CirebonRaya

Sedimentasi Sungai Belum Tuntas Ditangani, Potensi Banjir Masih Mengancam Masyarakat Kabupaten Cirebon

 

 

 

kacenews.id-CIREBON-Ancaman bencana hidrometeorologi di Kabupaten Cirebon kembali menguat menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon menyebut lebih dari 75 persen wilayahnya berada dalam kategori rawan banjir, terutama akibat sedimentasi sungai yang tak kunjung tertangani.

Sekretaris BPBD Kabupaten Cirebon, Syamsul Huda, mengungkapkan kondisi paling memprihatinkan terjadi di Kecamatan Waled. Desa Mekarsari dan Gunungsari, menjadi langganan banjir setiap tahun karena tumpukan sedimen dan penyempitan aliran Sungai Ciberes.

“Normalisasi pernah dilakukan, tapi tidak menyeluruh karena anggaran terbatas. Kondisi makin parah kalau curah hujan di Kabupaten Kuningan tinggi dalam waktu lama, karena air dari hulu langsung mengarah ke Cirebon,” kata Syamsul, Senin (8/12/2025).

Ia menyebutkan, banjir bukan hanya mengintai Kecamatan Waled. Karena terdapat 31 dari 40 kecamatan yang tergolong rawan banjir. Sementara 9 kecamatan lainnya masuk kategori rawan longsor dan puting beliung, terutama wilayah perbukitan.

Potensi banjir terjadi di kecamatan Susukan, Gegesik, Ciwaringin, Arjawinangun, Panguragan, Klangenan, Palimanan, Depok, Jamblang, Pangenan, Sumber, Gunung Jati, Suranenggala, Kapetakan, Plumbon, Plered, Kedawung, Asjap, Mundu, Pangenan, Karangsembung, Gebang, Losari, Pabedilan, Ciledug, Waled, Pasalemen, Karangwareng, Lemahabang, Tengah Tani, dan Kaliwedi.

Kemudian potensi longsor terdapat di Dukupuntang, Greged, Beber, Sedong, dan Susukan Lebak.

“Ini harus diwaspadai masyarakat pada periode Nataru. Pola kejadiannya berulang setiap tahun,” ujarnya.

Hingga akhir November 2025, BPBD mencatat dampak bencana banjir dan cuaca ekstrem cukup signifikan. Terdiri dari  8.000 unit rumah terendam, 4 rumah rusak berat, 100 rumah rusak ringan, 65 rumah ibadah rusak ringan, lebih dari 20.000 KK atau sekitar 50.000 jiwa terdampak.

“Banjir tetap menjadi bencana paling dominan tahun ini, terutama karena kiriman air dari hulu dan tingginya sedimentasi Sungai Ciberes,” kata Syamsul.

Menurutnya, koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) terus dilakukan. BBWS disebut telah melakukan normalisasi di Sungai Cisanggarung, tetapi hasilnya belum optimal.

Sedangkan untuk Sungai Ciberes, yang menjadi sumber utama persoalan banjir di wilayah timur Cirebon, Pemkab Cirebon masih berupaya melakukan pengerukan.

“Kami juga harus menormalisasi Kali Pembuang Lebak Putat dan Lebak Lamaran. Sedimentasinya sudah sangat tinggi sehingga tidak mampu menampung debit air saat hujan deras,” katanya.

Meski mitigasi terus digenjot, sebagian besar titik rawan banjir di Cirebon sesungguhnya merupakan masalah tahunan yang belum tertangani secara tuntas. Minimnya anggaran, lambatnya normalisasi, serta kondisi geografis membuat ancaman bencana selalu berulang.

Dengan curah hujan yang diprediksi meningkat pada akhir tahun, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan karena risiko bencana dipastikan masih tinggi.(Is)

 

Related Articles

Back to top button