Ragam

Musibah Angin Kencang Majalengka, Perkuat Mitigasi Jangan Tunggu Bencana

MUSIBAH angin kencang yang merusak rumah dan tempat kos di Kecamatan Ligung, serta ambruknya jembatan penghubung di Kadipaten, menjadi pengingat nyata bahwa kesiapsiagaan terhadap bencana alam belum sepenuhnya menjadi budaya masyarakat kita.
Dua peristiwa tersebut bukanlah insiden tunggal, melainkan bagian dari rangkaian bencana hidrometeorologi yang terus berulang setiap memasuki musim hujan di Kabupaten Majalengka.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan, sepanjang tahun 2025 saja sudah terjadi hampir dua ratus kejadian bencana di wilayah Majalengka. Sebagian besar berupa angin kencang, banjir, dan tanah longsor.

Angka ini tidak hanya menunjukkan kerentanan geografis, tetapi juga menggambarkan bahwa upaya mitigasi belum maksimal dilakukan di tingkat masyarakat maupun pemerintah desa.

Mitigasi bukan sekadar tanggung jawab BPBD, TNI, atau Polri. Ia merupakan bagian dari kesadaran kolektif yang harus tumbuh di tengah masyarakat. Sosialisasi memang penting, namun yang lebih mendesak adalah membangun sistem peringatan dini dan kebiasaan tanggap bencana berbasis komunitas.

Masyarakat perlu tahu langkah apa yang harus diambil ketika tanda-tanda bahaya mulai muncul, bukan baru bereaksi setelah atap rumah beterbangan atau jembatan roboh.

Pemerintah daerah harus menjadikan setiap peristiwa bencana sebagai pelajaran, bukan rutinitas tahunan yang disikapi seadanya. Infrastruktur publik seperti jembatan, tanggul, dan drainase mesti diaudit secara berkala, khususnya di wilayah rawan.
Begitu pula dengan penataan ruang, pembangunan di bantaran sungai dan lereng curam perlu dikendalikan dengan tegas agar tidak menambah risiko.

Apel siaga yang digelar lintas sektor patut diapresiasi. Namun kesiapsiagaan sejati bukan hanya seremonial. Ia harus terukur dalam bentuk kesiapan alat, kecepatan respons, serta koordinasi nyata di lapangan.

Sinergi yang kuat antara pemerintah, aparat, dan masyarakat menjadi kunci agar dampak bencana dapat diminimalkan.

Musim penghujan baru saja dimulai, dan tantangan ke depan semakin berat seiring dengan perubahan iklim global. Karena itu, Majalengka dan daerah-daerah lain di Jawa Barat perlu memperkuat langkah antisipasi, bukan hanya reaksi. Bencana alam memang tidak bisa dicegah, tetapi dampaknya bisa dikurangi, jika kita mau belajar dan benar-benar bersiap.***

Related Articles

Back to top button