Opini

Mengenal Sahabat Hasil Pendidikan Nabi Muhammad Saw

Oleh: Imam Nur Suharno
Pengurus MUI Bidang Penelitian dan Kajian Kabupaten Kuningan

Kita telah berada di bulan Rabiul Awal. Setiap bulan Rabiul Awal kaum muslimin memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Dalam peringatan tersebut selalu dibaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. Nah, di antara sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW yang mesti kita ketahui adalah berkaitan dengan Nabi sebagai seorang pendidik.
Nabi Muhammad SAW adalah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa.

Keberhasilan pendidikan Nabi Muhammad Saw terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi SAW bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”

Sahabatnya itu antara lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Nama lengkapnya Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab at-Taimi al-Quraisyi. Sebelum masuk Islam bernama Abdul Ka’bah, lalu Nabi menamainya Abdullah. Selain digelari ash-Shiddiq (yang membenarkan), juga digelari al-Atiq (yang bibebaskan), karena Nabi SAW pernah mengatakan kepadanya, “Anda adalah orang yang dibebaskan Allah dari api neraka.”

Abu Bakar lahir di Makkah 2 tahun setelah kelahiran Nabi Saw. Ia berkulit putih, kurus, matanya cekung, badannya bungkuk, rambutnya lebat, dan suka menyemir rambutnya dengan bahan pewarna al-hinna dan katam.
Ia adalah orang laki-laki pertama yang beriman kepada Nabi SAW. Ia merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan masuk surga. Tentang keislamannya, Nabi pernah berkata, “Tidak kuajak seorang pun masuk Islam melainkan ia ragu dan bimbang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu dan bimbang ketika kusampaikan kepadanya.” (HR Ibnu Ishaq).

Melalui dakwah Abu Bakar, banyak sahabat yang masuk Islam, seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Alquran banyak mengisyaratkan tentang sikap dan perilaku Abu Bakar, lihat dalam QS al-Lail [92]: 5-7; QS Al-Lail [92]: 17-21; dan QS Fushshilat [41]: 30. Pada masa kekhalifahannya, selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari, Abu Bakar berhasil menghimpun Alquran, memerangi orang-orang murtad dan yang enggan membayar zakat. Selama hidupnya ia meriwayatkan sebanyak 142 hadis dari Nabi Saw.

Abu Bakar meninggal pada hari Senin malam Selasa, antara Maghrib dan Isya, 22 Jumadil Akhir tahun 12 H, dalam usia 63 tahun, seperti usia Nabi SAW saat meninggal, dan ia dimakamkan di rumah Aisyah disamping makam Nabi SAW.
Yang kedua ada Umar bin Al-Khaththab bin Naufal bin Abdul Uzza al-Qurasyi. Ia biasa dipanggil Abu Hafsh dan digelari al-Faruq (pemisah antara yang haq dan batil). Selain berwajah tampan, tangan dan kakinya berotot, jenggotnya tebal, postur tubuhnya tinggi besar, tubuhnya tegap, warna kulitnya coklat kemerahan, dan suaranya lantang. Ia dikenal sosok yang cerdas, pandai membaca dan menulis, sehingga ia selalu menjadi utusan, menjadi duta besar dan menjadi kebanggaan kaum Quraisy.
Banyak ayat Alquran yang diturunkan membenarkan pendapat Umar bin Khaththab, di antaranya adalah ketika terjadi fitnah dan berita bohon yang menyangkut Aisyah RA, lalu turunlah firman Allah SWT, antara lain QS an-Nur [24]: 16; QS al-Maidah [5]: 90; QS al-Munafiqun [63]: 8; dan QS at-Taubah [9]: 84.
Pada masa kekhalifahannya, selama 10 tahun 6 bulan 4 hari, banyak wilayah yang berhasil ditaklukkan seperti Syam, Irak, Persia, Mesir, Burqah (nama daerah di Libia), Azerbaijan, Tripoli bagian barat, Nahawand, Jurjan, dll.
Umar bin Khaththab meninggal pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 H, dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi Saw dan Abu Bakar saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Selanjutnya ada Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf. Ia biasa dipanggil Abu Amr atau Abu Abdillah dan digelari Dzunnurain (pemilik dua cahaya). Ia lahir di Makkah lima tahun sesudah kelahiran Nabi atau lima tahun setelah peristiwa pasukan gajah yang menyerang Ka’bah.
Utsman menjabat sebagai khalifah selama 11 tahun 11 bulan dan 14 hari. Ia berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Alquran. Pada masa pemerintahannya, wilayah Afrika, Cyprus, Tabaristan, Khurrasan, Armenia, Qauqaz, Kirman, dan Sajastan berhasil dibebaskan. Selain itu, ia orang pertama yang memperluas bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, membangun pangakalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, dan membangun gedung peradilan.
Selama hidupnya, meriwayatkan sebanyak 146 hadis dari Nabi SAW. Ia meninggal dunia pada tahun 35 H dalam usia 82 tahun. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Baqi’.
Kemudian ada Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi. Ia biasa dipanggil Abu Hasan. Nabi SAW memanggilnya Abu Turab. Ia lahir di Makkah 32 tahun setelah kelahiran Nabi SAW atau 10 tahun sebelum kenabian.

