Minim Pengelolaan Potensi Budaya dan Pariwisata, Kabupaten Cirebon Belum Miliki Ikon Ekonomi

kacenews.id-CIREBON- Kabupaten Cirebon hingga kini belum memiliki ikon khas yang bisa menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Hal itu ditengarai lantaran minimnya pengelolaan potensi budaya dan pariwisata di Kabupaten Cirebon.
Seperti diketahui sejarah panjang Kabupaten Cirebon hingga lebih dari lima abad, tak berhasil memunculkan simbol atau ikon yang mencerminkan identitas lokal.
Sehingga, wisatawan yang datang tak mendapat sambutan dari elemen budaya yang dapat memperkuat citra daerah, melainkan disuguhi baliho politisi yang bertebaran di berbagai sudut jalan utama.
Budayawan Cirebon, R Chaidir Susilaningrat mengungkapkan, sebenarnya Kabupaten Cirebon kaya warisan budaya, tetapi hingga kini belum ada satu ikon yang benar-benar bisa mewakili daerah ini.
Menurutnya, warisan budaya yang dimiliki Kabupaten Cirebon seharusnya bisa diolah menjadi ikon ekonomi. Mulai dari Keraton Kasepuhan, batik megamendung, hingga kuliner khas seperti empal gentong dan nasi jamblang, memiliki nilai tambah yang kuat.
“Ikon bukan hanya simbol kebanggaan, tetapi juga pintu promosi pariwisata dan industri kreatif,” ujarnya.
Ia menyampaikan, kota-kota besar lain di Indonesia berhasil mengubah ikon menjadi penggerak ekonomi. Contohnya, Tugu Jogja di Yogyakarta yang menjadi daya tarik wisata sekaligus memperkuat sektor hospitality.
Selain itu, ada Monumen Kapal Selam di Surabaya yang mendukung sektor jasa wisata. Kemudian di Jakarta, ikon Patung Jenderal Sudirman memperkuat identitas ruang publik sekaligus menjadi elemen penunjang wisata kota.
Sementara, kata Chaidir di Kabupaten Cirebon, ruang publik yang ada justru dipenuhi baliho politisi. Itu artinya, wajah kota lebih diwarnai kepentingan politik dibanding promosi budaya, sehingga menimbulkan kekecewaan masyarakat.
Ia menyebutkan minimnya ikon khas ini berimbas pada rendahnya diferensiasi Kabupaten Cirebon dibanding daerah lain di Jawa Barat. Wisatawan yang datang kerap hanya singgah sebentar tanpa terikat dengan identitas lokal yang kuat. Kondisi ini berpotensi merugikan sektor ekonomi di Kabupaten Cirebon.
Menurutnya, data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat menunjukkan bahwa destinasi dengan ikon khas memiliki tingkat kunjungan wisata yang lebih stabil.
Kehadiran ikon ini membuat wisatawan memiliki alasan emosional untuk kembali, yang pada akhirnya berdampak pada perputaran ekonomi setempat.
“Kalau ada ikon yang konsisten digunakan, wisatawan akan mudah mengingat. Ini akan memacu multiplier effect pada hotel, restoran, UMKM, hingga sektor jasa lainnya,” kata Chaidir.
Ia pun mengusulkan agar Pemerintah Kabupaten Cirebon mengadakan sayembara penciptaan ikon daerah dengan melibatkan seniman lokal, akademisi, hingga pelaku usaha kreatif untuk merumuskan gagasan terbaik.
Chaidir menyampaikan, ikon yang dimaksud tidak selalu berupa bangunan megah, tapi bisa juga berupa konsep tematik yang diterapkan secara konsisten. Contohnya, Kota Malang dengan kampung warna-warninya yang kemudian menjadi destinasi ekonomi kreatif.
“Cirebon bisa mengangkat motif batik megamendung sebagai identitas visual di ruang publik. Atau mengadopsi elemen budaya keraton yang ditata modern. Dengan begitu, kita tidak hanya bicara simbol, tetapi juga dampak ekonominya,” tuturnya.(Junaedi)





