Ragam

Maneungteng: Antara Legenda dan Sejarah Perjuangan Bangsa

Oleh : Sukanda Subrata
Penulis Lepas
Maneungteung adalah nama sebuah bukit yang berada di Desa Waled Asem Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon.Bagi masyarakat Waled dan sekitarnya, bukit ini tidak sekedar dataran tinggi pada umumnya, namun merupakan bukit yang penuh dengan histori secara mistik hingga fisik yang diyakini masyarakat setempat sejak dulu hinga kini.
Secara mistikbd268, bukit Maneungteung ini berpasangan dengan bukit Jambe Racak yang terpisah oleh sungai Cisanggarung. Menurut cerita turun temurun yang berkembang dan beredar di masyarakat Waled dan sekitarnya, bahwa kedua bukit tersebut merupakan bendungan alam untuk membendung sungai Cisanggarung yang belum selesai. Konon kala itu hiduplah seorang pemuda tampan gagah sakti mandraguna bernama Sangkuriang, ia sedang bekerja membendung Sungai Cisanggarung dengan dibantu oleh beberapa makhluk ghaib sebagai permintaan Nyai Dayang Sumbi perempuan tercinta yang merupakan ibu kandungnya. Ketika kecil, Sangkuriang kabur dari kediaman karena murka ibunya gara – gara membunuh anjing yang setia bernama Si Tumang (bapaknya sendiri ).Dayang Sumbi yakin bahwa pemuda yang mencintainya itu adalah anaknya, karena di kepala Sangkuriang ada bekas luka pukul. Dari pada Nyai Dayang Sumbi dinikahi anaknya, lebih baik dia minta mahar pernikahan agar Sangkuriang bisa membendung Sungai Cisanggarung dalam waktu satu malam, jangan sampai keduluan oleh sinar fajar mentari.Ini mustahil bisa dipenuhi karena membendung sungai bukan pekerjaan ringan. Sebenarnya ini hanya alasan untuk menolak pernikahan.
Sangkuriang memang pemuda yang sakti mandraguna, dalam waktu semalaman pekerjaan membendung sungai Cisanggarung hampir selesai. Kehebatan ilmu Sangkuriang membuat Nyai Dayang Sumbi cemas dan takut.Semalaman dia menangis dan berdoa kepada Hyang Maha Widi agar bisa mempercapat waktu pagi dengan harapan anaknya gagal membendung sungai Cianggarung.Bagaimana jadinya dunia ini jika seorang anak bisa mengawini ibunya.
Atas kuasa Hyang Maha Widi, akhirnya doa Nyai Dayang Sumbi dikabulkan.Tiba – tiba sinar fajar mentari terlihat di ufuk timur seraya diikuti suara ayam berkokok , suara burung bersahutan pertanda malam sudah berakhir.Melihat kejadian tersebut, Sangkuriang murka bukan kepalang, bd268padahal tinggal sedikit lagi dia membendung, dia sudah siap-siap mengangkat bukit kecil Puter Lumbung dan bukit Wanasari dengan kekuatan ilmunya.Makanya di antara bukit Maneungteung dan Bukit Jambe Racak hingga kini mengalir deras Sungai Cisanggarung dari Kuningan hingga ke Losari Cirebon.Seandainya Sangkuriang mampu membendung sungai Cisanggarung, maka kabupaten Kuningan Timur menjadi lautan.
Sedangkan jika bukit Maneungteung ini dilihat dari fakta sejarah maka bukit Maneungteung ini merupakan benteng pertahanan alam yang disediakan oleh sang pencipta bagi para pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajah asing (Jepang dan Belanda).Bukit Maneungteung punya peran strategis bagi para tentara Indonesia dalam melakukan penyerangan kepada tentara musuh sekaligus bertahan.Rimbunya hutan dan kontur tanah yang tinggi menjadi tempat yang aman bagi para pejuang kita dalam berkamuflase.Sehingga ketika terjadi pertempuran, tentara kita selalu berhasil.Namun demikian bukan berarti bahwa perang itu mudah, yang strateginya selalu berhasil. Ada kalanya strategi tidak sesuai rencana dan berakhir kegagalan.Ketika itu beberapa pejuang kita yang berhasil ditangkap oleh Belanda kemudian ditahan dan diinterogasi agar memberi tahu di mcm3ana tentara yang lainnya. Namun tentara kita lebih baik mati daripada menjadi pengkhianat bangsa.Singkat cerita para pejuang yang ditahan tersebut bisa keluar dari tahanan melalui jalur bawah tanah.Nah sebagai tanda peringatan peristiwa perjuangan tentara nasional maka perusahaan Telekomunikasi Azimut membuat patung seorang pejuang di atas bukit Maneungteung.Namun entah mengapa warga setempat seterusnya menamakan bukit tersebut dengan nama Azimut.
Dampak positif dari terpisahnya bukit Maneungteung dan bukit Jambe Racak oleh Sungai Cisanggarung dan jalan darat, transportasi dari Kabupaten Kuningan ke Kabupaten Cirebon menjadi lancar.Daerah Kuningan penghasil sayuran, buah dan kayu, masyarakatnya bisa memanfaatkan jalan darat sebagai transportasi utama menuju daerah Cirebon. Sebaliknya kabupaten Cirebon yang penghasil ikan, garam dan bawang pun bisa merasakan merasakan hal sama.Secara ekonomi,bd268 kedua kabupaten tersebut saling menguntungkan.
Kini bukit Maneunteung menjadi kawasan wisata alami yang siap memanjakan pengunjung.Dengan dikelola oleh BUMDES Desa Waled Asem, bukit Maneungteung mulai bersolek diri dengan dilengkapi kafe, kantin, karaoke, mushola, toilet, gajebo, gandola, saung meeting, bumi perkemahan dan panjat tebing.Bahkan para pecinta kebudayaan di Kecamatan Waled baru saja membentuk sebuah paguyuban yang bernama Dangiang Bukit Maneungteung dengan ketua Ahmad Hudori yang merupakan Kuwu Cibogo. Para anggotanya pun beragam profesi dari ustadz, pendidik, penulis, pengusaha, atlet, budayawan, seniman, hingbd268ga birokrat.
Sayangnya, potensi alam yang asri hingga kini belum mampu menarik perhatian pemerintah daerah.Maneungteung dibiarkan tumbuh sendiri dihantui bayang – bayang status kepemilikan tanah.Identitas bukit Maneunteng, menurut konfirmasi pemerintahan dari desa setempat, tanah bukit tersebut milik pribadi warga – warga setempat.Masalahnya suatu saat warga bisa saja mengalihfungsikan tempat itu,yang semula kebun pohon jati menjadi perumahan atau industri kecil. Jika nanti terjadi maka lenyaplah sudah sejarah dan legenda yang selama ini kita banggakan. Oleh arena itu pemerintah harus bisa mengubah status kepemilikan bukit Maneungteung menjadi tanah negara agar para pecinta budaya dalam bekerja mengelola tempat ini bisa fokus.
Semoga Maneungteung dan Jambe Racak bukan hanya ikon semata, melainkan menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa yang harus dirawat oleh kita dan tentu dipehatikan oleh pemerintah daerah sendiri.***
*

Related Articles

Back to top button