Ali dilahirkan di dalam Ka’bah dan Allah telah memuliakannya untuk tidak bersujud kepada berhala-berhala yang ada di Ka’bah dan sekitarnya. Ia masuk Islam pada usia 10 tahun karena pada usia itu diumumkan dakwah Islam. Dan termasuk salah satu di antara sahabat yang diberitakan oleh Nabi masuk surga.
Ali orang pertama yang mengorbankan dirinya demi memperjuangkan dakwah Islam. Pada malam hijrah, Nabi SAW menugaskan Ali untuk tidur di tempat tidur beliau. Ia ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang musyrik pada pagi harinya.

Ali bin Abi Thalib memangku jabatan khalifah selama 4 tahun 8 bulan. Selama hidupnya ia meriwayatkan sebanyak 586 hadis. Ia meninggal pada 17 Ramadhan 40 H, dalam usia 63 tahun, dan dimakamkan di Kufah.
Selanjutnya adalah adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid Al-Qurasyi Al-Asadi. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Hawari Rasulullah (teman setia Nabi SAW). Ia lahir tahun 28 sebelum hijrah, berpostur tinggi, jenggotnya tipis, dan warna kulitnya coklat.
Zubair masuk Islam dalam usia lima belas tahun dan ia hijrah dalam usia delapan belas tahun setelah menderita penganiayaan dan siksaan yang bertubi-tubi karena mempertahankan keimanannya.
Ketika Amr bin Ash meminta bala bantuan kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab, untuk memperkuat pasukan memasuki negeri Mesir dan mengalahkan tentara Romawi yang pada waktu itu menduduki Mesir, Umar mengirim empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat komandan, dan salah satunya adalah Zubair.

