huruf, memahami angka, dan berlatih menulis nama sendiri. Sebuah proses yang mungkin sederhana bagi banyak orang, tetapi sangat berarti bagi mereka yang selama hidup tak pernah mendapat kesempatan serupa.

Kuwu Desa Sigong, Sumarsono, menyaksikan perjalanan itu dari dekat. Ia tahu setiap wajah yang kini bersiap diwisuda menyimpan cerita panjang—tentang bekerja sejak kecil, tentang masa muda yang tak sempat diisi sekolah, tentang hidup yang lebih banyak menuntut ketimbang memberi pilihan.

“Sekitar 30 orang mengikuti sekolah lansia ini,” ujarnya.

Program ini merupakan implementasi kebijakan pemerintah pusat, namun desa lah yang menghidupkannya menjadi gerakan nyata. “Antusias para lansia sangat tinggi. Ini membuat kami terus berupaya meningkatkan SDM desa, tak hanya bagi yang muda, tapi juga yang sudah sepuh.”

Menurutnya, membentuk sumber daya manusia unggul bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga soal kemauan. Dan kemauan itu ia temukan pada orang-orang seperti Wasni,yang memilih belajar di ketika orang lain seusianya mulai menutup bab-bab baru dalam hidupnya.

Wisuda hari itu bukan sekadar seremoni. Ia adalah penghargaan bagi keberanian para lansia untuk membuka halaman baru.

“Desa akan mendukung apa pun yang dibutuhkan agar program ini terus berjalan,” kata Sumarsono.

Ia mengajak masyarakat bergandengan tangan membangun desa—bukan hanya dengan jalan yang diperbaiki atau bangunan yang didirikan, tetapi juga dengan manusia-manusia yang diberdayakan.

Pada usia 85 tahun, Wasni tidak hanya diwisuda. Ia sedang menulis ulang hidupnya, huruf demi huruf, dari halaman yang sempat kosong.(Pra)

Related Articles

Back to top button