Ayumajakuning

Majalengka Jadi Titik Panas Jabar, BMKG Imbau Warga Jaga Cairan Tubuh

“TANPA kipas angin, keringat langsung bercucuran,” keluh Linda, warga Kecamatan Majalengka. Sepekan terakhir, hawa panas menyelimuti hampir seluruh wilayah Majalengka.
Siang hari terasa menyengat, sementara malam pun tak lagi memberi kesejukan seperti biasanya.
Banyak warga mengaku tak tahan berada di dalam rumah.

Kaelani, warga lainnya, bahkan memilih tidur di teras karena suhu di dalam ruangan tak tertahankan. “Peuting urang di karang ngagoler bakat ku panas,” ujarnya dalam bahasa Sunda, menceritakan kebiasaannya tidur di halaman akibat hawa gerah.
Panas ekstrem ini memicu lonjakan permintaan layanan pendingin udara. Soleh, teknisi AC asal Majalengka, mengaku kewalahan menerima pesanan.

“Sehari bisa delapan tempat. Pernah pulang jam satu malam karena diminta segera pasang AC,” katanya.
Pointer
DATA & FAKTA BMKG
-Suhu tertinggi Majalengka: 37,6°C (14 Oktober 2025)
-Suhu rata-rata wilayah Ciayumajakuning: 35–37°C
-Penyebab utama: Gerak semu matahari & Monsun Australia
-Potensi hujan lokal: Sore hingga malam hari
-Durasi fenomena: Diperkirakan hingga awal November 2025

Namun, kondisi ini justru membawa berkah bagi pedagang es kelapa muda dan es campur. Yaya, pedagang di Pasar Mambo, mengaku penjualan meningkat tajam.

“Alhamdulillah, setiap hari bisa habis lebih dari 50 butir kelapa muda,” tuturnya sambil tersenyum.

Menurut Forecaster BMKG Jatiwangi Bayu Satya, suhu maksimum di Majalengka mencapai 37,6°C. Fenomena ini disebabkan oleh posisi gerak semu matahari yang sedang berada di selatan garis ekuator, tepat di atas wilayah Jawa.
“Minimnya tutupan awan membuat sinar matahari langsung mengenai permukaan bumi. Karena itu, siang terasa lebih terik dari biasanya,” jelas Bayu.

Berdasarkan catatan BMKG, suhu panas ekstrem seperti ini lazim terjadi saat masa pancaroba. Pada periode yang sama tahun 2002, suhu di wilayah Ciayumajakuning bahkan pernah mencapai 40°C.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan, kondisi panas ekstrem tahun ini tidak hanya terjadi di Majalengka, tetapi juga di berbagai wilayah Indonesia.

Penyebab utamanya adalah kombinasi gerak semu matahari dan Monsun Australia, yang membawa udara kering serta menekan pembentukan awan.
“Wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua menerima penyinaran matahari yang lebih intens,” terangnya.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan suhu di atas 35°C kini meluas di banyak wilayah. Suhu tertinggi tercatat 37,6°C di Majalengka dan Boven Digoel (Papua).
BMKG mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan, mencukupi cairan tubuh, dan menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada siang hari.

Selain itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi hujan lokal disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari. “Fenomena panas ekstrem ini masih bisa berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November. Kami minta masyarakat rutin memantau informasi cuaca melalui situs resmi dan aplikasi Info BMKG,” ujar Guswanto.(Tat)

Related Articles

Back to top button