Oleh: Okta Efriyadi, S. Pd
Guru di MTsN 12 Cirebon
Salat merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim yang memiliki dimensi spiritual dan jasmani. Dalam sehari, seorang muslim melaksanakan sallat lima waktu dengan total 17 rakaat yang berisi rangkaian gerakan teratur seperti berdiri (qiyam), rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan duduk tahiyyat. Gerakan tersebut tidak hanya memiliki makna simbolik dalam penghambaan kepada Allah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh manusia. Sejumlah penelitian modern menunjukkan bahwa gerakan salat dapat membantu menjaga kebugaran, memperlancar sirkulasi darah, dan meningkatkan kesehatan mental serta keseimbangan tubuh secara keseluruhan.
Berdiri (Qiyam): Latihan Postur Tubuh dan Sirkulasi Darah. Gerakan berdiri dalam salat dilakukan dengan posisi tegap, kaki sejajar, dan pandangan ke arah tempat sujud. Secara medis, posisi ini melatih keseimbangan otot punggung, leher, dan kaki. Saat berdiri tegak, tubuh menjaga poros tulang belakang tetap lurus sehingga dapat mencegah nyeri punggung akibat postur yang buruk. Selain itu, posisi qiyam melancarkan aliran darah dari bagian bawah tubuh menuju jantung. Bagi penderita tekanan darah rendah, gerakan berdiri kemudian rukuk secara perlahan membantu adaptasi sistem kardiovaskular terhadap perubahan posisi, sehingga melatih kestabilan tekanan darah.
Menurut penelitian oleh Ahmad & Hassan (2015), gerakan berdiri dalam salat dapat meningkatkan aktivitas otot postural dan menjaga keseimbangan tubuh, terutama bagi lansia yang berisiko mengalami gangguan keseimbangan.
Rukuk: Melatih Fleksibilitas Tulang Belakang dan Otot Punggung. Rukuk dilakukan dengan menundukkan tubuh hingga punggung sejajar dengan lantai, tangan diletakkan di lutut, dan kepala sejajar dengan punggung. Dari sudut pandang fisiologis, gerakan ini memperkuat otot punggung bawah, paha, betis, dan bahu. Gerakan rukuk juga meregangkan otot tulang belakang dan meningkatkan fleksibilitas sendi tulang belakang. Posisi ini membantu menjaga keseimbangan antara kekuatan otot dan kelenturan tubuh. Rukuk juga dapat membantu memperlancar aliran darah ke otak karena posisi kepala sejajar dengan jantung, memberikan efek relaksasi dan meningkatkan fokus mental.
Dalam kajian oleh Rahman et al. (2018) yang dimuat dalam Journal of Physical Therapy Science, disebutkan bahwa rukuk memiliki efek yang mirip dengan gerakan peregangan yoga (forward bend), yang membantu mengurangi ketegangan otot punggung bawah dan menenangkan sistem saraf.
Sujud: Peningkatan Sirkulasi Otak dan Relaksasi Saraf. Sujud adalah posisi di mana dahi, hidung, kedua tangan, lutut, dan ujung jari kaki menyentuh lantai. Dari perspektif anatomi, posisi ini meningkatkan aliran darah ke otak karena kepala berada lebih rendah dari jantung. Akibatnya, otak memperoleh lebih banyak oksigen yang membantu meningkatkan fungsi kognitif, konsentrasi, dan daya ingat.
Selain itu, sujud memiliki efek menenangkan sistem saraf otonom, khususnya dengan menurunkan aktivitas saraf simpatik yang terkait dengan stres. Penelitian oleh Hussain & Rashid (2017) menemukan bahwa posisi sujud dapat menurunkan tekanan darah dan memperlambat denyut jantung, serupa dengan efek meditasi dan relaksasi mendalam. Dari sisi psikologis, sujud menggambarkan kepasrahan total kepada Allah. Saat seseorang bersujud dengan penuh kekhusyukan, tubuh melepaskan hormon endorfin yang menimbulkan rasa tenang dan bahagia. Inilah sebabnya mengapa sholat yang dilakukan dengan khusyuk sering membuat seseorang merasa lebih damai dan bebas dari kecemasan.
