Ayumajakuning

Kuningan Peduli Bencana, Kondisi Ciremai Diperingatkan

kacenews.id-KUNINGAN-Sejumlah aktivis lingkungan, komunitas pemuda, dan tokoh masyarakat di Kabupaten Kuningan menggelar aksi solidaritas untuk menggalang bantuan bagi korban banjir bandang di Sumatera, Aceh, dan Sulawesi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian terhadap bencana nasional yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Aksi tersebut juga dimaknai para peserta sebagai pengingat bahwa kerentanan bencana di berbagai daerah tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang semakin tertekan. Kuningan, yang secara ekologis bergantung pada kawasan Gunung Ciremai sebagai daerah resapan dan penyangga air, dinilai perlu menjaga keseimbangan alamnya.
Tokoh masyarakat Kuningan, Ustadz Luqman Maulana, menegaskan bahwa solidaritas kemanusiaan harus berjalan beriringan dengan kesadaran menjaga lingkungan.
“Musibah yang menimpa warga Aceh dan Sumatera bukan karena ulah alam. Alam justru memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakannya sendiri. Tapi alam tidak akan sanggup memulihkan kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia. Pembangunan yang abai terhadap daya dukung lingkungan serta kebijakan yang terlalu longgar terhadap eksploitasi telah menciptakan situasi krisis yang seharusnya tidak terjadi sepertihalnya pada kondisi kawasan vital di kaki Gunung Ciremai yang kini sudah dibangunan bangunan-bangunan beton dengan alih wisata,” ujarnya.
Pandangan serupa disampaikan Ustadz Ade Supriadi, aktivis sosial yang menyoroti perubahan fungsi kawasan kaki Gunung Ciremai. Ia menilai pembangunan wisata yang tidak terkontrol berpotensi mengurangi daya serap air dan memicu ancaman bencana.
“Tempat wisata menjamur tanpa adanya arah dan kendali yang jelas. Jika eksploitasi Gunung Ciremai dibiarkan terus-menerus, maka Kabupaten Kuningan hanya tinggal menunggu waktu untuk mengalami bencana yang sama parahnya seperti di wilayah-wilayah lain karena bisa berpotensi bencana longsor dan banjir bandang. Beberapa waktu lalu, Kuningan telah diguncang peristiwa longsor di kawasan wisata yang berlokasi tepat di lereng Gunung Ciremai. Sayangnya, peristiwa tersebut hanya dipahami sebagai musibah musiman, alih-alih sebagai indikasi nyata kegagalan tata ruang dan manajemen risiko,” tuturnya.
Ia juga menyoroti kabar mengenai perluasan pembukaan lahan di salah satu kawasan wisata yang sebelumnya terdampak longsor. Perluasan tersebut disebut-sebut untuk pembangunan hotel baru di area yang dekat dengan bibir lereng. Menurutnya, langkah ini berisiko menambah kerentanan ekologis.
Ade juga menilai kebijakan pemerintah daerah belum optimal dalam memastikan setiap pembangunan sesuai ketentuan lingkungan.
“Jangan hanya memikirkan imbal balik ekonomi. Namun ingat, jika fondasi alam Kuningan runtuh, semua bisnis juga akan tumbang. Kelangsungan hidup warga adalah taruhan yang paling besar,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan yang tidak mempertimbangkan daya dukung lahan dapat mengganggu keseimbangan alam yang selama ini menjadi ciri Kuningan. Karena itu, ia mendorong pemerintah daerah lebih tegas dalam menertibkan izin usaha dan menghentikan proyek-proyek yang dinilai berpotensi merusak kawasan konservasi Ciremai.
Menurutnya, pelestarian Gunung Ciremai penting untuk menjaga keberlanjutan sumber air dan kesejahteraan masyarakat. Ia mengingatkan bahwa tanpa langkah pencegahan, ancaman bencana ekologis bisa semakin nyata bagi Kuningan.(Ya)

Related Articles

Back to top button