Kisah Ketab Bertahan di Rumah yang Hampir Roboh
DI SUDUT Desa Tambelang Kecamatan Karangsembung, berdiri sebuah rumah kecil yang nyaris menyerah pada waktu. Dindingnya mengelupas, atapnya bolong, dan ketika hujan turun, air menetes seolah mengingatkan penghuninya bahwa kenyamanan adalah kemewahan yang belum bisa dirasakan.
Di rumah itulah Ketab, lelaki pekerja serabutan, bertahan bersama harapan yang semakin tipis.
Bagi Ketab, makan sehari-hari saja sudah menjadi pergulatan. Bagaimana mau memperbaiki rumah? “Untuk makan saja susah, apalagi memperbaiki rumah,” ujarnya dengan suara lirih.
Ia hidup dari pekerjaan apa saja yang tersedia, mengangkat barang, membantu tetangga, hingga pekerjaan kasar yang dibayar harian. Bila tak ada panggilan, ia hanya bisa menunggu sambil menahan cemas soal kebutuhan esok hari. Kerusakan rumah itu bukan baru terjadi. Atap yang pelan-pelan lapuk akhirnya benar-benar ambruk pada musim hujan terakhir, ketika angin menerpa kuat dan hujan turun tanpa ampun.
“Kalau hujan, saya cuma bisa menyingkir ke sudut yang agak kering,” tuturnya.
Namun seburuk apa pun keadaannya, rumah itu satu-satunya tempat ia punya untuk berteduh.
Program rumah tidak layak huni (rutilahu), yang digembar-gemborkan pemerintah sebagai upaya memperbaiki kesejahteraan warga berpenghasilan rendah, terasa begitu jauh bagi Ketab.
Padahal, kondisi rumahnya adalah potret nyata tujuan program itu dibuat. “Programnya ada, tapi seperti tidak menyentuh yang benar-benar membutuhkan,” keluhnya.
Keprihatinan juga datang dari warga sekitar. Wa Udel, tokoh pemuda Kecamatan Karangsembung, mengaku miris melihat masih adanya warga yang luput dari pendataan. “Pemerintah sedang gencar membenahi rumah warga, tapi nyatanya masih ada yang tak tersentuh,” katanya.
Ketab hanya berharap satu hal agar pemerintah melihat dan datang mengetuk pintu rumahnya yang hampir roboh. Bukan sekadar bantuan material, tetapi juga kepedulian bahwa masih ada warga yang bertahan dalam kondisi memprihatinkan. Di balik dinding reyot dan atap yang berlubang itu, tersimpan cerita tentang ketabahan seorang warga desa yang menanti uluran tangan.(Pra)





