Ekonomi & Bisnis

Bibit Padi Gagal Tumbuh, Petani Majalengka Terpaksa Beli Bibit Baru di Luar Kios Saprotan

kacenews.id-MAJALENGKA-Sejumlah petani di Kabupaten Majalengka mengeluhkan bibit padi yang gagal tumbuh setelah direndam untuk disemai. Bibit yang dibeli dari kios sarana produksi pertanian (saprotan) itu diduga sudah kedaluwarsa. Akibatnya, petani terpaksa membeli bibit baru untuk memulai musim tanam.
Onah dan Ecin, petani asal Desa Pasirmuncang, Kecamatan Panyingkiran, mengaku kecewa karena bibit yang dibeli tidak menumbuhkan tunas meski sudah direndam selama tiga hari.
“Jenisnya Inpari 32, karena jenis itu yang sekarang dipakai petani di wilayah Panyingkiran. Tapi aneh, setelah direndam tiga hari biasanya muncul tunas dan langsung disemai, ini malah tak muncul-muncul,” ujar Onah, Selasa (7/10/2025).
Menurut mereka, bibit tersebut diproduksi di Jawa oleh produsen Rokolawe dengan harga Rp 80.000 per kantong berisi 5 kilogram. Harga yang sedikit lebih murah dibanding bibit lain sekitar Rp 85.000 per kantong, menjadi alasan mereka tertarik membeli.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Majalengka, Gatot Sulaeman, mengimbau petani agar lebih teliti saat membeli bibit padi, terutama memperhatikan kemasan dan masa berlakunya.
“Kami masih menyarankan petani menanam varietas Inpari, karena dinilai lebih tahan terhadap serangan hama dibanding varietas lama seperti Ciherang yang mulai rentan hama,” kata Gatot.
Ia juga mengingatkan petani agar mewaspadai potensi serangan hama tikus di musim tanam rendeng yang biasanya meningkat setelah kemarau panjang. “Usai kemarau, tikus harus diwaspadai,” tegasnya.
Untuk mencegah serangan hama, Gatot menyarankan petani melakukan gropyokan atau berburu tikus secara gotong royong sebelum mulai menanam. Langkah itu bisa dilakukan dengan mencari sarang tikus di pematang sawah maupun lubang-lubang di sepanjang saluran air.
Kuota pupuk
Sementara itu, Gatot mengungkapkan kuota pupuk bersubsidi tahun 2026 untuk Kabupaten Majalengka hingga kini masih menunggu keputusan pemerintah pusat. Namun, ia memperkirakan jumlahnya akan meningkat dibanding tahun 2025 karena bertambahnya komoditas yang menggunakan pupuk subsidi.
“Kuota sekarang belum turun, baru diajukan,” ujarnya.
Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kertajati, Suharto, berharap kuota pupuk tahun 2026 bisa disesuaikan dengan luas lahan yang diajukan melalui E-RDKK.
“Di wilayah kami, jenis pupuk masih tetap urea dan NPK, ada tambahan ZA khusus untuk tebu. Untuk pupuk organik, para petani masih belum bersedia menebus,” jelasnya.
Suharto menambahkan, penyusunan daftar penerima pupuk bersubsidi dari kelompok tani hingga Balai Penyuluh Pertanian telah ditutup sejak 25 Oktober 2025. Saat ini, proses verifikasi masih berlanjut di tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat.(Tat)

Related Articles

Back to top button