Duduk di Antara Dua Sujud: Melatih Pernapasan dan Melancarkan Pencernaan. Duduk di antara dua sujud dilakukan dengan posisi duduk tenang, tubuh tegak, dan tangan di atas paha. Posisi ini menyerupai latihan pernapasan dalam yoga (meditative sitting posture). Ketika dilakukan dengan pernapasan teratur, posisi ini membantu memperbaiki sistem pernapasan dengan meningkatkan kapasitas paru-paru dan oksigenasi darah. Selain itu, posisi duduk ini memberikan tekanan lembut pada bagian bawah perut, sehingga membantu memperlancar fungsi pencernaan dan mencegah sembelit. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Abdullah (2019) menunjukkan bahwa duduk dalam posisi iftirasy (tumit kanan tegak dan kaki kiri dilipat) dapat membantu menjaga fleksibilitas sendi lutut dan pergelangan kaki, serta menstimulasi sirkulasi darah di bagian bawah tubuh.
Duduk Tahiyyat: Menyeimbangkan sistem muskuloskeletal. Duduk tahiyyat akhir dilakukan dalam posisi tawarruk, yaitu duduk dengan kaki kiri di bawah kaki kanan. Posisi ini melatih otot paha, betis, dan punggung bawah agar tetap lentur. Selain itu, gerakan ini memperkuat sendi lutut dan pergelangan kaki serta meningkatkan keseimbangan postural tubuh. Dari perspektif anatomi, posisi tahiyyat membantu peregangan otot pinggul dan punggung bagian bawah. Dengan dilakukan secara rutin lima kali sehari, posisi ini dapat membantu mencegah kekakuan sendi dan memperbaiki postur tubuh.
Salam: Relaksasi leher dan pundak. Gerakan terakhir dalam sholat adalah salam, di mana kepala menoleh ke kanan dan kiri. Gerakan ini melatih fleksibilitas otot leher dan bahu, serta membantu meredakan ketegangan akibat aktivitas sehari-hari. Dalam penelitian Khan & Malik (2020), rotasi kepala seperti dalam gerakan salam dapat meningkatkan rentang gerak leher dan mengurangi risiko nyeri otot servikal. Selain manfaat fisiknya, gerakan salam juga memiliki nilai sosial dan spiritual yang mendalam menandakan penyebaran doa dan kedamaian kepada sesama makhluk di sekitar. Hal ini menciptakan keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani manusia.
Keterkaitan gerakan salat dan terapi medis modern. Beberapa peneliti menyebut bahwa rangkaian gerakan sholat memilki kesamaan dengan latihan ringan seperti stretching dan yoga. Menurut Dr. Muhammad Sholeh (2005) dalam bukunya ‘Terapi Shalat Tahajud’, salat yang dilakukan dengan tuma’ninah (tenang) menghasilkan efek fisiologis positif seperti penurunan hormon stres kortisol dan peningkatan sistem imun.
Gerakan salat juga dapat dianggap sebagai bentuk olahraga ringan yang dilakukan rutin lima kali sehari. Total waktu dan gerakan yang teratur membantu menjaga kebugaran tubuh tanpa memberikan tekanan berlebih pada sendi. Oleh karena itu, sholat dapat dikategorikan sebagai bentuk terapi spiritual-fisik yang alami, aman, dan seimbang.
Salat bukan hanya kewajiban ritual semata, tetapi juga memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan fisik dan mental. Setiap gerakannya—mulai dari berdiri, rukuk, sujud, hingga salam—memiliki fungsi fisiologis yang selaras dengan prinsip kesehatan modern. Salat memperlancar sirkulasi darah, melatih otot dan sendi, meningkatkan keseimbangan tubuh, serta menenangkan pikiran. Dengan demikian, pelaksanaan sholat secara rutin dan khusyuk menjadi bentuk ibadah yang menyatukan aspek spiritual dan kesehatan jasmani. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar…” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 45). Ayat ini menunjukkan bahwa salat bukan hanya ibadah spiritual, melainkan juga sarana menjaga keseimbangan moral, emosional, dan fisik manusia. Dalam konteks kesehatan, salat adalah terapi alami yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk menyehatkan tubuh dan menenangkan jiwa.***





