Polemik KONI Kabupaten Cirebon Jangan Korbankan Atlet

POLEMIK dualisme kepemimpinan di tubuh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Cirebon menjadi perhatian serius. Musyawarah Olahraga Kabupaten Luar Biasa (Musorkablub) telah menetapkan Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman, sebagai ketua baru secara aklamasi. Namun, Ketua KONI sebelumnya, Sutardi Raharja, menolak mundur dan menegaskan masih memiliki mandat hingga 2027. Kondisi ini berpotensi menimbulkan dualisme kepengurusan.
Sutardi memilih jalur hukum melalui gugatan ke Pengadilan Negeri Bandung serta Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI), sementara kepengurusan baru bergerak dengan legitimasi Musorkablub.
Situasi tersebut bisa menimbulkan kebingungan, bukan hanya di kalangan pengurus, tetapi juga bagi cabang olahraga yang tengah menyiapkan atlet menuju berbagai kejuaraan. Dalam kerangka organisasi olahraga, dinamika internal adalah hal wajar. Akan tetapi, pertarungan kepentingan jangan sampai mengorbankan para atlet.
Olahraga sejatinya adalah ruang pembinaan, bukan arena tarik-menarik kekuasaan. Jika konflik terus berlarut tanpa penyelesaian, yang paling dirugikan adalah atlet dan masyarakat olahraga Cirebon.
KONI Pusat maupun KONI Jawa Barat perlu segera mengambil langkah tegas dan menjadi penengah. Sementara itu, pemerintah daerah juga tidak bisa lepas tangan, sebab prestasi olahraga daerah erat kaitannya dengan pembinaan yang berkesinambungan.
Para pihak yang bersengketa hendaknya menahan diri. Biarkan jalur hukum berjalan, tetapi jangan sampai aktivitas pembinaan terhenti. Prioritas utama harus tetap diarahkan pada kelangsungan program, pencairan anggaran, serta persiapan atlet menuju babak kualifikasi dan kejuaraan lainnya.
Harapan masyarakat sederhana, atlet Cirebon bisa berprestasi, naik peringkat, dan membanggakan daerah. Itu hanya mungkin terwujud jika kepengurusan KONI kembali solid. Konflik harus diselesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan memperlebar jurang perpecahan.***