Ragam

Produksi Ikan Majalengka Masih Defisit, Tingkat Konsumsi Masyarakat Melebihi Produksi Lokal

kacenews.id-MAJALENGKA-Kabupaten Majalengka dikenal sebagai salah satu sentra produsen bibit ikan air tawar seperti nila, lele, dan gurami. Namun ironisnya, produksi ikan konsumsi di daerah ini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat setiap tahunnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Majalengka, Gatot Sulaeman, mengungkapkan bahwa saat ini terjadi defisit produksi ikan sekitar 7.714,35 ton per tahun. Kekurangan tersebut terjadi karena tingkat konsumsi masyarakat jauh lebih tinggi dibandingkan produksi lokal.
“Berdasarkan data Susenas, angka konsumsi ikan di Majalengka pada tahun 2024 mencapai 11,03 kilogram per kapita per tahun. Dengan jumlah penduduk yang ada, dibutuhkan produksi sekitar 17.191,05 ton ikan per tahun, sementara produksi baru mencapai 9.476,7 ton,” jelas Gatot, Senin (13/10/2025).
Dari total produksi tersebut, ikan nila menjadi komoditas unggulan dengan produksi 4.225,4 ton, disusul ikan mas 1.308,7 ton, serta jenis lainnya seperti lele, bawal, dan gurami. Untuk menutup kekurangan pasokan, sebagian besar ikan konsumsi di Majalengka didatangkan dari Cirata dan sejumlah kabupaten lain di Jawa Barat.
Harga ikan naik
Akibat tingginya permintaan dan minimnya pasokan, harga ikan di pasaran pun terus merangkak naik. Saat ini, ikan mas dan nila dijual Rp 36.000–Rp 40.000 per kilogram, sementara gurami mencapai Rp 80.000–Rp 90.000 per kilogram.
“Kenaikan harga ini lebih disebabkan oleh meningkatnya permintaan serta terus naiknya harga pakan ikan,” ujar Gatot.
Untuk menekan biaya produksi, pihaknya mendorong para petani ikan agar membuat pakan mandiri dari bahan-bahan lokal. Misalnya, memanfaatkan ikan runcah, limbah pabrik olahan ikan, serta bahan tambahan berupa tepung ikan.
“Pembuatan pakan ikan mandiri ini sudah dicoba dan berjalan. Salah satunya dilakukan oleh kelompok Haji Oyo yang memanfaatkan limbah olahan ikan dari pabrik Cedea di Kecamatan Palasah,” tutur Gatot.
Selain itu, petani ikan juga disarankan mengembangkan pakan alternatif berbasis maggot (larva BSF) yang dibudidayakan dari limbah sayur atau bahan organik lain, serta azolla sebagai sumber protein alami yang ramah lingkungan.
Paling diminati
Di sisi lain, pengelola Pasar Sindangkasih menyebutkan harga ikan air tawar terus naik selama tiga pekan terakhir, terutama untuk ikan mas dan nila yang paling diminati warga.
“Ikan lele sekarang Rp 30.000 per kilogram, ikan mas dan nila Rp 40.000 per kilogram, sedangkan gurami bisa mencapai Rp 90.000 per kilogram,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Toni, pemilik kolam pancing di Majalengka. Ia mengaku hampir seluruh pasokan ikan untuk kolamnya berasal dari Cirata. “Nyaris tidak ada lagi ikan lokal di pemancingan,” katanya singkat.
Sementara itu, Wadi, pengepul ikan asal Babakanjawa, mengungkapkan hal serupa. “Nya sadayana ge pemancingan mah lauk running ti Cirata,” ucapnya dalam bahasa Sunda, yang berarti “semua ikan untuk pemancingan memang datang dari Cirata.”
Dengan kondisi tersebut, DKP3 Majalengka terus berupaya mendorong peningkatan produksi lokal melalui pemberian bibit unggul dan pelatihan budidaya bagi petani ikan agar ke depan Majalengka tidak hanya menjadi produsen bibit, tetapi juga mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan konsumsi ikan warganya.(Tat)

Related Articles

Back to top button