Jangan Anggap Remeh Gigitan Nyamuk

KISAH Ibu Misri, warga Desa Sende, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon yang sudah 13 tahun berjuang melawan penyakit kaki gajah, adalah potret nyata betapa berbahayanya penyakit ini.
Derita panjang yang ia alami bukan sekadar masalah kesehatan pribadi, melainkan juga peringatan keras bagi kita semua tentang ancaman filariasis yang masih mengintai masyarakat.
Penyakit kaki gajah bukan hadir tiba-tiba. Ia berawal dari gigitan nyamuk yang membawa larva cacing filaria. Larva itu kemudian berkembang biak dalam sistem getah bening manusia hingga menyebabkan pembengkakan ekstrem dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Sayangnya, banyak orang yang masih menganggap remeh gigitan nyamuk, seolah hanya menimbulkan rasa gatal biasa. Padahal, dari gigitan kecil itu bisa muncul penderitaan seumur hidup.
Upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon untuk kembali melakukan observasi terhadap Misri patut diapresiasi. Namun, pencegahan tentu lebih baik daripada pengobatan.
Pemerintah sudah lama menggulirkan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis. Sayangnya, tidak sedikit masyarakat yang abai meminumnya.
Alasan klasik seperti takut efek samping atau merasa sehat sering membuat program ini tidak berjalan optimal.
Di sinilah kesadaran bersama menjadi kunci. Masyarakat harus mau mengikuti program pencegahan yang digulirkan pemerintah.
Menjaga kebersihan lingkungan, menguras tempat penampungan air, hingga memakai kelambu saat tidur adalah langkah-langkah sederhana yang sering diabaikan, tetapi terbukti ampuh mencegah gigitan nyamuk penyebab filariasis.
Kita tidak boleh membiarkan kisah seperti Misri terulang. Anak-anak kita berhak tumbuh sehat tanpa harus menghadapi ancaman penyakit kaki gajah yang melumpuhkan.
Karena itu, mari jadikan pencegahan filariasis sebagai bagian dari kesadaran kolektif. Gigitan nyamuk memang kecil, tetapi dampaknya bisa begitu besar jika kita abai.***