Nadran Pesisir, Simbol Syukur yang Kini Jadi Warisan Nasional
kacenews.id-CIREBON-UDARA pagi di depan Balaikota Cirebon terasa hangat oleh riuh ribuan warga yang memadati jalan. Di antara warna-warni bendera dan tabuhan gendang, tiga rombongan besar dari Kampung Cangkol, Pesisir, dan Samadikun berjalan beriringan. Suara tawa, kidung nelayan, dan aroma laut berpadu menjadi satu dalam suasana penuh sukacita.
Inilah Festival Pesisir Kota Cirebon 2025, sebuah perayaan budaya yang kini menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. Tradisi yang dulu hanya berlangsung sederhana di masing-masing kampung nelayan, kini menjelma menjadi festival besar yang menarik perhatian ribuan orang.
“Kirab bersama ini sudah memasuki tahun kedua. Biasanya, tiap kampung nelayan menggelar sendiri-sendiri. Tapi kini, semuanya bersatu dalam satu kirab kebersamaan. Antusias masyarakat meningkat luar biasa,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, sesaat setelah melepas arak-arakan dari depan Balaikota, Sabtu (18/10/2025).
Agus menjelaskan, festival ini bukan hanya tentang kirab. Masyarakat juga disuguhi pagelaran wayang kulit, tawasyulan, hingga hiburan rakyat. Di balik keceriaan itu, tersimpan makna spiritual yakni ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dari laut.
“Tahun lalu, tradisi Nadran ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Ini bukti bahwa masyarakat pesisir Cirebon punya kekayaan budaya yang diakui negara,” kata Agus dengan bangga.
Merawat Identitas
Pemerintah Kota Cirebon menempatkan pelestarian budaya sebagai bagian penting dari pembangunan daerah. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, kegiatan seperti Festival Pesisir bukan sekadar hiburan, melainkan ruang belajar bersama, bagaimana budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif dapat tumbuh selaras.
Tradisi Nadran sendiri telah menjadi simbol kuat kehidupan masyarakat nelayan. Di balik prosesi pelarungan sesaji ke laut, tersimpan filosofi gotong royong, rasa syukur, dan doa agar laut tetap memberi berkah.
“Tradisi seperti ini bukan hanya warisan leluhur,” tutur Komandan Kodim 0614/Kota Cirebon, Letkol Arm Drajat Santoso, yang turut hadir memberi dukungan. “Lebih dari itu, ini sarana mempererat persaudaraan dan menjaga kearifan lokal yang menjadi kekayaan bangsa.”
Menjaga Laut, Menjaga Warisan
Festival Pesisir 2025 tak berhenti pada kirab semata. Sejumlah agenda adat masih menanti, termasuk prosesi pelarungan sesaji ke laut, yang akan digelar di kawasan pesisir. Momen itu menjadi penutup penuh makna sebuah doa kolektif agar laut tetap memberi kehidupan.
Dari tepian Cirebon, tradisi tua itu kini berdenyut kembali. Di tengah modernitas, Nadran hadir bukan sekadar nostalgia, melainkan pengingat bahwa budaya adalah akar yang menjaga arah langkah masyarakatnya.(Jak)