Dalam perang Al-Jamal (perang onta), ia mengundurkan diri dari barisan pasukan Mu’awiyah setelah ia diingatkan oleh Ali bin Abi Thalib dengan sabda Nabi SAW, “Wahai Zubair, tidakkah kamu mencintai Ali?” Zubair menjawab, “Tidakkah aku mencintai putra pamanku sendiri (dari pihak ibu dan bapak) dan orang yang seagama denganku?” Beliau mengatakan, “Wahai Zubair, demi Allah, kelak kamu akan memeranginya (Ali) dan kamu berlaku aniaya terhadapnya.” Mendengar hadits Nabi ini, ia langsung mengundurkan diri dari pasukan Mu’awiyah dan tidak mau memerangi Ali.
Setelah menarik diri dari perang tersebut, Amr bin Jurmuz membuntutinya, lalu membunuhnya pada saat Zubair sedang shalat. Kejadian ini terjadi pada tahun 36 H. Dan semasa hidupnya, ia meriwayatkan 38 hadis dari Nabi SAW.
Selanjutnya ada Sa’ad bin Malik bin Uhaib bin Abd Manaf az-Zuhri. Ia biasa dipanggil Abu Ishaq dan digelari Faris al-Islam. Ia dilahirkan di Makkah tahun 23 sebelum hijrah. Ia bertubuh pendek, perut besar, leher panjang, jari-jari tangan keras, dan rambut keriting.
Ia pernah diangkat menjadi gubernur wilayah Irak. Namun, penduduk Kuffah mengadu ke Umar bahwa Sa’ad tidak cakap dalam mengimami shalat. Umar memanggilnya untuk pulang, setelah bertemu Umar, ia menceritakan bahwa ia mengimami shalat seperti cara Nabi mengimami shalat. Agar tidak menimbulkan fitnah di negeri yang baru dikuasai kaum muslimin, Sa’ad diberhentikan dari jabatannya, tapi kepercayaan Umar terhadap Sa’ad tetap kokoh. Sesudah itu, ia menolak ditugaskan kembali menjadi gubernur Irak.

Sa’ad kehilangan penglihatan di akhir hayatnya. Ia meninggal di istananya di daerah al-‘Aqiq yang berjarak sekitar 5 mil dari kota Madinah. Ia adalah sahabat yang terakhir meninggal dari kalangan muhajirin. Ibnu hajar meriwayatkan dari Amir bin Sa’ad yang berkata, “Sa’ad adalah orang terakhir dari kalangan muhajirin yang meninggal (dari kalangan pria). Menjelang meninggalnya ia minta diambilkan jubah dari wol (bulu domba) dan berpesan: “Kafanilah aku dengan kain wol ini karena waktu berperang melawan kaum musyrikin pada perang Badar aku memakainya, dan memang aku sengaja menyimpannya untuk keperluan tersebut.”
Ia meninggal dunia pada tahun 55 H dalam usia 80 tahun, dan selama hidupnya Sa’ad meriwayatkan sebanyak 271 hadis dari Nabi SAW.
Kemudian ada Amir bin Abdullah bin al-Jarrah bin Hilal al-Fahri al-Qurasyi. Ia biasa dipanggil Abu Ubaidah dan digelari Amin al-Ummah dan Amir al-Umara’. Ia dilahirkan 30 tahun sebelum kenabian. Ia berpostur tinggi, kurus, jenggot tipis, dan rendah hati. Ia masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar as-Shiddiq.
Ketika perang Badar, Abu Ubaidah ikut memperkokoh dan membela kaum Muslimin, sedangkan ayahnya berada dalam barisan kaum Quraisy yang musyrik dan kafir. Dalam perang tersebut, ayahnya selalu memburu Abu Ubaidah, tetapi ia selalu mengelak, menghindar dan menjauh. Ayahnya tidak menyadari kenapa sang anak sengaja menghindar. Ia bahkan semakin penasaran dan sangat bernafsu. Ayah Ubaidah terus mengubernya hingga tak ada pilihan lain untuk Abu Ubaidah selain menghadapinya. Dalam perang itu Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya yang terus mendesaknya. Walaupun hatinya terasa berat tapi demi menegakkan amanat Allah dan rasul-Nya, Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya.
Setelah peristiwa itu, Allah menurun firman-Nya, “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS al-Mujadilah [58]: 22).

Ketika menjabat sebagai panglima perang, Abu Ubaidah berhasil membebaskan kota Damaskus, Himsh, Anatokia, Ladziqiyah, Halb, dan pada akhirnya seluruh wilayah Syam dapat dibebaskan. Semasa hidupnya, Abu Ubaidah meriwayatkan 14 hadis dari Nabi SAW. Ia meninggal dunia pada tahun 18 H dan jasadnya dimakamkan di Ghorbaristan.
Masih banyak nama-nama sahabat hasil didikan Nabi SAW yang tidak cukup untuk diurai di sini, yang pasti mereka semua menjadi teladan bagi generasi berikutnya.***

Related Articles

Back to top button